Kiriman Bunga

723 90 2
                                    

🎶Enjoy life by Airr

🌿🌿🌿

Arga sedang duduk bersila menyaksikan Ibu yang sedang menjahit baju Ayah yang koyak pada bagian ketiak. Bagi Arga tiada yang lebih setia dari cinta Ibu kepada Ayah. Ayah bercerita bahwa Ibu menerima Ayah meski Ayah tidak punya apa-apa selain selain rasa cinta yang tertanam di dada. Bagi Ibu tidak apa-apa tidak ada harta, mungkin cinta tidak akan membuat kenyang dan kaya, tetapi Ibu selalu percaya orang yang hidup dengan cinta selalu punya cara untuk membahagiakan orang yang dicintainya. Sebuah cinta yang lebih kaya dari kekayaan materi karena ia tidak pernah bisa dibeli. Ayah juga bercerita bahwa dahulu Ibu layaknya frozen yang memiliki tembok pertahanan kuat, jika didekati kerap kali orang tidak tahan dengan kedinginannya.

"Bu."

Ibu berguman tanpa melihat wajah Arga, fokus sepunuhnya terhadap pakaian Ayah.

"Gimana cara Ayah yang bodoh itu naklukin Ibu yang cantik ini?

Karena suaminya dibilang bodoh, Ibu mendongak, mengirim sinyal tidak terima.

"Dedek, jangan bilang Ayah bodoh, Ibu cinta banget sama dia."

"Dih," Arga tertawa meremehkan. "Giliran ada Ayah aja sok-sok-an jual mahal."

"Tapi serius Bu, jawab! Dukun mana yang Ayah datangi? Katanya dulu itu Ibu kayak Es batu, udah keras dingin lagi."

Syukurlah Ayah sedang tidak ada di rumah. Ia sedang di luar bersama rekannya untuk membicarakan soal pekerjaan.

"Es batu mau sekeras dan sedingin apa pun lama-lama akan mencair juga kali Dek. Ibu mau sama Ayah bukan karena Ayah kamu ganteng atau pun kaya. Tapi karena usaha dia yang nggak pernah berhenti memperjuangkan Ibu."

Arga berfikir sejenak, lalu bertanya lagi. "Jadi kalo mau naklukin hati cewek kita harus berjuang terus ya Bu walau pun ceweknya itu keras."

Mendengar anaknya berkata begitu, Ibu tidak hanya mendongak. Ia juga menghentikan aktivitas menjahitnya. Mengalihkan fokus kepada anak bungsunya dengan binaran yang terpancar di matanya. Ibu tersenyum antusias.

"Emangnya Dedek lagi berusaha deketin cewek ya?"

Kalau saja Arga sedang minum air pasti ia akan tersedak. Ia menggaruk kepalanya. Wajahnya semerah tomat. Harusnya ia tidak bertanya seperti itu, nanti Ibu pasti mengintrogasinya dengan pertanyaan 5W 1H.

"Siapa dia?"

"Namanya siapa?"

"Rumahnya mana?

"Sekolah di mana?"

"Umurnya berapa?

"Kapan kenalnya?

"Kapan kenalin ke Ibu dan Ayah?

KinarArga (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang