Selamat Datang November

770 96 2
                                    

🎶Before You Go- Lewis Capaldi

🎶Before You Go- Lewis Capaldi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌿🌿🌿

Rintik hujan di luar sana sedang deras-derasnya. Seolah ia sedang mewakili perempuan itu untuk menangis. Jam sudah menunjukkan angka 1 bertepatan pula dengan tanggal satu. Tetapi matanya tidak mau tidur. Sebenarnya ia letih menangis dengan meringkuk seperti janin, dan mengurung diri dari semestanya, tetapi ia tidak tidak tahu harus lari ke mana lagi. Ia sangat kelelahan, namun ia tidak memiliki titik temu. Jalan yang terus dilalui selalu buntu, membuatnya berlari sampai kakinya terjun bebas ke laut lepas untuk menenggelamkan diri dari jiwa-jiwa kesepian. Cuma karena satu orang, tata surya seolah sedang goyah, ia ketakutan setiap saat. Temannya bilang, semua orang bilang, laki-laki bukan cuma Gibran saja. Masalahnya laki-laki yang seperti Gibran tidak ada. Yang mengayominya, yang menemani, yang melakukan sesuatu tanpa mengharapkan imbalan kembali.

"Rachel, gue putus sama Gibran. Kok Gibran tega ya?" curhat Nadia dihari pertama Gibran memutuskan hubungan mereka.

Jawaban Rachel malah memberi efek Nadia merutuki diri sendiri.

"Ya lo nya begitu. Mana ada cowok yang suka sama cewek kasar kayak lo."

Walau pun benar, namun ketika mendengarnya dari seorang yang Nadia anggap teman, rasanya sakit sekali. Harusnya teman itu bisa memberi nasehat agar Nadia menjadi lebih baik lagi, bukan mengungkit setiap celahnya seolah ia adalah satu-satunya manusia yang pernah berbuat salah.

Berpindah chattingan ke kontak Mifta, si rangking satu paralel di kelasnya. Orang yang selalu jadi tameng dalam circle pertemanan Nadia. Supaya nilainya aman.

"Mif, gue putus. Sedih banget gue sumpah. Bisa ke rumah nggak temenin gue?"

Mifta langsung membalas dalam 2 detik, Nadia berharap, paling tidak itu bentuk rasa khawatir temannya. Tetapi jawabannya tidak lebih untuk membuat hati Nadia semakin perih.

"Nggak usah lebay lo, kayak nggak ada cowok lain aja. Sorry gue sibuk."

Menelan bulat-bulat kepahitan balasan whatsapp Mifta. Nadia teringat masih memiliki satu teman lagi circle-nya. Ia menghubungi Meimy, si cewek yang tidak memiliki bakat apa-apa dibandingkan ia, Mifta dan Rachel. Cewek itu adalah pengikut setia, ia selalu nurut kalau di suruh apa saja.

"Mei, I'm really sad because of Gibran:("

Nadia setia menunggu balasan karena Meimy masih online. Tetapi bahkan sampai dua jam kemudian chat Nadia tidak dibalas. Jangankan dibalas, di read saja tidak. Padahal kalau boleh diungkit-ungkit, pada saat Meimy yang butuh atau minta tolong, dengan tidak sabaran ia tidak akan berhenti men-spam sampai Nadia membalasnya. Giliran Nadia yang butuh tidak ada satu pun orang yang ada di dekatnya.

Dari awal ia tahu. Bahwa circle pertemanannya dengan Rachel, Mifta, dan Meimy, hanya saling memanfaatkan. Mereka sama-sama memanfaatkan Mifta agar selalu mendapatkan nilai bagus di sekolah. Mereka, sama-sama memanfaatkan Rachel karena ia ketua chiliders yang di segani. Mereka sama-sama memanfaatkan Nadia supaya bisa dibelikan barang-barang mewah. Sedang Meimy jadi pengikut setia, mereka manfaatkan untuk di suruh-suruh seperti pembokat, bodohnya gadis itu rela cuma demi ketularan populer. Sejak dulu Nadia dikelilingi orang-orang toxic, ia sudah tahu bahwa ia dan mereka tidak pernah tulus dalam berteman. Hanya saja ia tidak mau sendiri yang membuatnya terlihat menyedihkan. Bagaimana pun ia butuh tim supaya punya kekuatan untuk melawan siapa saja yang menghadangnya.

KinarArga (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang