Usaha Melupakan

908 98 1
                                    

🎶Rela, Shanna Shannon

🎶Rela, Shanna Shannon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌿🌿🌿

Sepasang kaki Arga membawanya ke SMA Cahaya Pratama. Tempat di mana ceritanya di mulai. Taman, kantin, halaman belakang, rooftop, lapangan, lorong, tempat-tempat yang melukiskan romansa begitu manis di masa lalu. Kala itu ia menjadi remaja di mabuk asmara. Juga saat ini, ia masih saja menjadi remaja labil yang tidak tahu diri mengunjungi mantan pacarnya. Harusnya ia move on. Namun mengucapkan sesuatu itu mudah hanya dengan membolak balikkan lidah. Menerapkan praktik di lapangan itu yang susah. Terhitung 182,5 hari kisahnya dengan Aza telah selesai, tapi perasaan Arga terus bersambung, ia tidak tahu akan berakhir sampai episode ke berapa.

Perempuan itu beraktivitas seperti biasa. Datang ke sekolah, bercanda dengan teman-teman, datang ke club dance tiap minggu. Rutinitas Aza, yang kodratnya sudah menjadi orang lain saja tidak bisa Arga lupakan. Apalagi orangnya yang sudah tersimpan di ingatan dan perasaan. Tidak bisa di cabut karena Arga menanamnya terlalu dalam. Setelah membuat keributan di SMA Harapan Bangsa, Arga melarikan diri meninggalkan seluruh jadwal pelajaran yang masih berlangsung. Masa bodo soal poin-poin di sekolah, ia tidak akan bisa tenang sebelum bicara dengan Aza.

Arga menelpon Aza, berkali-kali. Tentu saja tidak angkat. Ini hari kamis, jadwal pelajaran pada jam terakhir di kelas Aza adalah penjaskes. Arga melangkah melewati gerbang depan, ia tidak lagi berstatus sebagai siswa di sini. Harusnya siswa sekolah lain yang tidak berkepentingan tidak boleh masuk. Hanya saja bukan Arga namanya kalau tidak bisa membuat alasan. Ia melangkah menuju lapangan, seperti dugaannya Aza sedang bermain bulu tangkis dengan Aisawa. Gadis itu tidak memakai baju olahraga seperti teman-temannya. Kebiasaan, ia pasti lupa membawa baju olahraga. Untung saja gurunya Pak Arul, guru favorit semua murid karena ia tidak pernah marah dan selalu memahami kesalahan murid-muridnya. Guru itu sekarang sedang tidak mengawasi kelas Aza. Arga bersyukur karena dengan begitu ia lebih leluasa memperhatikan Aza tanpa halangan.

"Aelah lemah banget sih Za. Berapa nih, masa 5 kosong skornya. Lo boleh sih keren nge-dance. Tapi di sini gue mah lebih keren Za," sela Aisawa meremehkan sekaligus menyombongkan diri.

Aza menghapus keringannya di dahi, ia hanya tersenyum simpul karena memang ia tidak punya bakat di bidang penjaskes.

"Hmm gue emang nggak cocok di sini, kalau nggak mata pelajaran wajib, mana mau gue ikut main."

Ia menyerah dari permainan, harus ia acungkan jempol bahwa Aiswa paling hebat dalam permainan bulu tangkis. Sebenarnya dalam permainan apa saja, Aisawa akan selalu juara. Karena hobinya memang suka bermain, memainkan hati laki-laki salah satunya. Aza menyerahkan raket serta shuttlecock atau bola bulu tangkis kepada Niella, meminta perempuan itu mengambil alih.

"Tenang Za, biar gue yang kalahin si Sawah Sawah ini. Lo bantu doa aja gapapa. Doakan gue manang dan jangan lupa doakan gue supaya masuk surga."

Aisawa menyeletuk.

KinarArga (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang