Wonwoo kembali memejamkan matanya dengan tenang.
Di bawah pohon dengan suasana angker dari gudang, tidak sedikit pun membuatnya terusik. Dia malah nyaman dengan hawa dingin yang sesekali lewat menemaninya.
Dia tidak percaya akan makhluk halus. Karena itu sekarang dia bisa dengan santai berjam-jam memejamkan mata di sana. "Mira memang banyak kejutan."
"Majayo."
Wonwoo terlonjak kaget saat mendengar suara wanita berada sangat dekat dengannya.
"Karmel-ah! Kau mengejutkanku." Keterkejutan Wonwoo sangat tergambar jelas dari suara dan ekspresinya. Pria yang biasanya berwajah datar dan tidak menunjukkan reaksi apapun, kali ini matanya bahkan lebih melebar lebih besar dengan kedua bibir yang sedikit menggertak.
Suaranya tadi juga terdengar lucu jika orang lain terbiasa dengan suara berat yang seksi itu. Sayangnya, Karmel tidak tertawa ataupun tersenyum melihat reaksi yang mustahil bisa dilihat untuk kedua kali itu.
Wonwoo kembali menormalkan wajahnya. Dia membuka jasnya dan menyampirkan jas itu di kedua lengan Karmel yang sudah sangat memucat karena dingin.
Saat jas itu melekat tepat di tubuh Karmel, bukannya diberi ucapan terima kasih atau senyuman, Wonwoo justru mendapatkan tangisan dengan suara yang mengerikan di tempat tersebut.
Wonwoo bukan orang yang akan berpikir diluar luar logika, tapi kali ini dia ragu jika orang yang ada di sampingnya ini Karmel.
Kau ini memikirkan apa? Sepertinya hawa dingin sudah membekukan otakmu juga. Tidak ada hal seperti itu. Ini pasti Karmel.
Walau keraguan memenuhi benaknya, Wonwoo tetap tidak bisa mengutakan isi hatinya itu. Pikirannya menentang untuk bicara. Dia tidak pernah bisa bicara jika lawan bicaranya sendiri tidak sedang dalam kondisi ingin bicara.
Wonwoo pun kembali menyandarkan tubuhnya pada pohon yang sama dengan Karmel. Menatap gadis yang menangis dalam diam itu dengan resah. Sekarang dia malah takut Karmel kerasukan arwah karena pikiran kosongnya itu.
Dengan segala kemampuannya, Wonwoo berusaha mencari topik pembicaraannya. Namun karena pada dasarnya dia bukan orang yang bisa bicara banyak, Wonwoo sama sekali tidak punya ide untuk melontarkan pertanyaan sampai Karmel sendiri yang bicara.
"Kenapa Jihoon sejahat ini?"
Wonwoo mengerutkan keningnya tidak mengerti. Jahat apanya? Mereka bertengkar? Batin Wonwoo.
"Katanya dia tidak akan meninggalkanku. Tapi setelah melihat sahabatnya lebih cantik, dia meninggalkanku." Tangis Karmel semakin pecah.
Sahabat? Maksudnya Mira? Batin Wonwoo kembali. Sedang mencerna informasi mengganjal yang dilontarkan Karmel.
"Apa maksudmu?" Akhirnya Wonwoo mengucapkan sebuah pertanyaan.
"Jihoon memutuskanku."
Untuk kedua kalinya Wonwoo terkejut. "Mustahil." Itulah reaksi Wonwoo pertama kali.
"Tapi itu kenyataannya." Rilih Karmel.
"Jihoon pasti punya alasan."
Karmel tidak mampu bicara. Setiap menceritakan ini, dia selalu terbayang-bayang wajah Jihoon. Bahkan perlakuan kecil seperti menyampirkan jas saja mengingatkannya pada Jihoon. Pikirannya sudah dikendalikan oleh Jihoon.
"Dia mengecewakanku, Wonwoo-ya."
Wonwoo dengan hati-hati menyentuh pundak Karmel dan berkata, "Mianhae, Karmel-ah. Tapi aku tidak percaya padamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lie
Fiksi PenggemarKalau diberikan kesempatan untuk memiliki wajah cantik dan tubuh sempurna, apa kalian akan merasa senang dan beruntung? Mungkin sebagian besar jawabannya 'Iya'. Namun berbeda dengan Karmel. Gadis populer ini tidak menggunakan kesempurnaannya dengan...