44. Ingatan

290 56 12
                                    

"Mira-ya, kau bilang Jihoon pernah menyelamatkanku dua kali?"

Mira mengalihkan matanya pada Karmel yang masih fokus mengembalikan ingatannya, terkhusus tentang Jihoon yang sampai sekarang masih belum terbangun. Sudah hampir satu bulan lamanya.

"Bisa kau ceritakan mengenai kejadian itu?"

Mira ragu-ragu mengatakannya. Masalahnya, kejadian itu berhubungan dengan trauma Karmel. Dia takut membuat trauma itu makin besar jika dia menceritakan tentang mantannya itu.

"Mianhae. Aku tidak bisa."

"Waeyo?" Terdengar nada protes dari Karmel.

"Karena itu akan membuat kenangan burukmu kembali. Aku tidak mau memperparah traumamu. Kau masih tahap penyembuhan."

Karmel kecewa mendengarnya. "Aku mulai putus asa karena sama sekali tidak mengingat Jihoon. Bahkan pria lain termasuk oppaku sendiri. Aku tetap takut pada mereka semua. Tapi ada perasaanku yang membuatku berpikir jika aku tidak akan lepas dari mereka. Terutama Jihoon. Setiap melihatnya, aku jadi merasa seperti aku tidak mau jauh darinya."

"Itu karena kau suka dengannya." Tutur Mira langsung pada intinya.

"Apa benar? Sepertinya kau lebih pantas menyukainya."

Mira menghela nafas. "Kalau kau memang ingin tau, aku akan menceritakannya." Ekspresi Karmel sedikit berubah cerah. "Asal kau berjanji jika kepalamu sakit atau kau mulai takut, kau harus menghentikanku." Lanjut Mira.

"Aku akan berusaha kuat."

Mira memantapkan dirinya. Memikirkan darimana dia harus memulainya. Karena kenyataannya dia sendiri juga hanya mendengar kejadian ini dari Jihoon dan juga Wonwoo. Tidak melihat langsung.

"Kejadian pertama itu terjadi di dekat distrik ramai. Kau di sekap di salah satu rumah kumuh yang tidak ditinggali dan sangat tertutup. Kalau tidak salah ingat kau diculik kurang lebih sekitar seminggu. Dan Jihoon menyelamatkanmu dengan mengikuti si pelaku sampai tempat kejadian. Dia menghabisi pelaku yang menculikmu sampai dia menerima sayatan yang banyak di tangan kanannya. Yang akhirnya dia harus dirawat di rumah sakit."

Karmel merinding membayangkan dirinya di sekap dan Jihoon yang menyelamatkannya sampai membiarkan tangannya itu disayat-sayat. Walau sayatan memang bukan luka berat, tapi jika sampai harus dirawat, Karmel yakin itu bukan sayatan biasa.

"Lalu kejadian kedua, yaitu kejadian sekarang. Kau kembali disekap langsung di jam sekolah. Tidak ada yang tau bagaimana kau bisa diseret sampai gudang angker yang ada di sekolah. Tapi di sana.. Di sana.." Mira terasa berat mengatakannya. Ini terlalu beresiko.

Namun dengan tatapan penuh harap, Karmel tetap menunggu Mira. Mira pun tidak ada pilihan lain. Dia harus menyelesaikan ceritanya.

"Kau dilecehkan."

Karmel menahan nafasnya. Kali ini tangannya kembali bergetar. Sekarang beberapa keping bayang-bayang mulai menyerang kepalanya. Dia mulai merasakan sakit.

"Kau baik-baik saja kan?" Khawatir Mira.

Karmel mengangguk sambil tersenyum. "Lanjutkan saja. Aku baik-baik saja." Karmel menjawabnya begitu yakin sampai Mira percaya dengan mudah padanya.

"Dia mengikat tangan dan kakimu. Membuka sedikit bajumu dan menyentuh beberapa area tubuhmu." Getaran Karmel makin kuat. Mira semakin mengkhawatirkan keadaan psikis Mira.

