34. Akhtar (9 Tahun Lalu)

159 10 0
                                    

     Pagi ini kami mulai persiapan bakti sosial dan pasar murah. Sejak Subuh kami telah sibuk mempersiapkan semuanya. Kini kami beristirahat sejenak untuk sarapan.

     Aku duduk menyendiri di dekat lapangan basket sekolah negri reyot yang akan kami gunakan untuk bakti sosial. Sejak kemarin rasanya moodku tidak karuan. Rasanya aku tidak ingin berbicara dengan siapa pun. Aku rasanya kesal sekali melihat kedekatan Miss Karen dan Bang Raven. Yang lebih bikin kesal lagi adalah Bang Raven bisa melakukan banyak hal dengan baik. Mulai memasak, beres-beres, tidur di lantai yang dingin ala backpacker kehabisan uang, memanajemen acara, mengorganisir barang untuk pasar murah dan bakti sosial sesuai alur kedatangan penduduk yang datang menukarkan kupon, sampai pekerjaan mengangkuti kardus-kardus yang berat pun bisa dilakukan Bang Raven tanpa kesulitan.

     Aku kesal sekali.

     Terlebih lagi, Bang Raven sepertinya disukai oleh para guru yang datang sehingga langsung bisa akrab saat ngobrol. Sehingga para guru itu mendukung sekali jika Miss Karen dan Bang Raven suatu saat nanti akan menikah.

    Memikirkan hal itu, rasanya dadaku berdentum karena amarah. Aku mendengus keras. Ezra dan Belva mendekat arahku.

     "Kamu kenapa, Bro?" tanya Belva sambil menepuk pundakku akrab. Lalu dia mulai duduk di sampingku.

     "Kamu keliatannya lagi kesel dari kemarin." ujar Ezra sambil melihat ke arah lapangan rumput.

     Aku diam memikirkan apa yang akan aku katakan. Ezra mempunyai perasaan yang peka. Aku yakin sebenarnya ia tahu apa yang menyebabkan aku kesal. Mungkin ia ingin memastikan apakah dugaannya itu benar. Untunglah Faiz segera datang dengan muka masam menuju ke arahku. Jadi aku tidak perlu menjawab pertanyaan Ezra.

     "Kamu kenapa, Iz?" tanya Belva saat melihat Faiz berwajah masam duduk di depanku.

     "Gini, guys... aku mau nanya sesuatu ke kalian dan kalian wajib jawab dengan jujur." ujar Faiz memulai cerita.

     "Oke." jawab Belva.

     "Jika kalian adalah seorang wanita, menurut kalian apa Bang Raven itu cowok yang keren?" tanya Faiz berapi-api. Alisnya bertaut. Wajahnya merengut seperti politisi kalah berdebat.

     Belva dan Ezra saling berpandangan lalu menjawab bersamaan, "Ya."

     Faiz semakin kesal mendengar jawaban Belva dan Ezra. Wajahnya semakin masam. Well... sebenarnya aku juga kesal mendengar jawaban Ezra dan Belva karena dalam hati kecilku aku juga setuju pada mereka berdua. Bagi seorang wanita, Bang Raven pasti adalah sosok yang sangat keren.

     "Jadi kalian setuju kalo Miss Karen suatu saat nanti menikah dengan Bang Raven?" tanya Faiz dengan gusar.

     "Yaaa...meski aku tidak terlalu senang mengatakan ini, tapi to be honest, why not? Kenapa enggak?" ujar Belva balik bertanya. "Bang Raven baik, bisa diandalkan, bertanggung jawab, pinter masak, dan keliatannya bisa melindungi Miss Karen."

     Aku dan Faiz mendengus keras bersamaan karena kesal luar biasa. Ezra menoleh ke arahku sambil tersenyum penuh arti lalu berkata, "Aku sudah menduga hal ini akan terjadi."

     Aku menoleh cepat ke arah Ezra. "Maksudmu?"

     Ezra memandangku sambil tersenyum simpul. Lalu berkata, "Kamu harus sadar dengan perasaanmu sendiri, Tar."

     Mendengar itu, Faiz langsung memandangku galak. "Jadi kamu juga naksir Miss Karen, Tar?!"

     WHAT?!
    
     Aku kaget sekali dengan pertanyaan Faiz. Mengapa dia bisa menyimpulkan seperti itu!

     "Kamu jangan ngomong sembarangan, ya? Aku hanya nggak suka Miss Karen terlalu akrab sama Bang Raven. Karena kita jadi nggak bisa sering ngobrol bareng. Itu aja." elakku sedikit gugup. Aku berusaha keras agar aku nampak biasa saja. Tapi rupanya Ezra menangkap kegugupanku.

     "Ooo... gitu." tanggap Ezra santai. "Kalau begitu, berarti aku boleh kan naksir Miss Karen?"

     "Apa?!" sahutku kaget bukan kepalang. Faiz sampai melongo mendengar pertanyaan Ezra.

     Ezra tertawa terkekeh melihat reaksiku dan Faiz. Belva yang awalnya kaget, akhirnya ikut tertawa.

     "Kalian berdua terlalu mudah ditebak." ujar Ezra lalu kembali tertawa.

     "Heehhh... kalian bikin aku tambah kesel aja!" gerutu Faiz. Alis tebalnya bertaut tanda dia sedang kesal sekali. Lalu tiba-tiba dia tersenyum penuh siasat.

     "Guys... aku punya ide." ujar Faiz tiba-tiba. Raut wajahnya sekarang berubah jadi bersemangat kembali seperti biasa. Matanya berkilat-kilat penuh siasat.

     "Ide apa?" tanyaku penasaran.

     "Gini... sehabis acara bakti sosial, kan ada waktu buat santai. Naaaah... gimana kalau kita tantang Bang Raven main basket." ujar Faiz sambil tersenyum tengil.

     "Lalu?" tanyaku.

     "Kita langsung bikin dua grup. Aku akan satu tim dengan Bang Raven. Kamu satu tim dengan Belva, Tar. Naaaah...di sini menariknya, sodara!" jelas Faiz penuh siasat. "Bang Raven kan nggak tahu kalau aku payah main basket, jadi kamu dan Belva bisa unjuk kebolehan sepuasnya, Tar!"

     Ezra mendengus tertawa setelah mendengar rencana Faiz. Mungkin Ezra menganggap Faiz sangat kekanak-kanakan. Tapi anehnya aku merasa ide Faiz cukup menarik. Dan sepertinya Belva juga merasa tidak keberatan dengan ide Faiz, karena Belva hanya menjawab dengan kalimat, "Aku sih oke aja."

     "Oke sip! Ntar begitu acara selesai, aku akan langsung bilang ke Bang Raven." sahut Faiz bersemangat. "Sekarang, ayo kita sarapan dulu terus kerja. Lalu kita bisa melaksanakan apa yang sudah kita bicarakan barusan!"

     Aku yang tadinya dalam mood jelek, kali ini menjadi sangat bersemangat. Aku membantu jalannya bakti sosial dengan penuh energi, karena aku tidak sabar untuk menunjukkan pada semua orang, well... khususnya Miss Karen, bahwa aku bisa lebih keren daripada Bang Raven. Aku akan kerahkan seluruh kemampuanku.

     Miss Karen pasti bangga padaku saat aku berhasil mengalahkan Bang Raven. Pikirku. Dengan begitu, Miss Karen tidak akan menganggap bahwa Bang Raven adalah cowok keren yang patut ia pertimbangkan untuk jadi suami di masa depan.

     Memikirkan bahwa aku bisa mengalahkan Bang Raven membuatku sangat bersemangat dan antusias.

     Miss Karen, lihat saja nanti! Miss akan melihat bahwa aku adalah cowok yang jauh lebih istimewa daripada Bang Raven.

Karen dan AkhtarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang