Aku melangkah memasuki sebuah ruangan yang desain interiornya cukup nyaman. Ada meja resepsionis dengan seorang gadis muda berjilbab sedang memandang ke arah layar monitor komputer. Lalu gadis itu tiba-tiba berdiri. Sepertinya ia mendengar suara langkah kakiku.
"Selamat pagi," ujarku menyapanya. "Saya Andre. Maaf saya datang terlambat karena ada macet di sepanjang jalan menuju kemari."
Gadis itu melongo memandangku. Aku jadi merasa ada yang aneh dengan penampilanku hari ini.
"Mbak?" panggilku.
Gadis itu gelagapan lalu berkata, "Ah iya. Maaf. Silahkan masuk, Mas Andre."
Gadis itu buru-buru beranjak untuk mengantarku menemui Miss Karen. "Anda sudah ditunggu." ujarnya lagi dengan mata berbinar antusias.
Aku mengikuti langkah gadis itu ke arah sebuah ruangan yang pintunya dari kaca gelap. Di dalam ruangan itu, Miss Karen berada.
Aku berdebar saat gadis itu mengetuk pintu.
"Silahkan masuk."
DEG!
Jantungku semakin menggila saat mendengar suara sahutan dari dalam ruangan. Itu suara yang sangat aku rindukan. Suara yang bisa membuatku tersenyum sepanjang hari karena mendengarnya.
Itu suara Miss Karen.
***********************************************************************************************
Setelah pintu ruangan terbuka, aku melangkah masuk setelah sebelumnya mengucap 'bismillaah'.
"Miss Karen, ini Mas Andre yang bikin janji pagi ini." jelas gadis itu ramah.
Aku tersenyum pada sesosok wanita anggun yang kini menatapku dengan mata indahnya yang tidak pernah aku lupakan. Mata indah itu kini memandangku dengan sorot terkejut dan tegang.
Gadis resepsionis yang mengantarku rupanya merasakan ketegangan pada diri wanita di depanku. Karenanya ia tetap berdiri diam menunggu untuk diperintah pergi oleh wanita di depanku.
"Baik, Mbak Riri. Terima kasih." ujar wanita anggun di depanku dengan nada datar.
Gadis yang dipanggil dengan sebutan 'Mbak Riri' mengamati wanita di depanku dengan waspada. Mungkin dia menangkap perubahan raut wajah wanita di depanku yang tadinya cerah dan penuh percaya diri, sekarang menjadi sedikit cemas dan tegang. Tapi Mbak Riri kemudian undur diri setelah melihat wanita di depanku tersenyum.
Selepas mbak Riri menutup pintu, aku berdiri menunggu reaksi berikutnya dari wanita di depanku. Tapi selama beberapa saat, dia tetap berdiri diam terpaku tanpa melihat ke arahku.
"Miss Karen nggak mempersilahkan aku duduk?" tanyaku akhirnya berusaha memecah keheningan dengan nada santai. Aku sengaja mengganti kata 'saya' dengan 'aku' untuk menunjukkan padanya bahwa aku kini menganggap posisi kami saat ini sepadan. Bukan lagi antara murid dan guru.
Dahi Miss Karen berkerut. Mungkin dia tidak begitu suka mendengarku menggunakan tata bahasa yag akrab dan santai. Tapi aku tidak peduli. Aku tetap tersenyum padanya untuk menunjukkan bahwa tidak ada yang aneh dengan kalimatku barusan. Karena aku memang sengaja mengatakannya demikian. Aku yakin, dengan kecerdasannya Miss Karen pasti memahami maksudku.
"Ah, ya. Tentu. Maaf. Silahkan duduk." jawab Miss Karen masih tanpa melihat ke arahku. Miss Karen rupanya sengaja tidak menatap wajahku. Aku menduga saat ini ia pasti sedang kaget luar biasa dan sedang menata kesiapan dirinya menyambut kedatanganku yang tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karen dan Akhtar
NouvellesAku tak menyangka, ternyata kamu orangnya. Aku mencari apa yang membuatmu istimewa. Tapi aku pun tidak perlu melakukannya. Karena kamu istimewa sebegitu alaminya. Dalam pergulatan batin aku temukan bahwa ketika logika tak lagi bekerja, Allah akan tu...