🎶Rela—Shanna Shannon
🌿🌿🌿
Hampir 2 pekan, 13 hari Arga menyengajakan diri untuk tidak datang ke rumah Aza untuk menemaninya berobat. Bukan karena sudah bosan atau berhenti menyayangi perempuan bermata teduh itu. Arga hanya berusaha membuat Aza paham kalau tidak ada perasaan dalam artian lain untuknya.
Lagipula Aza keliatannya juga sudah membaik. Ada banyak orang baik mengelilinginya. Selain keluarga ada juga sahabat-sagabatnya yang selalu ada. Jadi Arga rasa ia tidak perlu harus 24 jam seperti yang ia lakukan kemarin-kemarin.
"Dedek... Abis maghrib jangan molor. Nanti Isya-nya ketinggalan!" omel Ibu menepuk-nepuk wajah Arga.
Arga hanya bergumam.
"Nggak akan Bu."
"Mending Dedek ngaji atau apa kek. Waktu senja begini banyak setan, ayo bangun!"
"Setannya takut sama Dedek Bu, kan Dedek anak setan."
"Kamu ngatain Ibu setan?!"
"Enggak, maksudnya—"
"Bangun nggak?" nada Ibu terdengar mengacam sehingga Arga membuka matanya jengkel. Ia mendudukkan badannya dan mengurungkan diri untuk tidur.
"Iya iya nih Arga bangun."
"Nah, pinter." Ibu tersenyum senang melihat putra bungsunya yang menurut kalau dimarahi dahulu.
"Dedek kok sekarang nggak jenguk Aza lagi?" tanya Ibu menanyakan Aza, pasalnya Ibu juga sudah Arga beritahu apa yang terjadi di antara mereka.
Masih dengan terkantuk-kantuk Arga menjawab pertanyaan Ibu. Wanita itu duduk di samping anaknya dan mengajaknya mengobrol supaya Arga tidak mengantuk lagi.
"Biar dia paham Bu kalau kami nggak lebih dari teman."
"Emang Dedek udah nggak sayang lagi sama Aza?"
"Sayang kok. Tapi ternyata sayangnya aku ke dia beda Bu. Ternyata bukan sayang seperti itu yang aku maksud."
"Memangnya kenapa kalau bukan sayang seperti itu? Kan nggak harus sayang seperti itu. Jaga jarak boleh Sayang, tapi kalau terlalu jauh juga bahaya."
"Kenapa?"
"Kalau terlalu jauh kamu bisa kehilangan dia selamanya. Kan kamu sendiri yang memutuskan untuk tetap berteman sama Aza. Kalau kamu menjauh dia pasti sedih. Jangan sampai kamu menyesal ya, dia itu anaknya mudah putus asa loh kalau kamu lupa."
KAMU SEDANG MEMBACA
KinarArga (End)
Fiksi RemajaYang Kinara Bautista lakukan hanya menghabiskan uang papa yang tidak ada habisnya. Ia bisa membeli apapun, kecuali membeli janji mama yang pernah berjanji untuk kembali. Kinara merasa tidak berguna, hingga anak laki-laki bernama Gibran Fedelin membe...