Yang Kinara Bautista lakukan hanya menghabiskan uang papa yang tidak ada habisnya. Ia bisa membeli apapun, kecuali membeli janji mama yang pernah berjanji untuk kembali. Kinara merasa tidak berguna, hingga anak laki-laki bernama Gibran Fedelin membe...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌿🌿🌿
Ketika langkah kakinya telah menapak di atas lantai restaurant bersama Papa, Kinara terkagum melihat interior super mewah restaurant tersebut yang terletak di hotel lantai 6. Namanya Pasola yang berlokasi di hotel Jakarta Ritz Carlton. Meski mewah namun pemandangan yang ada di sana terkesan sangat elegan, membuat siapa saja ingin berlama-lama, bukan cuma makan sekali duduk langsung pulang. Pemandangan indah ibu kota yang disajikan membuat hati Kinara terasa sangat nyaman, hanya terdapat beberapa orang yang datang bersama keluarganya, hal yang membuat Kinara jadi merasa lebih bebas bersama Papa. Karena Papa tahu Kinara tidak terlalu suka di keramaian. Mungkin terkesan norak. Jujur walau memiliki banyak uang di sakunya, Kinara tidak pernah mengunjungi tempat semewah itu. Bukan karena tidak mampu, tetapi ia hanya tidak suka keluar rumah. Ia lebih suka berlama-lama duduk di dalam pemikirannya sendiri, sibuk dengan isi kepala yang sering beradu argumen. Ia tidak punya waktu untuk keluar sebab memang setakut itu untuk keluar dari bumi yang ia ciptakan di kepalanya sendiri.
Pelayanan di restaurant itu juga sama mewahnya. Beberapa waiter dan waitress datang, membungkukkan badan dengan sopan pada mereka lalu meletakkan berbagai hidangan yang Kinara saja bahkan tidak tahu nama spesifiknya apa. Yang ia tahu restaurant itu menghidangkan menu fusion gabungan antara makanan barat dan makanan tradisional Indonesia. Papa sudah mem-bookingrestaurant itu dari awal jadi mereka tidak perlu menunggu. Kinara melogok tidak percaya melihat Papa yang memesan menu sangat banyak, porsi yang berlebihan jika untuk dua orang. Kinara memberikan wajah mengingatkan bahwa ia tidak suka dengan kebiasaan Papa yang suka membuang uang.
"Pa, ini berlebihan!"
"Don't be angry, it's a good day for us. So we need to celebrate."
"Seriously, Dad? Just to eat alone?"
Kinara menatap makanannya sekali lagi, sangat menggoda perutnya yang sedang berteriak agar segera diisi. Tetapi perutnya tidak memiliki muatan yang luas untuk makanan sebanyak ini.
"OMG, this food doesn't fit my small stomach, Dad," keluh Kinara yang rasanya langsung kenyang dengan melihat hidangan sebelum masuk ke mulutnya.
Papa tertawa renyah. "Take it easy Sayang, Papa udah ngundang orang lain buat bantu kita makan makanan ini."
Kerutan di jidat Kinara terbentuk dan bergaris-garis. "Jadi kita nggak berdua aja?" tanyanya.
"Enggak dong. Kan Papa mau ngasih surprise sama kamu."
"Kejutan apa Pa?"
"Ketemu Mama."
Otomatis gadis itu terdiam, sangat lama. Otaknya sedang memproses kata-kata Papa. Hatinya bergetar, sebuah perasaan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Matanya memancarkan pantulan kaca, masih tidak percaya. Apakah mungkin penantiannya menanti Mama selama sepuluh tahun akan tiba? Apakah Papa sudah bisa memaafkan segala pengkhianatan Mama kepada mereka? Jika itu benar, Tuhan sungguh luar biasa menyuguhkan kejutan yang tidak ia sangka-sangka.