39. Karen (8,5 Tahun Lalu)

186 13 0
                                    

     Aku menarik napas dalam-dalam sebelum memasuki kelas 3 IPA 1. Setelah menghembuskannya pelan-pelan, dengan mengucap 'Bismillah' aku melangkah masuk ke dalam kelas. Aku berusaha untuk melakukan akting sekelas aktris papan atas Hollywood setiap masuk ke kelas ini karena sejak peristiwa malam saat bakar jagung di desa Sumber Wangi, aku merasakan sensasi aneh setiap kali bertemu dengan Akhtar.

     Aku mengucap salam seperti biasa dan mulai mengajar materi hari ini. Aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak melihat ke arah Akhtar duduk bersama Belva. Karena entah mengapa, aku merasa persendianku kehilangan kekuatannya saat tidak sengaja bertemu pandang dengan Akhtar. Dan aku tidak ingin hal itu terjadi saat aku sedang berada di depan kelas. No! I cannot let that happen!

     Saat anak kelas 3 IPA 1 mulai mengerjakan tugas dariku, aku menyempatkan diri keluar kelas untuk menarik napas lega. Entah mengapa, aku merasa sedikit gerah dan sesak di dalam kelas.

     Aku membetulkan letak kerudungku lalu segera berbalik menuju kelas.

     "Miss?"

     Aku otomatis mengerem langkahku. Akhtar sudah berdiri di depanku. Mata coklat terangnya sedang melihat ke arahku dengan sorot ramah. Di tangannya ada lembaran tugas yang tadi kubagikan.

     "Miss, ada yang mau saya tanyakan."

     "Oh. Oke. Apa itu?" tanggapku berusaha tetap santai, meski tiba-tiba aku merasa jantungku mulai berdetak terlalu rajin.

     "Ini. Tentang kolom yang paling kiri. Yang seharusnya kita isi dengan alternatif pilihan profesi," jelas Akhtar serius. "Apa saya harus mengisinya juga? Saya merasa hanya ingin jadi arsitek. Tidak ada rencana lain."

     "Ooh, kalau begitu isi saja dengan keterangan 'Tidak ada pilihan profesi lain'." tanggapku.

     "Oke kalau begitu. Terima kasih, Miss." ujar Akhtar sambil tersenyum.

     DEG!

     Jantungku tiba-tiba berdentum keras saat aku melihat senyum Akhtar. Hei... rasanya ini bukan pertama kalinya aku melihat Akhtar tersenyum. Mengapa sekarang jadi merasa ada yang berbeda?

     Please, Karen. Sadarlah! jeritku dalam hati karena kesal dengan diriku sendiri.

     Aku spontan mendengus kesal. Akhtar langsung melihat ke arahku.

     'Oh okay, Karen! That's a very cool act. Now he becomes more interested in you!!' omelku dalam hati karena kesal pada diri sendiri.

     "Miss Karen kenapa?" tanya Akhtar heran.

     "Eh-...Miss kesal karena baru ingat ada sesuatu yang tertinggal di rumah." jawabku sekenanya. Karena aku tiba-tiba teringat flashdisk-ku yang memang tadi pagi tertinggal di atas meja di rumah kontrakan.

     "Apa penting?" tanya Akhtar lagi. Mata coklat terangnya memandangku dengan pandangan menyelidik.

    "Lumayan," sahutku cepat. "But it's okay. Really. Don't bother."

     Akhtar masih melihat ke arahku. Tiba-tiba ada angin cukup kencang berhembus sehingga sukses memporak-porandakan rambut Akhtar sehingga beberapa helai poni saling bertumpuk di atas kepalanya dan ada juga yang hampir masuk ke matanya. Aku juga sampai harus memegang kerudungku supaya tidak terbuka ke atas karena angin yang lumayan kencang.

     Setelah angin selesai berhembus, aku melihat ke arah Akhtar yang sedang mengerjap-ngerjap. Sepertinya ada debu masuk ke matanya.

     "Kamu kenapa?" tanyaku.

Karen dan AkhtarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang