Sudah 15 vote again.. makasih banyak reader 💕💕 biar gak tambah malam, langsung dibaca aja yukk 😊
Happy reading ^^
◇🌸◇
"Karmel! Kau di mana??!"
"Jangan pergi.."
"Aku bisa gila kalau kau tidak muncul dihadapanku." Teriak Jihoon. Berharap Karmel masih ada di sini dan dapat mendengarnya.
"Tidak perlu seperti itu. Mira masih membutuhkanmu." Suara dingin itu muncul dari balik pohon.
Jihoon langsung tersenyum cerah dengan tetesan air mata yang belum terhapus. Hanya melihat wajah Karmel, dia tidak lagi ingat dengan segala kegilaannya selama mencari gadis itu.
Bahkan dia tidak memperdulikannya. Dia bergegas menuju Karmel. Menggenggam kedua pipi gadis itu dan menatapnya penuh syukur karena gadis itu masih menunggunya.
Tapi Karmel tidak mau menatap matanya seperti biasanya. Jihoon mengerti itu. Walau tidak bisa menatap mata Karmel, Jihoon tetap tersenyum karena dia masih bisa melihat wajah cantik Karmel.
Walau dengan mata bengkak dengan riasan yang sudah berantakan, Karmel tetaplah gadis yang cantik. Karmel selalu cantik di mata Jihoon sampai kapanpun.
Tanpa ragu, Jihoon langsung memeluk Karmel. Merengkuh tubuh gadis itu masuk ke pelukannya yang erat. "Untunglah.. Untunglah aku belum kehilanganmu."
Air mata Karmel kembali mengalir ketika Jihoon mengatakan itu. Rasanya ingin sekali Karmel membalasnya dengan 'Untuk apa kau merasakan itu? Kau sudah tidak membutuhkanku' atau 'Kenapa kau masih peduli padaku? Aku sudah bukan lagi kekasihmu', tapi bibir Karmel tidak bisa mengatakannya.
Dia masih mencintai Jihoon. Dia belum bisa berpisah dengan pria itu. Dia ingin kembali menjadi kekasihnya.
Jihoon melepaskan pelukannya. Menyentuh kedua pipi Karmel yang sudah basah dengan air mata dan tanpa Karmel sadari, Jihoon dengan cepat menyapu air mata di bibirnya dengan sebuah kecupan.
Kecupan singkat, namun sanggup membuat bibir Karmel menganga kecil.
"Karmel-ah, saranghae."
Jihoon kehilangan kata-kata yang sudah dia rangkai. Ketidakberadaan Karmel telah menjatuhkan setiap kata yang telah dia susun. Sekarang dia hanya bisa mengatakan kalimat singkat itu sampai dia menemukan penjelasan yang lebih baik.
"Kau mempermainkanku!" Suara rilih khas menangis, sulit terdengar di telinga Jihoon. Tapi dengan segala keyakinannya, Jihoon bisa merasakan itu bukanlah pertanyaan tapi pernyataan.
"Aku tidak benar-benar ingin mengakhiri hubungan denganmu. Aku tidak bisa kehilanganmu lagi mulai saat ini. Aku tidak ingin kau pergi dariku. Tetaplah bersamaku. Kita buat kisah yang lebih baik lagi."
Bukannya senang mendapatkan ucapan romantis itu, Karmel malah menangis makin kencang dan mendorong Jihoon menjauh darinya.
"KAU MAU MEMPERMAINKANKU YA!?!! KAU BARU SAJA MEMUTUSKANKU DAN SEKARANG KAU BILANG TIDAK INGIN MENGAKHIRI HUBUNGAN DENGANKU. AKU TIDAK MENGERTI MAKSUDMU!!" Murka Karmel.
"Aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu, Jihoonie.." Rilih Karmel. Dia terjatuh ke tanah dengan kaki yang lemas.
Dia tidak bermaksud berteriak seperti tadi pada Jihoon. Tapi dia tidak bisa menahan diri. Karmel merasa sangat dipermainkan dengan kata-kata Jihoon.
Dengan kasar Karmel menggusap matanya yang sudah bengkak. Kedua matanya sudah perih. Namun air mata itu tetap tidak mau berhenti. Bahkan sapuan Jihoon di bibirnya memperparah keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lie
FanfictionKalau diberikan kesempatan untuk memiliki wajah cantik dan tubuh sempurna, apa kalian akan merasa senang dan beruntung? Mungkin sebagian besar jawabannya 'Iya'. Namun berbeda dengan Karmel. Gadis populer ini tidak menggunakan kesempurnaannya dengan...