24. Akhtar (9 Tahun Lalu)

151 8 0
                                    

     Aku tidak menduga Farah akan memanggilku. Maka aku menoleh padanya dengan rasa heran. Tapi saat kemudian dia mengatakan bahwa Miss Karen butuh bantuan, aku rasanya hampir tidak percaya. Aku berpikir jika Miss Karen memang butuh bantuan, ia pasti akan menyampaikan secara langsung padaku karena ia tipe orang yang tidak suka basa-basi. Aku menoleh ke arah Miss Karen untuk memastikan apakah memang benar ia butuh bantuan.

     Miss Karen tersenyum dan mengangguk. Entah bagaimana, aku merasa Miss Karen memang sengaja mengirim Farah untuk menghampiriku. Maka aku menunggu dengan sabar apa yang ingin Farah sampaikan selanjutnya.

     Farah menyampaikan bahwa sore ini Miss Karen butuh bantuan untuk menemaninya belanja ke toko buku. Dan ternyata tidak hanya aku yang diajak ikut serta. Belva dan Ezra juga diajak.

     Aku langsung menyanggupi untuk ikut. Karena ini adalah untuk pertama kalinya aku bisa pergi bersama Miss Karen. Tentu saja aku tidak akan melewatkan kesempatan langka ini. Belva dan Ezra juga langsung setuju untuk ikut.

     Farah nampak sangat senang kami semua mau menerima tawarannya. Ia tersenyum lalu mengucapkan terima kasih. Setelah itu Farah kembali ke tempat duduknya di depan kelas. Miss Karen tersenyum senang pada Farah setelah Farah duduk kembali di kursinya.

     Entah mengapa, melihat Miss Karen tersenyum pada Farah membuatku ikut tersenyum. Sekali lagi Miss Karen membuktikan kapasitasnya sebagai guru yang mumpuni. Ia benar-benar peduli pada muridnya. Dan karena sering melihat ia melakukannya dengan spontan, aku merasa Miss Karen melakukan semua hal itu dengan tulus. Ia tidak hanya mengajar. Tapi juga mendidik dan membimbing muridnya. Hal ini membuatku semakin mengaguminya.

     Mungkin, Faiz secara tidak sengaja telah lebih dulu menangkap kelebihan Miss Karen itu karena radar playboy-nya yang canggih. Maka wajar ketika Faiz lebih dulu merasa kagum pada Miss Karen dan menganggap semua pemuda telah rabun karena tidak melihat kelebihan Miss Karen sejak awal. Kali ini aku akui bahwa radar playboy Faiz benar-benar telah menyeleksi dengan benar dan jelas kualitasnya. Biasanya selama ini Faiz seringnya hanya dekat dengan cewek yang cantik tapi otaknya kosong. Ada juga yang cantik, dan kaya. Tapi ternyata manjanya luar biasa. Pernah juga dapat yang cantik dan pintar. Tapi mudah cemburu dan sangat posesif. Yang jelas, semua cewek-cewek itu sama sekali tidak ada yang membuat Faiz semakin waras. Melainkan malah membuat Faiz semakin rajin tebar pesona ke delapan penjuru mata angin dan malas belajar.

     Mengingat hal itu aku jadi sadar akan sesuatu. Semenjak Faiz nge-fans pada Miss Karen, ia sangat jarang mengajakku nongkrong sepulang sekolah. Bahkan kapan hari aku sempat melihatnya sedang serius belajar di kelasnya. Sebuah perilaku langka untuk seorang playboy cap kadal yang malas belajar seperti Faiz.

     Semenjak mengenal Miss Karen, Belva juga jadi sangat hati-hati dengan emosinya. Sudah sangat jarang sekali aku melihat Belva marah. Belva juga jadi lebih rajin berlatih baseball. Bahkan dua hari lalu saat aku menelponnya, ia mengaku baru pulang dari latihan, padahal itu sudah jam 9 malam.

     Ezra juga memperlihatkan perubahan. Ia tidak lagi terlalu cuek dengan sekitarnya. Ia juga lebih sering tersenyum. Terutama ketika sedang ngobrol dengan Miss Karen di kantin saat makan siang.

