Restu Papa

677 84 3
                                    

🎶Firefly—Rosa

🎶Firefly—Rosa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌿🌿🌿

Kinara tidak ingin melakukan kegiatan apa pun hari ini, termasuk belajar. Ia sudah lelah belajar dari kemarin-kemarin. Kini ia hanya ingin tidur seharian sepanjang hari di hari minggu yang dilakukan kebanyakan orang-orang pada umumnya. Ia tidak ingin ambisius lagi terhadap pelajaran karena pengalamannya bertemu dengan orang-orang baik telah memberinya sebuah pelajaran. Namun niat itu tidak terlaksana saat mendengar ketukan pintu di kamarnya. Kinara menyipitkan mata karena cahaya matahari yang menusuk penglihatannya melalui celah-celah cendela. Dengan setengah kesadaran ia melihat jam waker di atas nakas. Baru menunjukkan angka 1, menandakan bawa hari sudah siang. Tetapi siapa pula yang berani-beraninya membangunkannya, padahal Kinara sudah berpesan tidak ingin dibangunkan sebab ia juga sedang haid jadi tidak perlu solat fardu.

"Siapa?" tanya Kinara dengan kesal.

"Papa."

Kinara mengucek-ngucek matanya. Tidak biasanya Wira ada di rumah di hari libur. Biasanya laki-laki itu tetap bekerja atau paling tidak keluar dengan rekan bisnisnya. Kinara memaksakan diri untuk duduk, ia berusaha untuk mengumpulkan nafas. Pengalaman pertama baginya tidur selama itu membuat tubuhnya jadi terasa pegal-pegal.

"Papa boleh masuk nggak?" izin Wira dari balik pintu.

Kinara mengangguk, tetapi sadar karena Wira tidak bisa melihatnya ia akhirnya menjawab.

"Masuk aja Pa."

Gagang pintu bergerak hingga menimbukkan bunyi "krek". Laki-laki paruh baya masuk ke kamar Kinara, ia memakai baju kaos biasa. Sebuah pemandangan unik yang jarang Kinara temukan. Meski dalam keadaam sadar Kinara menutup matanya dan menyandarkan punggung di sandaran kasur. Tadi malam ia bergadang karena telponan dengan Arga sampai jam 2 pagi. Ia mendengarkan laki-laki itu mengoceh dan melawak berjam-jam sampai mereka tertidur di kasur masing-masing hingga teleponnya yang seolah menemani mereka tidur, sambungan baru dimatikan setelah mereka bagun di pagi harinya.

"Aduh, kok anak gadis jam segini belum bangun?" tanya Wira merapikan rambut Kinara yang berantakan dengan tangannya.

"Ngantuk Pa."

"Tumben. Biasanya jam segini udah beres-beres, belajar atau ngelakuin kegiatan yan bermanfaat gitu."

Kinara cemberut.

"Emangnya Kinara nggak boleh kayak anak remaja lain ya Pa? Kinar kan juga pengen sesekali males-malesan. Masa nggak boleh?"

Wira tersenyum lalu merangkul putrinya.

"Enggak gitu maksud Papa Nak. Boleh kok, lakuin aja apa pun yang kamu suka."

"Papa kenapa?"

"Kenapa apanya?"

KinarArga (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang