"Akhirnya! Halo kasur kesayanganku." Kata Jihoon sambil merebahkan dirinya di atas kasur apartemennya.
"Belum puas kau tiduran di rumah sakit?" Sindir Soonyoung pada Jihoon yang masih menghabiskan waktu untuk menidurkan tubuhnya. Dia lebih suka kasurnya ini daripada kasur rumah sakit itu.
Walau lebih empuk dan bersih. Tetap saja bau obat-obatan itu tidak menyenangkan untuk dihirup. Lebih baik aroma kamarnya yang khas dirinya sendiri. Berbau musik.
"Bawel. Ini kamarku. Jadi suka-sukaku mau tidur berapa lama dan berapa sering pun." Sinis Jihoon.
"Ok. Aku tidak akan mengganggumu. Aku balik." Pamit Soonyoung. Biasanya dia akan merusuh dulu jika ada di apartemen Jihoon. Tapi kali ini dia menghindarinya. Dia tidak ingin sampai Jihoon mengingatnya.
"Siapa suruh kau pergi?!" Di depan pintu, kaki kiri Soonyoung berhenti untuk menapakkannya di lantai. Benarkan firasatku. Batin Soonyoung.
"Kau tidak mau aku pergi ya?" Soonyoung mulai beraksen lembut dan menggelikan bagi Jihoon.
Tidak mau mendengar kata-kata menggelikan itu, Jihoon cepat-cepat mengangkat bantalnya dan berkata, "Sekali lagi kau mengatakan itu, ku lempar kau dengan gitarku!"
"Aku yakin kau tidak akan menggunakan gitar kesayanganmu itu untuk mphf.." Jihoon melempar bantalnya tepat mengenai wajah Soonyoung.
"Home run!" Teriak Jihoon.
"Yakk! Berapa lama bantalmu tidak dicuci?! Berdebu sekali."
"Daripada bantal kau yang bau. Lebih baik bantalku yang berdebu." Balas Jihoon.
"Lebih baik ya?" Soonyoung melempar kembali bantal itu pada Jihoon. Lagi-lagi lemparan itu mengenai sasaran tepat di wajah pria itu. Melompat ke tempat tidur dan membekap Jihoon dengan bantalnya sendiri. Bekapan yang tidak terlalu kencang.
Setega-teganya Soonyoung pada Jihoon, dia tidak mungkin membuat Jihoon sampai mati atau sekurang-kurangnya pingsan. Nanti dia lagi yang disuruh membayar biaya rumah sakit.
Dia kan hanya asisten seorang koreografer saja. Dipanggil jika butuh saja. Tidak ada gaji tetap. Sedih.
"Kau mau membunuhku ya?!" Berontak Jihoon dengan setengah tenaga karena tangan kanannya belum bisa banyak digerakkan.
"Tidak sampai membunuh. Hanya membuatmu tidak sadarkan diri saja." Jawab Soonyoung tanpa nada bersalah.
Sekuat tenaga, Jihoon masih berusaha memberontak untuk melepaskan diri dari Soonyoung yang ada di atasnya. Menduduki kakinya dan membekap dirinya dengan bantal yang membuatnya sesak nafas.
"Kau itu berat. Cepat turun!" Perintah Jihoon.
"Andwae." Namun dijawab santai oleh Soonyoung.
Mau tidak mau, Jihoon pun bergerak makin liar. Bergoyang ke kanan dan kiri dengan ektrim sampai Soonyoung mulai kehilangan keseimbangan. Bekapannya terlepas. Ketika dirinya sudah bisa bernafas, Jihoon pun mendorong Soonyoung sampai menghantam tanah dengan keras.
Brukk..
"Ada apa ini?!" Suara wanita yang tiba-tiba datang membuat kedua pria yang tadi asik bermain itu mengalihkan matanya terkejut.
Tidak berbeda jauh dengan Karmel, dia juga terkejut dengan keadaan yang baru saja dia dengar dan dia lihat. Jihoon dengan posisi tertidur di kasur dengan pakaian dan penampilan yang terlihat berantakan. Sedangkan Soonyoung yang terkejut di lantai dengan penampilan yang
sama acak-acakkannya."Kalian habis melakukan apa?" Tanya Karmel. Mengandung maksud lain yang terdengar jelas di pendengaran Jihoon dan Soonyoung.
"I-ini bukan seperti yang kau pikirkan." Elak Jihoon. Dengan muka merah. Yang dia aneh, kenapa Karmel bisa masuk ke sini??
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lie
Fiksi PenggemarKalau diberikan kesempatan untuk memiliki wajah cantik dan tubuh sempurna, apa kalian akan merasa senang dan beruntung? Mungkin sebagian besar jawabannya 'Iya'. Namun berbeda dengan Karmel. Gadis populer ini tidak menggunakan kesempurnaannya dengan...