49. Pengakuan

340 57 21
                                    

Sudah sekitar satu menit tangan kecil putih itu membeku di ambang pintu. Tangan itu tidak juga mengetuk atau menekan sebuah bel pintu yang sudah ada di depan jarinya, membuat seseorang yang ada di sebelahnya merasa bosan dan juga jengah.

Rasanya ingin sekali Wonwoo menggantikan tangan Jihoon yang kaku itu untuk mengetuk pintu tersebut, tapi dia mengerti bahwa Jihoon membutuhkan waktu untuk memantapkan dan menyesuaikan diri. Terutama ketika dia baru saja bangun dan kabur dari rumah sakit.

Majayo. Sekarang Jihoon dan Wonwoo sedang berdiri di depan pintu rumah Karmel sesuai keinginan Jihoon. Soonyoung menepati janjinya untuk membantu Jihoon menemui Karmel. Sekarang Soonyoung sendiri sedang menggantikan posisi Jihoon untuk berbaring di ranjang ditemani Mira.

Dari awal memang Soonyoung sudah ingin mendengar pengakuan cinta itu keluar dari bibir Jihoon. Wonwoo tau itu.

Jihoon kabur tanpa sepengetahuan dan seizin dokter. Dia nekat dengan keadaannya yang masih lemah. Bahkan sekarang jantungnya berdegup sangat kencang tidak tau antara efek dia kabur dari rumah sakit, efek dia belum sembuh seutuhnya atau dia yang ingin bertemu Karmel. Rasanya sungguh aneh dan canggung. Jihoon tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya.

"Kalau kau tidak segera menekannya, biar aku saja yang tekan." Kata Wonwoo mulai tidak sabaran. Dia tidak bisa bayangkan seberapa kuat tangan Jihoon diam mengambang begitu. Dia saja berdiri begini sudah lelah.

"Tunggu sebentar. Aku butuh waktu untuk meyakinkan diri."

"Seorang Jihoon bisa merasa gugup seperti ini juga. Aku kira kau hanya punya malu." Kata Wonwoo sarkas. Tapi Jihoon sudah terbiasa dengan itu. Jika dia masih saja bisa terpancing emosi dengan kesarkasan Wonwoo, maka pertemanannya yang hampir bertahun-tahun sama saja sia-sia.

Satu tarikan nafas sudah dikeluarkan Jihoon, barulah dia bisa dengan yakin menekan bel pintu itu.

Beberapa lama setelah bel berbunyi, seorang laki-laki yang tidak dia kenali muncul membuka pintu itu. Menunjukkan senyumnya sesaat lalu berubah datar ketika melihat Jihoon. Melihat perubahan itu Jihoon merasa orang ini mengenalinya, namun dimana? Jihoon saja tidak tau siapa pria itu.

"Jeosonghamnida. Karmel tidak bisa bertemu denganmu." Katanya langsung. Hendak menutup pintu, namun Jihoon menahannya dengan kekuatan lemah.

"Anda siapa? Saya belum berkata apa-apa, tapi Anda sudah mengatakan itu. Saya ingin meminta penjelasan Karmel. Beri saya waktu bertemu dengannya." Kata Jihoon dengan tergesa-gesa dan penuh perintah.

Pria tersebut memberikan reaksi tidak suka pada sikap tidak sopan Jihoon padanya. Dia pun dengan segala kesabaran menjawab, "Saya oppa dari Karmel. Jadi bersikaplah lebih sopan. Karmel tidak ingin bertemu denganmu, jadi jangan paksa dia."

"Oppa apa? Oppa Karmel adalah Jeonghan hyung. Bukan kau. Jangan mengaku-ngaku." Jihoon mulai tersulut api amarah karena menghadapi orang tersenut. Berani-beraninya dia mengaku-ngaku jadi oppa dari Karmel, padahal Jihoon sudah mengetahui siapa oppa asli dari Karmel.

"Saya minta kesopananmu pada orang yang lebih tua. Kau tidak pantas berlaku seperti anak kecil diumurmu yang hampir menginjak dewasa." Katanya dengan kewibawaan yang terlihat.

Wonwoo berusaha menenangkan Jihoon dan membuat temannya lebih tenang. Dia membantu Jihoon menahan pintu itu dengan kakinya sehingga tangannya bisa dia gunakan untuk menegakkan tubuh Jihoon yang masih condong memaksa seseorang dihadapan Jihoon.

Ketika Jihoon mulai menyerah karena staminanya semakin menurun, wajahnya mulai berubah memelas. "Tolong biar aku kesempatan bertemu Karmel. Aku tidak tau siapa kau, tapi aku ingin bertemu kekasihku yang bernama Karmel. Aku ingin dia menjelaskannya langsung padaku. Alasan kenapa dia mau pergi dariku. Hanya itu, aku tidak punya banyak waktu, aku mulai kehilangan tenagaku sekarang." Kata Jihoon. Wajahnya memang sudah terlihat pucat dengan warna bibirnya yang sudah tidak terlihat segar lagi. Dadanya sudah naik turun dengan cepat karena kekurangan oksigen dari debaran yang tidak bisa berkurang.

Sweet LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang