Cita-Cita

653 87 10
                                    

🎶Tersenyum untuk siapa - Hivi.

🎶Tersenyum untuk siapa - Hivi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌿🌿🌿

Halte selalu menjadi tempat pemberhentian bus kota, orang-orang yang di dalamnya ingin keluar dari kepenatan aktivitas yang di lakukan seharian. Mereka beragam, ada yang menggunakan segaram sekolah, baik dari sekolah dasar yang temani orang tuanya, atau yang berseragam SMP dan SMA bersama teman, pacar, atau pun sendirian. Ada yang memakai baju kerja, memakai baju biasa, dan lain sebagainya. Intinya raut wajah mereka menunjukkan kelelahan. Bus kota itu baik sekali, cuma dengan lembaran uang ia membawa manusia berpergian mencapai tujuan yang mau mereka tempunh. Dan lagi, Bus kota mengantarkan ketika mereka ingin pulang meski tidak di antarkan benar-benar sampai di depan rumah yang memiliki kekuatan membuat manusia istirahat karena sudah terlalu penat.

Ada satu gadis yang duduk di halte tanpa mau berpergian atau pulang. Ia hanya duduk di halte menyaksikan orang-orang itu. Ia sudah pulang sekolah sejam yang lalu, berniat jalan-jalan sore lalu singgah di halte bus sembari memegang sebuah formulir yang di berikan Gibran kepadanya saat di sekolah. Formulir untuk mengisi data peserta cerdas cermat. Tak terasa cerdas cermat itu hanya menghitung hari. Kalau di tanya mengapa harus di halte, karena di halte bus Kinara dapat melihat wajah-wajah baru yang turun dari bus kota, yang walaupun tidak dikenal mereka menyedekahkan sebuah senyuman paling ramah, senyuman yang tanpa mengarapkan imbalan apa-apa.

Pernah suatu waktu, Kinara ingin naik bus kota. Tetapi Papa tidak pernah mengijinkannya. Katanya kalau ada kendaraan pribadi mengapa juga harus naik bus kota. Katanya orang-orang asing di dalam bus kota berbahaya, bisa saja mereka melakukan hal-hal jahat yang tidak pernah kita duga. Padahal yang lebih berbahaya dan berpotensi menyakiti selalu datang dari orang yang kita kenal dan terlalu percaya. Setidaknya dengan naik bus kota jika kita kecelakaan paling tidak kita mati sama-sama. Meski surga dan nerakanya juga beda, tapi untuk tahu bahwa kita nggak merasakan sakit sendirian itu sangat melegakan.
Bisa saja sewaktu-waktu Kinara melanggar larangan Papa waktu itu, tetapi makin ke sini ia makin paham, tidak semua keinginan harus dilakukan. Menyaksikannya sudah cukup.

Sembari mengisi data di formulir Kinara sesekali mendongak untuk memperhatikan orang-orang asing yang keluar dari bus kota. Tetapi ada satu manusia yang tidak asing, ia memakai hoodie dan keluar dari bus kota. Ketika mata mereka bertubrukan, yang ditatap wajahnya terlihat cukup kaget.

"Loh," Kinara bersuara karena laki-laki itu mendekat setelah menyadari ia di sana. "Arga?"

"Nara?" Ia malah sama bingungnya, lalu ia duduk di samping Kinara.

"Mau ke mana?" tanyanya.

Kinara juga mau menanyakan hal yang sama. Ia curiga, ini Tuhan yang sengaja mempertemukan atau Arga yang membuntutinya. Di sekolah, di kelas, di koridor, bahkan sekarang posisinya sudah keluar dari area sekolah pun mereka bertemu. Padahal baru satu jam lebih sebelumnya mereka bertemu di sekolah. Laki-laki itu seperti punya kekuatan teleportasi yang dapat berpindah tempat secepat kilat.

KinarArga (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang