54. Akhtar (Saat ini)

268 15 0
                                    

     Hawa dingin AC dan aroma apel ruangan kantorku sama sekali tidak bisa kurasakan saat ini. Bunyi gelembung udara dari aquarium kecil di dalam ruangan ini juga tidak bisa kudengar seperti biasanya. Semua persendian dan panca inderaku seperti kehilangan separuh kemampuannya.

     Aku menekan tombol merah pada ponselku dan menggesernya dengan jari gemetar. Keringat dingin keluar dari telapak tanganku yang dingin. Jantungku masih berdebar-debar.

     Baru saja aku menelpon SMA Putra Bangsa tempat dimana Miss Karen saat ini bekerja. Aku mendapatkan informasi tentang Miss Karen dari Faiz yang menelponku dengan penuh semangat. Semua sahabatku mengetahui bahwa aku masih menunggu dan mencari Miss Karen. Karenanya, ketika Faiz diberitahu ayahnya bahwa Miss Karen ternyata bekerja di SMA Putra bangsa, Faiz langsung menelponku. SMA Putra Bangsa adalah salah satu sekolah binaan yayasan milik ayah Faiz. Maka Faiz bisa dengan mudah mendapatkan segala informasi tentang Miss Karen dari sana.

     Mendengar nada bicara dari resepsionis yang baru saja menerima telepon dariku, Miss Karen memang bekerja di sana. Karena ia sama sekali tidak ragu-ragu mencatat waktu dimana besok aku meminta bertemu dengan Miss Karen.

     Miss Karen benar-benar ada di sana.

     Aku akhirnya berhasil menemukan Miss Karen!

     Aku membuat janji pada resepsionis sesuai arahan dari Faiz. Aku tidak menyebutkan nama asliku agar Miss Karen mau menerimaku jadi tamunya besok pagi. Meski awalnya aku enggan, tapi apa yang Faiz katakan ada benarnya. Jika aku menyebutkan nama asliku, Miss Karen pasti tidak akan mau menemuiku.

     Aku terpaksa menjadi Andre yang ingin bertanya-tanya tentang prosedur kepindahan saudara dari luar negri ke SMA Putra Bangsa. Dengan begitu, Miss Karen tidak akan curiga bahwa sebenarnya yang akan datang menemuinya adalah aku, yang selama delapan tahun ini berusaha ia hindari.

     Aku menekan pelipisku yang berdenyut-denyut. Aku merasakan luapan kegembiraan dan antusiasme yang menggila dalam diriku. Semua ini karena kehendak Allah. Aku bisa menemukan Miss Karen karena Allah jalla jalaaluhu mengijinkanku menemukannya.

     Aku langsung sujud syukur pada Allah karena telah diijinkan untuk mengetahui dimana Miss Karen berada setelah delapan tahun ini sepeeti orang gila aku mencarinya. Tidak berhenti aku mengucapkan alhamdulillaah karena sangat bersyukur bisa menemukan Miss Karen. Aku yakin, pasti ada hikmah di balik semua kejadian ini. Aku tidak pernah mengeluh pada Allah tentang betapa lama rentang waktu yang aku butuhkan untuk bisa bertemu lagi dengan Miss Karen. Karena aku yakin, Allah mempertemukanku lagi dengan Miss Karen di saat yang tepat. Di saat kami berdua sama-sama siap untuk bertemu kembali.

     Kali ini, aku tidak akan buang waktu lagi. Aku tidak akan membiarkan Miss Karen pergi lagi dariku.

     Aku harus mendapatkan Miss Karen.

************************************
     Aku bangun tidur dengan semangat meluap-luap. Setelah sholat tahajjud aku tidak tidur lagi sampai menunggu waktu Subuh. Sepanjang pagi ini aku semangat sekali. Sudah lama aku tidak merasakan semangat dan antusiasme seperti ini. Aku merasa seperti akan mendapatkan harta karun paling berharga di bumi.

     Aku memutuskan untuk mengenakan kemeja biru muda favoritku dan sepatu kesayanganku. Aku ingin tampil seistimewa mungkin di hari dimana aku akan bertemu dengan Miss Karen. Aku tidak bisa berhenti tersenyum.

     Aku mengurus beberapa pekerjaanku sambil menunggu waktu pertemuanku dengan Miss Karen. Sudah hampir dua tahun ini aku mengambil alih sebagian pengelolaan Berdikari Group di bawah tanggung jawabku. Tentu saja, saat Ayah mengetahui hal ini, beliau bahagia luar biasa. Beliau memelukku erat dengan mata berkaca-kaca. Kesehatan Ayahku semakin membaik setelah hari itu dan akhirnya bisa kembali ke kantor untuk mengurus beberapa hal. Termasuk memperkenalkan aku pada para jajaran direksi dan karyawannya sebagai penerus dirinya untuk mengelola sebagian perusahaan.

     Aku melihat jam tanganku. Setengah jam lagi, InshaAllah aku akan bertemu wanita yang selama ini aku cari. Wanita yang mengisi hari-hariku dengan kenangan tentang dirinya yang tidak pernah aku lupakan. Wanita yang keindahan mata cerdasnya sanggup membuatku takluk.

     Aku akan bertemu Miss Karen.

     Aku bergegas naik ke mobil Wrangler merahku dan memacunya dengan perasaan bahagia. Aku seperti melayang saking bahagianya. Aku menunda semua meeting hari ini. Hari ini aku khusus menyiapkan diri hanya untuk bertemu Miss Karen.

     Tapi...

     Rupanya lalu lintas pagi ini tidak bersahabat. Sedari tadi begitu mobilku memasuki jalanan protokol Surabaya, aku bertemu kemacetan yang entah sebabnya apa. Dalam hati aku berharap bahwa kota ini tidak berubah seperti Jakarta yang macetnya luar biasa. Karena aku tidak akan kerasan tinggal di sini lagi jika kemana-mana harus bertemu kemacetan.

     Aku melihat jam tanganku. Sudah pukul sepuluh tepat. Waktu yang aku janjikan untuk datang menemui Miss Karen pada resepsionis kantornya. Tapi posisiku masih agak jauh dari SMA Putra Bangsa. Sepertinya aku akan terlambat menemui Miss Karen karena kemacetan yang tidak biasa ini. Semoga Miss Karen tidak mempunyai agenda acara lain sehingga harus meninggalkan kantornya.

     Aku mengetuk-ngetukkan jariku dengan perasaan cemas di kemudi. Aku sudah menunggu hari ini hampir delapan tahun lamanya. Aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi.

     Pukul 10.05

     Aku memacu mobilku sambil berdzikir dalam hati. Aku memohon pada Allah agar aku bisa bertemu Miss Karen hari ini. Aku sangat merindukannya. Rindu suaranya. Rindu tawanya. Aku rindu segala hal tentang dirinya.

     Pukul 10.10

     Akhirnya mobilku memasuki gerbang SMA Putra Bangsa. SMA khusus putra ini sempat akan menjadi sekolahku dulu. Kini sepertinya sekolah ini semakin maju karena bangunannya semakin megah dan moderen. Beberapa pohon besar di halaman sekolah membuat sekolah ini nampak sejuk di tengah panasnya kota Surabaya.

     Aku segera memarkir mobilku di tempat parkir mobil yang nampak dipenuhi oleh mobil-mobil penghuni sekolah ini. Alhamdulillaah aku masih menemukan tempat yang kosong di bawah bayang-bayang sebuah pohon trembesi berukuran besar dan rindang. Bunyi daunnya yang bergemeresak membuatku teringat pohon-pohon besar di halaman belakang sekolahku tempat aku biasa bertemu dengan Miss Karen untuk memberi makan si Boy.

     Setelah memarkir mobil merahku, dengan jantung berdebar kencang aku turun dari mobil dan bertanya pada bapak satpam yang stand by di posnya dimanakah ruangan Miss Karen berada. Ternyata ruangannya tidak jauh dari pos satpam tersebut. Yaitu di dalam gedung utama sekolah ini.

     Aku langsung bergegas masuk ke dalam gedung utama di sekolah ini yang di cat serba putih. Sesuai arahan bapak satpam, ruangan Miss Karen berada di sisi kanan gedung utama ini.

     Aku melangkah dengan semangat dan antusiasme membara. Langkah kakiku terasa ringan.

     Miss, aku datang.

Karen dan AkhtarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang