"Kau yakin benar ini jalannya??"
"Jihoon pasti baik-baik saja kan??"
"Tapi kenapa dia tidak pulang-pulang??"
"Kau berisik sekali!!" Omel Wonwoo pada Soonyoung yang tidak bisa berhenti bicara untuk mengkhawatirkan temannya, Jihoon.
"Aku hanya khawatir. Perasaanku tidak enak. Apalagi Jihoon tidak ada tanda-tanda memberitahu keadaanya pada kita." Kata Soonyoung.
"Anak kembar memang beda ya." Gumam Wonwoo. Masih fokus pada ponselnya sambil mengikuti sinyal milik ponsel Jihoon. "Jihoon pasti baik-baik saja. Dia anak yang lebih kuat darimu sekalipun. Jadi tidak perlu khawatir berlebihan."
"Tapi bagaimana kalau kejadiannya seperti beberapa hari lalu. Di mana dia dipukuli sampai tidak sadarkan diri dekat sekolah oleh dua orang yang kabur saat itu. Bisa saja yang menculik Karmel ternyata dua orang itu. Mereka ingin balas dendam dan membuat Karmel sebagai umpan."
"TUTUP MULUTMU!!" Soonyoung langsung bungkam dan kembali memfokuskan diri untuk mengendarai motor. Walaupun ini bukan pertama kalinya bagi Soonyoung dimarahi Wonwoo, tapi dia terkejut juga jika tiba-tiba diteriaki begitu.
"Jihoon pasti baik-baik saja. Ponselnya masih menyala, itu tandanya Jihoon masih selamat. Sekarang percepat motornya! Kita sudah hampir sampai." Kata Wonwoo lagi lebih tenang.
Soonyoung tidak lagi membantah atau membalas Wonwoo dengan ocehan. Dia fokus pada jalanan sambil sesekali berpikir pada tempat yang menurutnya terlalu mustahil untuk dijadikan tempat penyekapan. Tempat tersebut terlalu modern, ramai dan memiliki penjagaan yang ketat. Tidak mungkin ada kejahatan di sana. Selain, orang tersebut memiliki jaringan kriminal atau uang yang cukup banyak untuk menutup mulut para petugas keamanan tersebut.
Hampir saja Soonyoung larut pada pikirannya dan melewatkan tempat yang baru saja Wonwoo minta berhenti. Cepat-cepat Soonyoung menghentikannya secara tiba-tiba, membuat Wonwoo mau tidak mau terjungkal ke depan karena kelakuan Soonyoung.
"Kau bisa mengendarai motor tidak sih!" Lagi-lagi Soonyoung mendapat omelan dari Wonwoo.
Karena tidak mau memperpanjang masalah lagi, akhirnya Soonyoung menjawab, "Mian." Dengan nada sedikit tidak tulus.
"Itu motor Jihoon kan?" Kata Soonyoung.
"Ne. Jenis, warna dan platnya sama." Jelas Wonwoo. Lalu turun dari motor Soonyoung untuk menghampiri motor milik Jihoon. Memeriksa sesaat sampai dia baru sadar dengan keberadaan seseorang.
"Eh.. Ada adik kecil." Soonyoung menyapa anak perempuan itu terlebih dahulu. "Kau sedang apa?" Tanya Soonyoung ramah. Berbeda dengan Wonwoo yang tidak mengatakan apa-apa.
"Aku lagi menunggu oppa imut. Aku ingin membelikan permen ini untuk oppa imut." Jawab anak itu. Menggemaskan. Membuat Soonyoung ingin sekali mencubit pipi chubbynya.
"Oppa imut?" Sedangkan Wonwoo tidak terpengaruh dengan kegemasan anak itu.
"Aigoo.. Dia manis sekali. Di mana Jihoon menemukannya." Gemas Soonyoung. Sampai baru sadar jika dia sebenarnya sedang mencari Jihoon.
"Kau melihat orang yang wajahnya lucu dengan tinggi segini?" Ujar Wonwoo. Menunjukkan perkiraan tinggi Jihoon dengan tangannya.
Gadis kecil itu langsung mengangguk yakin. Soonyoung pun kembali berkata, "Di mana oppa imut itu sekarang?"
"Sepertinya masuk ke dalam. Oppa kenal oppa imut?"
"Aku.."
Dorr..
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lie
FanfictionKalau diberikan kesempatan untuk memiliki wajah cantik dan tubuh sempurna, apa kalian akan merasa senang dan beruntung? Mungkin sebagian besar jawabannya 'Iya'. Namun berbeda dengan Karmel. Gadis populer ini tidak menggunakan kesempurnaannya dengan...