     Aku bahagia dengan perubahan ketiga sahabatku menjadi lebih baik. Aku jadi merasa berterima kasih secara lebih lagi dari sebelumnya pada Miss Karen. Dan aku juga jadi sangat bersyukur pada Allah karena telah mempertemukan kami dengan Miss Karen.

************************************

     Sepulang sekolah, aku menunggu Miss Karen dan Farah di gerbang belakang sekolah bersama Belva. Ezra tadi pamit mau menyampaikan pesan tentang jadwal latihan dulu ke teman-teman bandnya.

     Tiba-tiba dari kejauhan aku melihat Faiz berlari menuju ke arahku. Di belakangnya ada Ezra yang berjalan santai seperti biasa. Rambutnya dikuncir sebagian di belakang kepala. Beberapa helai poni jatuh di wajahnya.

     "Woooiii... kalian menungguku, ya!" seru Faiz dari jauh dengan gayanya yang riang.

     "Nggak tuh. Kami ada janji sama Miss Karen." jawab Belva cuek sambil menyingkirkan batu kecil di dekat kakinya setelah Faiz sudah dekat.

     "Janji apa?" tanya Faiz penasaran.

     "Ke toko buku." jawabku singkat.

     "Oke. I'm in." sahut Faiz bersemangat.

     "Hei, kamu nggak diajak." ujarku santai sambil membetulan letak tas ranselku.

     Ezra tiba-tiba tersenyum padaku. Senyum yang penuh arti. Tapi aku tidak memahami artinya.

     "No. Nggak mungkin. Miss Karenku yang tersayang pasti mengajak aku juga. Hanya karena aku nggak sekelas aja dengan kalian, makanya aku nggak sempat diajak." ujar Faiz ngotot memaksakan opini pribadinya.

     "Yang mengundang kita bukan Miss Karen. Tapi Farah." sahutku. "Tuh! Tanya aja sendiri sama Farah."

     Farah muncul tepat pada waktunya bersama Miss Karen. Faiz langsung berlari ke arahnya lalu memegang kedua pundak Farah yang tentu saja sukses membuat Farah seperti kepiting rebus karena kaget dan malu yang membuat wajahnya memerah.

     "Farah. My dear, sweetheart, kamu pasti mengajak aku juga, kan? Iya, kan?" ujar Faiz sambil memandang wajah Farah dengan raut wajah memohon.

     Farah membelalak lalu hanya bisa mengangguk cepat. Lalu menunduk karena malu setengah mati. Miss Karen melepaskan tangan Faiz dari pundak Farah dengan sigap. Mungkin Miss Karen kuatir Farah lama-lama akan pingsan jika Faiz lebih lama memegang pundaknya.

     "Iya. Kamu boleh ikut. Tapi, kita harus naik dua taxi karena kita berenam." sahut Miss Karen menengahi.

     "Lho, naik mobil saya dan Faiz aja, Miss. Jadi saya, Belva, Farah, dan Miss Karen naik mobil saya. Faiz bareng Ezra. Karena mobilnya cuma muat dua orang." aturku cepat.

     Ezra kembali tersenyum padaku. Senyum penuh arti yang sama dengan yang tadi.

     "Oke! Nanti Miss akan ganti uang bensinnya." tanggap Miss Karen.

     "Nggak usah, Miss." tolak Faiz segera.

     "Kalau begitu kita naik taxi aja." sahut Miss Karen tidak mau kalah. Mendengar tanggapan Miss Karen, aku jadi semakin tahu bahwa ia benar-benar wanita berharga diri tinggi.

     "Traktir kita makan aja deh, Miss. Saya juga nggak mau uang bensinnya." tolakku.

     Ezra kembali tersenyum padaku. Lama-lama senyumnya yang aneh itu jadi lumayan menjengkelkan bagiku.

     "Good idea. Oke, ayo kita berangkat! Nanti kuatir keburu maghrib." ajak Miss Karen.

     Kami menuju mobil masing-masing sesuai dengan pengaturanku. Miss Karen dan Farah duduk di kursi belakang. Belva segera menjejalkan tubuh raksasanya di sampingku. Aku melirik Miss Karen dari spion untuk memastikan Miss Karen sudah duduk dengan nyaman. Wajahnya nampak berseri-seri. 

     Well... mungkin juga... sebenarnya aku melihat Miss Karen dari spion hanya karena ingin melihat wajahnya.

Karen dan AkhtarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang