Aku akhirnya sampai di rumah kontrakanku yang mungil setelah sebelumnya disibukkan dengan perkelahian murid-muridku melawan anak-anak SMA Bina Siswa. Alhamdulillaah aku tidak terluka dan murid-muridku juga hanya luka ringan saja.
Rumah kontrakan mungilku ini aku dapatkan dengan harga cukup murah karena tempatnya yang kata orang agak angker karena sudah lama dibiarkan kosong oleh pemiliknya sebelum akhirnya diperbaiki dan dikontrakkan. Ukurannya hanya tujuh puluh dua meter persegi dengan lebar enam meter saja. Kamarnya hanya ada dua buah. Yang aku suka dari rumah ini adalah bentuknya yang masih kuno dan halaman depannya yang cukup luas dan banyak tanaman.
Aku tidak peduli akan rumor yang beredar tentang rumah kontrakanku itu. Ada tetangga yang bilang pernah melihat hantu di sana. Ada juga penjual nasi goreng yang sangat kaget saat aku panggil dari dalam rumah karena ia juga mendengar bahwa rumah kontrakanku itu dihuni hantu. Lucunya, penjual nasi goreng itu sempat mengawasiku dengan takut-takut. Kuatir aku bukan manusia asli, melainkan makhluk jadi-jadian.Beberapa ibu-ibu tetangga salut akan keberanianku tinggal sendirian di rumah itu. Aku hanya nyengir saja dan meyakinkan pada mereka bahwa segala rumor itu tidak benar. Buktinya selama aku tinggal di sana, tidak pernah sekali pun aku melihat atau diganggu oleh makhluk halus. Setiap hari aku sholat lima waktu plus sholat-sholat sunnah lainnya di rumah itu. Setiap selesai sholat Subuh dan Maghrib aku juga selalu menyempatkan diri untuk membaca Al Qur'an. Mungkin karena kebiasaanku itulah sehingga para jin yang mungkin memang pernah menghuni rumah itu akhirnya kabur ketakutan. Allah jalla jalaaluhu dan para malaikatnya menyukai rumah-rumah yang penghuninya sering melantunkan ayat suci Al Qur'an. Maka tentu saja setan atau jin tidak ada yang berani tinggal di rumah seperti itu. Mereka pasti akan kabur dan memilih untuk tinggal di rumah-rumah lain yang dibiarkan kosong atau rumah yang kotor. Aku sendiri merasa berani tinggal di sana sendirian karena aku yakin, selama aku mendekat pada Allah, tidak ada setan atau jin yang berani menggangguku terang-terangan. Dan ternyata hal itu memang terbukti. Rumah kontrakanku sama sekali tidak pernah menampakkan aura horor lagi sejak aku tinggal di sana.
Aku masuk ke kamar, lalu meletakkan tas ranselku di meja kecil di dekat ranjang. Kemudian aku membuka tas ranselku itu untuk mengambil ponsel. Ada pesan masuk.
"Jangan lupa, ya? Sebulan lagi reunian, lho!"
Sebaris pesan dari Ira, sahabatku sejak SMA, spontan membuatku mendengus kesal.
Tidak. Aku tidak kesal pada Ira. Tapi pada bunyi pesannya yang mengingatkan aku akan adanya acara reuni SMA sebulan lagi di resto and lounge Signature di pusat kota.
Aku langsung membayangkan betapa tidak enaknya bertemu kembali dengan Malika and the gank. Aku merasa bahwa sampai kapan pun sepertinya mereka tidak akan pernah memaafkanku karena pernah pergi nonton bareng Raven, cowok yang ditaksir berat oleh Malika. Padahal aku dan Raven hanya berteman. Tapi itu membuat Malika sangat membenciku seolah aku benar-benar telah merebut Raven darinya. Padahal Raven sendiri mengaku tidak menyukai sikap Malika dan gank-nya yang sok. Raven juga semakin tidak respect pada Malika and the gank karena sering terpergok sengaja memancing perkara dengan menggangguku.
Ah... memikirkan hal itu semakin membuat aku enggan untuk datang ke reuni. Lagipula... seperti yang sudah-sudah, pasti Malika and the gank akan mengungkit masa laluku yang kelam.
Karen The Bad girl.
Bukannya aku ingin menyangkal masa laluku, tapi aku yang sekarang sudah jauh berbeda dari yang dulu. Ibaratnya, naga api yang bersemayam di dalam diriku tidak lagi menyembur-nyemburkan apinya ke segala arah tanpa kendali. Naga apiku sudah jinak dan sudah tertidur lama. Aku tidak pernah mengumbar kemarahanku lagi. Karenanya aku ingin orang melihat diriku yang sekarang. Bukan yang dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karen dan Akhtar
Short StoryAku tak menyangka, ternyata kamu orangnya. Aku mencari apa yang membuatmu istimewa. Tapi aku pun tidak perlu melakukannya. Karena kamu istimewa sebegitu alaminya. Dalam pergulatan batin aku temukan bahwa ketika logika tak lagi bekerja, Allah akan tu...