18. Menjaga

363 63 13
                                    

"Untung kau masih ada di luar sekolah, Soonyoung-ssi."

"Ne. Kebetulan sekali. Kalau tidak, aku tidak tau apa yang akan dilakukan dua namja besar itu pada Jihoon."

Samar-samar Jihoon mendengar suara Soonyoung dan juga seorang yeoja. Jihoon tidak yakin siapa suara yeoja itu. Tapi mirip suara Karmel.

"Kamsahamnida. Aku akan sangat khawatir jika Jihoon lagi-lagi terluka. Ini pasti karenaku." Sekarang Jihoon yakin itu Karmel. Tidak mungkin Mira berpikir begitu.

"Ini belum tentu salahmu. Bisa saja Jihoon memiliki musuh di luar sana." Sampai kau kelepasan bicara, kau yang akan habis diapartemenku. Ancam Jihoon.

"Tapi selama ini Jihoon terlihat baik-baik saja. Sejak aku dekat dengan Jihoon, selalu saja ada yang menyakitinya. Ini pasti karenaku." Suara tangisan Karmel terdengar.

Jihoon tidak tega mendengar Karmel menangis. Dia ingin membuka matanya atau menggerakan salah satu jarinya. Tapi semua rasa sakit itu mengalahkan keinginan Jihoon itu.

"Uljima! Jihoon pasti baik-baik saja dan semua ini belum tentu salahmu." Soonyoung ikut panik karena dia melihat Karmel menangis. Dia tidak tau bagaimana cara menghentikan tangisan seorang yeoja. Pernah membuat seorang menangis saja dia rasa tidak. Menangis karena tertawa
mungkin pernah.

"Hey! Jihoon-ah, bangunlah! Lihat gadismu menangis!" Soonyoung sialan. Berhenti menggunakan balmal padaku. Cepatlah bergerak! Perintah Jihoon pada tubuhnya.

"Kau sepertinya sudah dekat dengan Jihoon ya." Ucapan Karmel berhasil membekukan Soonyoung.

Bagus! Sekarang cari alasan yang tepat untuk menjelaskannya. Jangan sampai kau menggunakan alasan-alasan tidak masuk akalmu. Kesal Jihoon.

"Ehh.. Aniyo.. Aku pernah dibantu mengerjakan tugas yang tidak ku mengerti." Soonyoung mengusap tengkuknya. "Jadi setelah itu apa salahnya aku bersikap akrab dengannya." Tawanya renyah.

Akan ku tinju kau sepulang sekolah nanti Soonyoung-ah!!

Soonyoung masih tertawa renyah sampai Karmel berkata, "Kau orangnya hamble ya. Ku kira kau sama dengan temanmu itu Wonwoo."

"Tidak kok." Aku harus bicara apa lagi setelah ini?! Batin Soonyoung.

Hentikan tawa anehmu itu. Perintah Jihoon dalam hati.

Kecanggungan antara Soonyoung dan Karmel membuat keduanya kembali diam dan asik dengan pikiran masing-masing. Karmel melihat tubuh Jihoon yang terbaring dengan luka-luka yang belum sempat dia bersihkan. Sedangkan Soonyoung diam-diam melirik Karmel yang sedang mengkhawatirkan temannya itu.

Soonyoung merasa ada yang lain dari tatapan Karmel. Tapi mengingat perkataan Jihoon soal permainan Karmel, Soonyoung jadi tidak bisa luluh semudah itu dengan ekspresi Karmel. Namun jika dia boleh memberikan pendapat, dia akan mengatakan jika Karmel sepertinya mulai menyukai Jihoon sesungguhnya.

Dibalik kedua orang itu, Jihoon masih tetap berusaha menggerakkan setiap tubuhnya sambil sesekali menyumpahi otot-ototnya yang tidak bergerak-gerak itu. Dia sungguh tidak suka jika harus berdiam diri tetapi mengetahui setiap percakapan mereka. Itu sama seperti penguntit
baginya.

Samar-samar Jihoon kembali mendengar langkah kaki yang terdengar semakin kencang. Tak lama suara pintu terdengar cukup kencang. Bersamaan dengan suara yeoja kembali.

Jihoon semakin cepat mengusahakan agar bisa menggerakan tubuhnya. Tubuh keparat! Cepat bergerak! Aku tidak mau menambah beban orang-orang. Resah Jihoon.

Sweet LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang