Sepasang telinga kembali terlihat menggunakan earphone yang tersambung bersama Mp3 merah, kedua tangannya dengan setia memegangi buku yang sudah terbuka dan matanya sibuk membaca beberapa materi yang ada di dalam buku itu. Bukan..
Jihoon tidak belajar sambil jalan, tapi dia sedang membaca lirik lagunya sambil mendengarkan demo dari rekaman suara yang sempat dia rekam dan dimasukkan ke Mp3-nya. Sedangkan buku itu hanya dia gunakan sebagai alibi. Alias pengecoh orang-orang.
Selama ini dia berjalan dengan membaca pun juga bukannya belajar, melainkan memikirkan demo musiknya. Baginya, di mana pun dan kapan pun dia bisa mendengarkan musik, maka di sana lah inspirasinya akan datang. Jadi dia tidak boleh membiarkan inspirasi itu pergi begitu
saja.Beberapa menit Jihoon fokus ke bukunya sambil berjalan lurus mengikuti lantai yang dia pijak. Masih dapat terhitung dengan jari saat Jihoon dengan telodor menabrak seseorang karena tidak melihat. Tidak pernah sekali pun.
Ya.. Jihoon ingat dia tidak pernah menabrak seorang pun selama berjalan tanpa melihat ke depan. Walau matanya fokus ke buku, dia selalu menatap ke arah kakinya untuk melihat lantai. Dia juga memiliki sensor saat ada seseorang yang di dekatnya. Dia bisa merasakan hawa yang lebih kuat. Mungkin itu karena ketidaksukaannya dengan sentuhan kulit sampai hal seperti ini pun sangat terasa.
Tapi dia baru saja menabrak seseorang. Hari ini dan saat ini.
"Jeosonghamnida." Ucap Jihoon terlebih dahulu kepada orang yang tidak sengaja ditabraknya tadi.
"Sejak pacaran jadi lebih tidak fokus ya."
Suara ini? Batin Jihoon. "Sejak kapan kau sudah keluar dari rumah sakit jiwa?!" Ketus Jihoon.
"Masa begitu caranya menyapa teman sendiri." Balasnya santai.
"Sejak kapan kita berteman?! Aku mau menganggapmu temanku saja tidak. Apalagi setelah kau melukai Karmel." Jihoon memberikan tatapan yang tajam pada Kyungsoo. Amarah terhadap kejadian sebelumnya masih memberikan bekas diingatan Jihoon. Tidak berkurang sedikit pun.
"Jahat sekali kau ini. Padahal kau kan sudah berpacaran dengan Karmel yang merupakan mantanku. Itu tandanya aku juga selangkah lebih dekat denganmu." Balas Kyungsoo tetap santai seperti terakhir kali. Tetap terlihat menyebalkan bagi Jihoon.
"Sepertinya kau harus lebih banyak diterapi. Mantan itu artinya Karmel belum tentu ingin melihatmu kembali, itu tandanya dia juga sudah membuangku. Dan aku yakin sekarang Karmel juga tidak mengingatmu ada di muka bumi ini." Sarkas Jihoon.
"Sungguh kejam kata-kata membuangmu. Padahal kau bisa pakai kata-kata yang lebih halus."
"Cih.. Kamus bahasa halusku sudah hilang untukmu. Kenapa kau masih ada di sini? Tidak malu menampakkan wajahmu di sekolah ini?!" Jihoon terus menanggapinya dengan kasar. Jika saja ini bukan area sekolah, tangan yang sudah mencengkram buku itu sudah Jihoon gunakan untuk mencengkram kerah baju pria yang lebih tinggi darinya itu.
Menyebalkan. Fakta mengenai tinggi badan ini makin mengintimidasinya.
"Turunkan emosimu dulu. Aku datang ke sini untuk menyapa temanku yang pendek ini dan juga teman-temannya sekaligus menemui my ex-girlfriend yang merupakan yeochin-mu." Kyungsoo menyunjingkan senyum mencemooh dihadapan Jihoon. Jihoon sudah tidak mungkin menahannya lagi. Sekali lagi Jihoon mendengar nada cemooh itu, siap-siap Jihoon akan kembali bertemu Kyungsoo di ruang BK.
"Langkahi dulu tubuhku ini." Geram Jihoon.
Kyungsoo tertawa. Di saat itulah Jihoon mendorong Kyungsoo ke tembok. Mencekik pria itu dengan lengan yang sengaja dia taruh di lehernya. Memberikan gambaran wajah Kyungsoo yang mulai memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lie
FanficKalau diberikan kesempatan untuk memiliki wajah cantik dan tubuh sempurna, apa kalian akan merasa senang dan beruntung? Mungkin sebagian besar jawabannya 'Iya'. Namun berbeda dengan Karmel. Gadis populer ini tidak menggunakan kesempurnaannya dengan...