Acquaint

10K 368 86
                                    

Rumah terasa semakin ramai setelah seoarang maba akuntansi dengan keahliannya bermain drum tinggal di sini. Oh, yang lain juga dari jurusan Akuntansi. Rasanya, anak-anak Galaxy tidak akan memakai konsep band akustik lagi setelah Raven-maba akuntansi-berkenan untuk bergabung bersama mereka.

"Memangnya sebelum ini kalian akustik?" tanya Raven di tengah makan siang mereka. Maklum, Raven tidak pernah melihat Galaxy tampil sebelumnya. Raven baru-baru ini saja datang ke Jakarta.

Sudah dua bulan Raven tinggal di sini dan yang ia temui tidak hanya ada anak laki-laki saja. Ada satu rumah lainnya, posisinya persis sama dengan rumah cowok, tetapi berbeda gang saja. Yang Raven paham ada tiga perempuan di sana dan ada dua perempuan lainnya yang sering menginap di sana.

"Sebenernya sebelum Vincenzo pergi ke Cina pun kita akustik sih," sahut cowok bermata tajam yang bukannya ikut makan, tetapi malah kembali menaiki lantai dua.

"Vincenzo? Siapa tuh?" tanya Raven sambil mengambil tempe goreng yang ada di piring.

"Dia lebih tua dari lo setahun. Anak BF, tapi dapet dosen zonk jadi BF-nya kecabut." Cowok berhidung mancung itu menjelaskan jawaban dari pertanyaan Raven.

"Karena BF-nya di Argani kecabut, jadi Vincen ambil beasiswa di Cina," tambah cowok berwajah galak itu.

"Wih, mantep dong! Argani emang gila sih, gak ketolongan," protes Raven.

"Terus kita gak sengaja liat lo ngambil stick drum yang jatuh, jadi kita ajak lo deh." Cowok tinggi berambut pirang itu ikut menjelaskan mengapa mereka bisa mengajak Raven untuk bergabung ke dalam Galaxy.

"Itu bagian paling ngakak sih, Kak Jul," sahut Raven pada Julian, laki-laki berambut pirang itu.

Awalnya Raven tertawa tanpa henti ketika ditawari masuk Galaxy. Ya bagaimana tidak tertawa, mereka mengklaim Raven bisa bermain drum hanya karena sebuah stik drum yang jatuh. Tanpa bertanya apakah Raven bisa bermain drum, mereka langsung mengajak Raven bergabung sebagai drummer Galaxy. Tidak terbesit di pikiran anak-anak Galaxy kalau stik drum itu ternyata bukan milik Raven.

"Oalah, kok gue jadi merasa bahagia gitu ya," sahut Raven ketika selesai meminum air putihnya.

Yang Raven tahu rumah cewek diisi oleh Everina, Nediva, dan Rilia saja. Namun, beberapa kali ia melihat kakak tingkat yang kadang menatap seseorang seperti sedang ingin membunuh bernama Akella dan teman seangkatannya bernama Hanesha menginap di rumah cewek.

Ada satu hal yang tidak dipahami Raven di sini. Selama dua bulan ia bahkan berulang kali bertanya sampai-sampai Ardhani-laki-laki berwajah galak-lelah mendengar pertanyaan Raven.

"Itu Kak Yel sama Kak Vino beneran kembar? Kak Elvino-nya bukan anak adopsi, kan?"

"Iya Sabian Raven Kalandra," sahut Hanesha setelah kembali dari dapur untuk mencuci piring.

"Ardhan udah emosi, Ven. Jangan tanya itu lagi, dong," tambah Nediva sambil tertawa sambil menatap ke arah Ardhani yang memasang tampang 'Lo napa dah nanya itu mulu'.

"Ardhan bentar lagi ngegantung lo di pohon jambu Pak Musron tuh kalau lo masih nanya itu," tambah Julian.

"Heh kucing, kenapa harus gue yang lo asumsikan anak pungut?" protes Elvino saat baru selesai mengambil nasi.

"Ya habisnya, Kak. Lo berdua beda banget, terus kalau anak adopsi, terbesit aja di pikiran gue." Raven tertawa sambil menggaruk kepalanya.

Raven sering melihat anak kembar. Saat masih sekolah pun, saat ia SD, SMP, dan SMA paling tidak ada satu anak kembar di sekolahnya. Biasanya, setidak miripnya wajah teman Raven yang kembar, masih ada kemiripan sedikit di wajahnya.

KaharsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang