Kabar status Jihoon dan Karmel terus berkembang pesat. Bersamaan dengan kedekatan mereka yang semakin memperjelas rumor yang sempet beredar dengan sifat yang masih ragu-ragu dulu.
Sekarang Jihoon dan Karmel menjadi pasangan yang paling populer dan dipantau banyak orang. Jihoon yang dikenal pintar dengan segala tipu daya yang pernah dilakukannya dulu ternyata mampu menarik Karmel seorang gadis cantik dari keluarga terpandang. Entah siapa yang beruntung. Jihoon yang mendapatkan Karmel dengan rupa cantik dan menawan atau Karmel yang mendapat Jihoon dengan segala kelebihan yang menjadi karismanya tersendiri.
Yang pasti bagi semua orang, mereka adalah pasangan terbaik tahun ini. Semua orang pasti mengetahui mereka. Namun tidak untuk Mira. Setiap melihat Jihoon dan Karmel bersama, perasaan Mira terasa terpukul-pukul palu besar. Dia memang sejak awal sudah yakin Jihoon akan memilih Karmel. Siapa juga yang akan memilihnya? Sudah kutu buku, tidak secantik Karmel, kuno lagi.
Tapi tetap saja Mira sudah terlanjut menyukai Jihoon. Untuk menghilangkan rasa suka itu pun butuh waktu yang cukup lama. Bahkan Mira terkadang masih terus berharap jika Jihoon masih menganggapnya penting. Lebih penting dari Karmel.
Saat Mira masih memendam kesedihannya sendiri sambil tertidur di atas meja, sebuah buku terpukul ke kepalanya. Mira tidak membayangkan jika itu sesuatu yang baik. Apa ini guru? Masa sudah masuk? Aku tidak dengar bel masuk? Lagipula kan baru saja istirahat?
Lagi-lagi buku yang sama dipukulkan pelan ke kepala Mira. Dengan tatapan takut, Mira mengangkat kepalanya dan melihat si pelaku yang memukul kepalanya. Seketika itu juga Mira menatap seseorang yang tersenyum jahil diharapannya sekarang.
"Ish!! Kau menakut-nakutiku!! Aku kira tadi guru yang memergokiku tidur." Omel Mira pada Jihoon yang sudah tertawa puas karena ekspresi Mira.
"Kau mengantuk sekali ya sampai tidak mendengar kalau bel masuk saja belum bunyi." Kata Jihoon. Menimpalinya dengan candaan.
Bukan mengantuk tapi menyakiti diriku sendiri yang masih mengharapkanmu. "Ne. Aku mengantuk sekali." Balas Mira. Bertolak belakang dengan yang ada dipikirannya.
"Kau begadang lagi? Belajar apalagi memangnya? Harusnya kau sisihkan waktu setidaknya lima jam untukmu tidur. Tidak baik begadang setiap hari." Ceramah Jihoon terlihat khawatir.
Bagaimana bisa aku melupakan perasaanku jika Jihoon masih seperhatian ini padaku? Batin Mira. "Harusnya kau katakan itu pada dirimu sendiri. Aku tau kau lagi-lagi tidak tidur minggu kemarin karena menyelesaikan lagu. Kau lebih parah dariku. Dua hari tidak tidur. Matamu sampai menghitam saat itu. Kau tidak kasihan dengan otak, mata dan tubuhmu yang lelah itu." Ceramah Mira. Menggantikan sakit hatinya yang kembali terbuka lebar karena perhatian Jihoon.
"Habis aku tidak bisa tidur jika sedang membuat lagu." Kata Jihoon. Menanggapi ucapan Mira seakan mendengar nasehat dari orang tuanya. Sampai dia baru tersadar. "Kenapa jadi kau yang menasehatiku? Tadikan aku yang menceramahimu."
Mira tertawa kecil. Pasti dia sedang memikirkan Karmel sampai Jihoon tidak fokus begini. Lagi-lagi Mira hanya bisa menelan segala harapannya. Seorang Jihoon bahkan tidak pernah kehilangan fokus ketika mereka masih bisa terus bersama.
"Ya sudah. Aku membangunkanmu karena ingin mengajakmu makan di kantin. Kau pasti belum makan kan?" Kata Jihoon.
Kalau tidak memikirkan Karmel yang sudah ada di hati Jihoon, mungkin jantung Mira akan langsung berdebar ketika diajak seperti tadi. Sayang kali ini debaran itu memunculkan sensasi panas yang menyakitkan kepalanya sendiri.
"Belum. Tapi aku tidak lapar. Kau makan saja sendiri." Tolak Mira. Dia takut melihat Karmel ada di sana nanti. Dia tidak mau melihat kehangatan Jihoon yang terpancar untuk gadis lain. Itu menyakitkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lie
FanfictionKalau diberikan kesempatan untuk memiliki wajah cantik dan tubuh sempurna, apa kalian akan merasa senang dan beruntung? Mungkin sebagian besar jawabannya 'Iya'. Namun berbeda dengan Karmel. Gadis populer ini tidak menggunakan kesempurnaannya dengan...