"Tapi kau tidak perlu khawatir. Kau masih baik-baik saja. Kau tidak terluka dan tidak ada yang hilang darimu." Lanjut Mira cepat sebelum Karmel makin parah. Dipegangnya tangan Karmel untuk menghentikan getaran itu. Sayang. Tatapan Karmel sudah kosong.

Sekarang Mira menyalahkan dirinya.

"Karmel-ah.. Sadar. Kau tidak apa-apa. Jihoon menyelamatkanmu tepat sebelum dia jauh melukaimu. Kau tetap sehat karena Jihoon dan teman-temannya menyelamatkanmu." Kata Mira. Terus menerus.

"Mira-ya.." Suara Karmel sangat kecil dan hampir tidak akan terdengar jika ruangan itu tidak sunyi.

"Siapa yang melakukan kriminalitas ini?"

"Tidak perlu diingat sekarang. Bertahap saja. Ku antar kau ke kamarmu ya. Kau pasti butuh istirahat." Alihkan Mira.

"Aniyo. Aku tetap mau tau siapa pelakunya. Aku seperti sudah mengingat sesuatu." Kata Karmel. Sedikit berbohong. Tapi tidak sepenuhnya berbohong karena dia sudah mengingat setengahnya. Tentang tangan seseorang yang menyentuh tubuhnya. Dan juga Jihoon yang tertembak.

"Aku tidak bisa mengatakannya."

"Ku mohon." Pinta Karmel dengan wajah memelas.

"Mantanmu." Mira menutup matanya tidak sanggup membalas tatapan Karmel.

"Namanya?"

Mira makin tidak karuan. Dia mengeratkan pegangannya di tangan Karmel. "Kyungsoo. Do Kyungsoo."

Tanpa basa basi lagi, Karmel melepas pegangan Mira dan berkata, "Aku harus keluar."

"Neo gwaenchana??" Tahan Mira.

Karmel tersenyum. "Nan gwaenchanayo. Aku akan ke kamarku sendiri."

"Akan ku antar."

"Kau temani Jihoon saja. Aku bisa sendiri. Terima kasih sudah mau bercerita. Aku sudah mulai mengingat sesuatu. Gomawoyo." Tanpa menunggu balasan lagi, Karmel keluar kamar itu meninggalkan Mira.

Di luar kamar itu pun dia disambut seseorang. Soonyoung. Pria bermata sipit dan berpipi chubby. Pria itu sedikit mundur melihat kehadiran Karmel.

"Mianhae. Aku tidak tau kau akan keluar." Katanya dengan sedikit sopan. Masih tetap menjaga jaraknya sampai membuat Karmel bingung.

"Ne. Gwaenchanayo." Kata Karmel.

"Aku membelikanmu kopi." Dia menyodorkan sebuah plastik dengan segelas kopi di dalamnya.

"Aku tidak tau kau suka kopi apa. Tapi Jihoon menyukai kopi jenis itu. Karena kalian sama-sama penyuka kopi, jadi mungkin kau juga suka dengan jenis itu. Itu juga dari cafe yang kalian suka. Jadi.."

"Kamsahamnida, Soonyoung-ah." Ucap Karmel cepat sebelum Soonyoung kembali melanjutkan ucapannya.

Soonyoung sempat terkejut. Lalu dia dapat dengan cepat menunjukkan senyumnya dan berkata, "Cheonmaneyo."

"Aku akan kembali ke kamar."

"Ne. Aku akan ke dalam juga. Semoga kau cepat sembuh."

"Ne. Kamsahamnida." Aku sudah cukup sembuh untuk mengingat siapa yang pantas berada di dekatku.

Sampai dia sadar, aku akan berada di dekat Jihoon. Aku akan bertanggung jawab atas semua ini.  

◇🌸◇

Eleh.. eleh.. ini apa yang Karmel pikirkan? Kenapa makin ribet aja sih??

Ngomong-ngomong ada yang mulai bosan tidak dengan jalan cerita ini? Kalau bosan, aku akan percepat.

Dibales ya.. aku mau tau isi hati dan pikiran kalian ^^ Mari kita berbagi pendapat

Aku gak mau kalian kebosanan pada bagian ini :'(

Kamsahamnida
Jangan lupa vote dan comment
Bye~

Sweet LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang