Argumen Berlanjut

539 74 4
                                    

🎶I love you so - The Walters.

🌿🌿🌿

Umpama cinta dan teman-temannya tidak ada dalam kamus bahasa, kira-kira kita menamai perasaan ini dengan apa ya? Saya selalu penasaran dengan pemikiran seperti; semisal cinta tidak diciptakan di bumi manusia, apa ada cara yang lebih parah untuk membuat hati cedera? Jika cinta tak kasat mata, sepertinya warga butala tidak akan pernah terluka dengan cara paling payah.

Bisa tidak, jangan bertingkah seolah-olah kamu satu-satunya penduduk semesta yang jiwanya berdarah. Jangan lupa, batin saya juga sedang meronta meminta kamu memeluknya. Dia hanya ingin kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi dalam hidupnya tidak bermakna asal kamu ada, di dekat jantung yang terus berdebar setiap kamu memberi jenis tawa paling berharga. Sesederhana itu harapannya, tetapi untuk sekadar memahami isi hatinya kamu bahkan tidak bisa mengerti.

"Arga, ini special buat kamu. Aku yang buat buat loh, pake sayang," tutur Kinara membuka kotak bekal berisi sanwich buatannya. Ia memamerkannya hasil karyanya.

"Ehem, cuma Arga doang nih yang di bawain," Alzam menyeletuk, ia kayaknya dendam karena Kinara mengusirnya dari bangkunya sendiri.

"Apa nggak ada gitu ya orang perhatian yang bawain gue bekal kayak Kinar, hmm ..." ujarnya mengkode orang-orang yang ada di kelas. Tetapi teman sekelasnya malah bodoh amat dan menggaibkan kebedaannya.

"Gue juga bawa bekal Zam tapi gue lagi kenyang. Isinya daging. Lo mau nggak?" tanggap Lie.

Alzam sumringah, punggungnya menjadi tegap dan matanya berbinar-binar. "Mau banget Lie. Mumpung gue laper. Btw daging apa?"

"Tikus mati Zam," jawabnya membuat Alzam ingin menendangnya ke pluto.

Teman-temannya hanya terbahak melihat wajah Alzam yang melayangkan tatapan kecewa kepada Lie.

"Tega lo ya Lie. Kukira kaurumah, ternyata kandang babi!"

Lie cuma merespon, "Sangat tidak ramah bintang 1, hmm."

Kinara hanya tertawa sekilas melihat mereka yang terus bercanda. Lalu beralih menatap Arga yang wajahnya di tekuk habis.

Arga bukan tidak suka Kinara memberi sanwich sebagai bentuk permintaan maaf atas kejadian yang lalu. Ia cuma lagi kesal. Oleh karenanya Arga memilih bermain game di ponsel disaat Kinara menjelaskan panjang lebar letak permasalahannya agar Arga mengerti. Gadis itu menjalaskan alasannya sejelas-jelasnya bahwa saat itu ia sedang bersedih atas sikap mamanya dan sebuah fakta tentang Nadia. Walau bermain ponsel, tetapi Arga memasang telinga dengan baik untuk mendengar Kinara. Namun ketika alasan itu di utarakan, Arga malah tambah kesal. Ia hanya benci ketika Kinara bersikap layaknya Gibran adalah satu-satunya manusia yang bisa memahaminya. Perkaranya cuma di satu titik, mengapa Kinara harus menemukan kenyamanan di dalam pelukan orang lain? Mengapa bukan Arga yang menjadi orang pertama yang diajak bicara ketika ia sedang ada masalah? Padahal Arga juga selalu siaga untuk berbagi luka yang Kinara rasakan.

Laki-laki itu mengabaikan Kinara yang memelas membujuknya agar berhenti marah. Tetapi Arga tidak tahu mengapa ia tidak bisa mencabut amarah yang tertancap di batinnya. Ia masih tidak bisa menerima bahwa Gibran selalu lebih maju di depannya.

"Ga ... jangan marah lagi dong, please ... Kan, aku udah jelasin kronologisnya."

"Kamu apa-apa Gibran mulu, males."

"Ya dia, kan, cuma-"

"Nggak usah lebel sahabat di jadiin tameng Ra!"

"Ya udah, aku minta maaf!" ujarnya tidak sengaja meninggikan nada.

"Kok kamu jadi ngegas sih?"

"Kamu juga sih, nggak ngertiin aku."

"Aku mulu ngertiin perasaan kamu Ra, kamunya enggak."

Kinara menghembuskan nafas jengah, berusaha bersabar. Ia telah menuruti saran dari Aza agar coba mengerti laki-laki di hadapannya ini. Ia sudah membuang emosi dan harga dirinya sementara untuk memperbaiki sesuatu yang hampir retak, tetapi Arga tega-teganya berkata seperti itu.

"Aku paham kamu cemburu, tapi nggak usah lebay Ga!"

Suara Kinara meninggi, hingga seluruh atensi terpusat padanya. Windy, Lie, Jelay, dan lingkaran pertemanan Arga langsung melayangkan tatapan tanda tanya kepada mereka.

"Lebay lo bilang?" tanya Arga mengubah posisi menjadi berdiri, lalu berdecih. "Cih, lo bilang begitu karena lo nggak ngerti gimana rasanya jadi gue. Lo cuma peduli gimana pun caranya gue harus peduli sama lo. Tapi lo lupa caranya peduli sama gue!"

"Ga, aku ke sini cuma pengen baikan. Kenapa harus dibesar-besarin sih!"

"Besarin? Iya, karena bagi lo perasaan gue cuma hal kecil, kan?"

"Come on Arga Aljon Mendoza. Aku ke sini mau minta maaf, mau benerin semuanya kalau aku salah. Mau kamu sebenarnya apa sih?"

"Jahui Gibran, maka hubungan kita bakal baik kayak semula!"

Maka kesabaran yang sudah Kinara simpan rapat-rapat jadi kucar-kacir oleh sederatan sampah yang keluar dari mulut Arga. Iya, sampah. Karena kata-kata yang dikeluarkan dari mulut manusia yang akan menyakiti lawan bicaranya sama seperti sampah yang tidak boleh di buang sembarangan. Tetapi Arga melakukan sebaliknya.

Di mata Arga, apa susahnya untuk menjahui Gibran supaya semua perdebatan ini selesai. Sedang Kinara, baginya apa susahnya untuk Arga menerima Gibran seperti ia menerima kehadiran Kinara dalam hidupnya. Mereka menginginkan tujuan yang sama yaitu supaya relasinya membaik, tetapi ego keduanya malah bertolak belakang.

"I don't give a damn!" umpat Kinara di sana.

Ia sangat kesal karena Arga bagai memaksanya agar ikut atau ambil bagian dalam sesuatu yang tidak ia sukai. Ia memperbolehkan Arga untuk membenci Gibran, tetapi ia tidak akan memperbolehkan jika Arga mengajaknya untuk melakukan hal yang sama.

"Gue kecewa sama lo!"

"Gue lebih dari itu!"

"Piss off!" bentak Arga dengan emosi naik turun seperti bianglala.

"Fuck this shit! I'm out."

Kinara keluar dari dalam kelas setelah Arga mengusirnya dengan kata-kata kasar yang ia lontarkan. Seperti apa pun perdebatan mereka selama ini, bahkan jauh sebelum mereka saling mencintai. Kinara dan Arga tidak pernah mengungkapkan kata-kata yang menusuk sesakit itu sampai emosi mereka saling beradu, seperti api kecil yang kemudian berkobar karena di siram oleh bensin.

🌿🌿🌿

🌿🌿🌿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌿🌿🌿

KinarArga (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang