33. After That

398 74 52
                                    

Loh..?

Kok update? Apa kepencet publish?

Mumpung update, coba dibaca dulu. Penjelasannya ada di bawah 😆

Happy reading !!

◇🌸◇

Karena aku ingin kau tetap bersamaku mulai dari saat ini.

Karmel berharap cuaca hari ini berubah menjadi musim dingin atau setidaknya musim gugur datang lebih cepat untuk tahun ini. Dia tidak akan tau seberapa lama dia bisa bertahan di dalam genggaman Jihoon yang bahkan tidak terlepas-lepas ini.

Tangan hangat Jihoon benar-benar menghangatkan kedua pipi dan jantungnya bersamaan. Di dalam lift yang membawa mereka ke lantai apartemen Jihoon, tangan itu tetap tidak bergerak untuk melepasnya. Bahkan mau lift itu semakin ramai disetiap lantai yang mereka lalui pun Jihoon tidak terlihat melepas genggaman itu. Musim panas yang harusnya tidak terlalu hangat pun rasanya terlalu panas untuk Karmel saat ini.

Ketika terpampang angka di lantai apartemen Jihoon, dengan lembut Jihoon menarik tangan Karmel ikut keluar dari lift sempit itu. Setidaknya kali ini Karmel sudah bisa sedikit bernafas lega dan tidak perlu bertukar oksigen yang sama dengan Jihoon.

Namun, untuk apa Jihoon mengajaknya kembali ke apartemen? Karmel kira ucapan Jihoon saat itu hanya untuk menjadikan Karmel temannya kembali. Tapi alasan Jihoon mengajak Karmel kembali membuktikan bahwa Jihoon memiliki arti lain dari ucapannya.

Jihoon membuka bajunya sendiri tanpa aba-aba. Udara panas yang mengelilingi Karmel kembali terasa di atas kepalanya. Bagaimana bisa Jihoon membuka bajunya semudah itu di depan seorang gadis? Walau membelakanginya, tetap saja punggung seorang lelaki yang setegak itu tetap terlihat menggiurkan bagi setiap wanita yang memuja lelaki dengan rupa tampan.

Seakan mendengar keinginan Karmel tadi. Dari jendela kamar Jihoon yang tidak tertutup hordeng, terlihat beberapa rinting hujan yang menyerbu masuk memberikan gambar tetesan rintiknya. Sayang, hujan itu belum cukup untuk mendinginkan wajar Karmel.

Jihoon membalikkan badannya. Menunjukkan dada bidangnya yang belum terlalu terbentuk bersamaan dengan kulitnya yang bahkan lebih putih dari milik Karmel sendiri. Berjalan mendekati Karmel dan menariknya duduk disofa ruang tengah Jihoon.

"Sesuai janjiku. Kau boleh melepas perbanku ini. Aku sudah sembuh dan tidak perlu menggunakannya lagi." Kata Jihoon. Sambil mempersempit jarak duduk di antara mereka. Menyerahkan lengannya yang terdapat lekatan perban.

Ragu-ragu, Karmel menggerakan tangannya yang gugup untuk menyentuh lengan kecil namun sedikit kuat itu. Ini memang bukan pertama kalinya Karmel melihat dan menyentuh kulit pria itu. Tapi karena terlalu lama tidak melihatnya, kegugupan Karmel sangat terlihat dari berapa lama dia melepaskan lilitan perban yang masih bersih itu.

Jihoon bisa merasakannya. Dia menahan senyumnya ketika melihat Karmel kegugupan menyentuhnya. Sebenarnya dia sendiri juga sangat gugup saat ini. Dia tidak tau apa yang merasuki pikirannya sampai berani berbuat begini di depan seorang yeoja. Mengajak seorang yeoja ke dalam apartemennya. Membuka baju dan membiarkan yeoja itu menyentuhnya. Bahkan dengan pendeskripsian itu, Jihoon seperti seorang namja byuntae yang membawa gadis polos.

Jangankan menjadi mesum. Jihoon saja tidak yakin dirinya yang mengatakan agar Karmel tidak pergi dan tetap bersamanya mulai saat ini. Apa maksud Jihoon mengatakannya? Dia sendiri juga masih bingung. Yang pasti bibir, tindakan dan keputusannya itu tepat digerakkan oleh hati dan perasaannya sendiri.

Selesai dengan perban panjang yang melilit satu lengan kanan Jihoon, kali ini Karmel sudah bisa melihat seluruh tangan kanan putih itu dengan leluasa.

Sweet LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang