Note: Tailler sudah tersedia di media, jika kualitasnya buruk bisa diubah di settings.
Hai, selamat datang di lapak ini. Jika terdapat kesamaan nama, tempat, atau pun kejadian, cerita ini hanya fiksi belaka yang di tulis oleh pengarangnya sendiri. Sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung pihak mana pun. Mohon bijak dalam membaca. Terima kasih ya, miss u.
🌿🌿🌿
Minggu, hari yang mengandung makna liburan. Di mana hari tersebut orang-orang akan duduk di rumah, bersama keluarganya, bersama ayah, ibu dan saudara. Bercengkrama ketika piknik atau sekadar memanggang BBQ. Contoh paling sederhana menonton televisi seraya berebut remot yang mengundang perdebatan kecil antara ibu dan anak hanya karena beda selera tontonan. Sesimple itu sebenarnya, tapi bagi seorang Kinara Bautista moment seperti itu tidak ada dalam kamus hidup. Senin sampai jumat, ia di sibukkan oleh aktivitas sekolah, bertemu teman-teman, bercanda dengan mereka yang sefrekuensi. Sabtu, jam les privat Kinara agar nilai-nilai yang ia perjuangkan dipastikan tidak menurun. Sementara minggu, kata orang minggu itu family time. Kinara tertawa, hidupnya terlalu lucu. Ia punya papa, mama dan kakak, formasi yang lengkap. Namun tidak memberi definisi keluarga.
Kinara menghela nafas panjang, tidak ambil pusing soal hidup. Ia merobek segel plastik novel yang baru dibelinya di gramedia. Lalu membuka lembaran baru.
Hari-hari yang kita lewati adalah buku, buku akan terawat apabila dipengang oleh tangan yang tepat. Bila tidak bagaimana? Kita hancur, terpisah, bercerai berai. Sayangnya kita mengatas namakan manusia yang selalu berbuat kesalahan. Kita hanya manusia-manusia egois, kalau saja kita mau berbagi buku, menjelajahi setiap bab bersama-sama dengan saling menghargai, atau berhenti pada suatu halaman ketika kita sedang lelah, bukan memaksakan diri untuk terus membaca endingnya. Kita juga butuh jeda, butuh istirahat. Kalau begini, kita tamat dengan cara yang tidak baik. Lalu mau menyalahkan siapa?
Kinara buru-buru menutup bukunya, baru juga halaman pertama, cuma satu pragraf buku itu berhasil menyentil jantungnya. Nafas Kinara memburu seakan ia berlari. Iya benar, Kinara berlari tanpa tujuan, tanpa orang-orang tahu ia sedang kelelahan. Papa dan mama hanya menjelajahi bab buku bersama-sama tanpa jeda, tanpa tahu bahwa hubungan mereka terlalu memaksa. Seharusnya mereka istirahat, dalam artian bicara dari hati ke hati. Sekarang mereka selesai. Lalu mau menyalahkan siapa?
"Gue boleh duduk di sini?"
Kinara mendongakkan kepala, seorang laki-laki sedang menatapnya. Ia berkaos hitam polos dipadukan dengan kemeja biru kotak-kotak yang sengaja tidak dikancingkan, dipasangkan dengan jelana jins yang bagian lututnya sengaja dibolongkan. Tubuhnya tinggi kisaran 180-an. Cowok itu berkulit putih, bibir kemerahan, rambut acak-acakkan, dan satu yang khas adalah tahilalat kecil di atas bibir sebelah kanan, tahilalat yang tidak kelihatan dalam jarak jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
KinarArga (End)
Fiksi RemajaYang Kinara Bautista lakukan hanya menghabiskan uang papa yang tidak ada habisnya. Ia bisa membeli apapun, kecuali membeli janji mama yang pernah berjanji untuk kembali. Kinara merasa tidak berguna, hingga anak laki-laki bernama Gibran Fedelin membe...