Dia seperti Keluak

1.6K 139 2
                                    

🌿🌿🌿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌿🌿🌿

Selesai mandi, Kinara mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah. Memasang seragam, dasi, dan topi. Lalu ia tertekun, menatap pantulan wajahnya di cermin dengan seksama. Mencoba tersenyum, teman-temannya akan bilang begini.

"Hidup lo sempurna banget sih Kin, udah cantik, pinter, disayang semua orang, kaya raya pula, kalau mau sesuatu mah langsung dapet, kurang apa sih hidup lo Kin?"

Lie yang pernah berbicara seperti itu, katanya ia iri.

Kinara bertanya-tanya.

Hidupnya kurang apa?

Banyak. Satu jawaban besar yang tidak perlu berfikir dua kali untuk mempertimbangkan jawaban lain. Kinara memang cerdas, itu di buktikan dengan ia yang selalu juara 1 paralel di kelas, namun ia tidak bahagia terhadap proses yang ia lalui, ia hanya ... terus berambisi tanpa henti bukan niat dari hati.

Lie benar, semua orang sayang kepadanya. Ada Lie, Jelay, Windy, teman-teman sekelasnya, teman seangkatannya, bibi Ijah, guru-gurunya, bahkan mbak kantin sekalipun sangat menyayangi Kinara. Juga Papa, Mama, dan Kakak, tetapi Kinara merasa dia tidak punya tempat untuk pulang. Ia hanya terus menerus mencari sesuatu yang sebenarnya tidak ada.

Lie tidak salah, Kinara memang kaya raya. Ia adalah anak dari Wira Wijaya, CEO PT. Perusahaan pengolola Aset Persero. Jika Kinara menginginkan sesuatu hari ini akan dapat. Tetapi Lie juga bisa salah, sebenarnya tidak semua hal yang bisa Kinara dapatkan. Tidak semua hal bisa ia beli dengan uang papanya. Hidupnya tidak sesempurna itu. Uang papa tidak mampu menemukan orang yang paling ia cintai, mama.

"Mama di mana?"

Pertanyaan yang ajukan di depan cermin, namun tidak ada jawaban. Ia meneteskan air mata, lagi. Dan menangis sendirian. Jenis suara paling menyakitkan yang hanya didengar oleh dirinya sendiri. Apa menurut mereka kebahagiaan bisa dibayar dengan materi?

Atau apa Kinara yang kurang bersyukur?

Kinara mengapus air matanya, memasang bedak bayi dan lipbalm secukupnya agar ia tidak ketahuan telah menangis. Mengambil tas di gantungan pintu dan mengikat tali sepatu berpola pita. Kemudian ia keluar dari kamar.

"Bibi sayang..." Kinara berteriak menuruni anak-anak tangga, memanggil asisten rumah tangganya.

Loly, salah satu ART Kinara yang lebih tua 5 tahun darinya bergegas melayani Kinara. "Nona mau sarapan apa?"

Kinara menggeleng, dia tidak mencari Mbak Loly. Ia mencari Bibi kesayangannya.

"Nggak laper Mbak. Oh iya Mbak Loly jangan lupa makan ya," ujar Kinara perhatian.

Loly mengangguk sopan, tidak mau membantah majikannya meski ia merasa tidak enak diperlakukan seperti itu.

"Bibi...." Kinara masih menengok ke kiri dan kanan.

KinarArga (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang