SIDE STORY : FAIZ

257 24 17
                                    

Aku melongo melihatnya pergi meninggalkanku dengan langkah penuh percaya diri dan anggun setelah menjejalkan bungkus roti ke saku seragamku.

Dia satu-satunya wanita yang tidak terpesona pada kemulusan dan ketampanan wajahku serta rayuan maut delapan penjuru mata anginku. Reputasiku sebagai playboy flamboyan tengah dipertaruhkan.

Dia adalah guru baruku.

Miss Karen.

Aku menyukai gaya santai dan cueknya serta balasan-balasannya yang cerdas untuk rayuan mautku. Tapi aku menjadi jatuh hati saat melihatnya dengan gagah berani datang ke tempat terjadinya perkelahian antara aku dan ketiga sahabatku melawan anak-anak SMA Bina Siswa. Dengan tendangan berputar taekwondo yang kuat dan akurat, dua tongkat kayu baseball patah jadi dua. Rok panjangnya sama sekali tidak menghalanginya melakukan tendangan kuat itu dengan sangat cepat. Mata indah Miss Karen yang membius seperti berkobar karena marah.

Miss Karen menepati janjinya.

Miss Karen benar-benar datang membantu dan melindungi kami seperti apa yang ia janjikan. Kata-katanya yang menganggap kami adalah muridnya yang berharga ternyata bukan sekedar basa-basi. Semua anak pengecut SMA Bina Siswa lari terbirit-birit begitu mengetahui bahwa Miss Karen adalah guru kami.

Setelah itu, Miss Karen memeriksa keadaan kami satu persatu. Tidak hanya membantu kami menghentikan perkelahian, aku juga melihat Miss Karen berniat mengobati luka di wajah kami semua. Ia pergi untuk membeli obat. Dan saat Miss Karen datang kembali, ia ternyata tidak hanya membawa obat luka, tapi juga roti dan minuman dingin untuk kami.

Saat ia bersiap untuk mengobati kami, aku segera menawarkan diri untuk jadi orang pertama yang diobati. Tentu saja aku tidak ingin melewatkan kesempatanku berdekatan dengan guru baruku itu. Tapi sayangnya Ezra malah menghanguskan kesempatanku untuk melihat wajah manisnya dari jarak dekat. Ezra mengambil alih tugas Miss Karen mengobati luka di wajahku. Saat aku mengerang protes, Ezra malah dengan sadis mengobati luka di wajahku yang berharga ini. Aku malah meringis dan teriak kesakitan karena Ezra sengaja mengobatiku dengan kasar.

Aku jadi curiga jangan-jangan Ezra juga nge-fans pada guruku itu. Karena sebagai laki-laki, aku merasa bahwa Miss Karen memang sangat unik dan menarik. Tentu saja, bukan tidak mungkin Ezra bisa merasakan hal yang sama terhadap Miss Karen.

************************************

Lagi-lagi aku melongo melihat Ezra begitu santai ngobrol dengan Miss Karen. Biasanya dia tidak banyak bicara. Akhtar yang biasanya dingin dan acuh terhadap guru, juga nampak santai saja makan siang bersamanya di kantin meski ia tetap tidak banyak bicara. Belva yang biasanya galak juga nampak tenang dan nyaman ngobrol dan bercanda dengan Miss Karen.

Ada apa sebenarnya dengan sahabat-sahabatku ini?

Apa mereka semua pada ikut-ikutan aku nge-fans pada Miss Karen?

************************************

Aku merayu ayah untuk bisa meminjam mobil Mercedes S-600 hitamnya agar aku bisa membawanya ke reuni SMA Miss Karen. Kami merencanakan kejutan untuknya. Kami harus tampil ala pemuda jetset usia dua puluh tahunan yang tergila-gila pada Miss Karen malam ini. Kami tidak rela Miss Karen dihina teman lamanya sebagai wanita yang 'tidak laku' dan berasal dari kalangan rendahan. Maka kami bertekad memperlihatkan kepada semua orang bahwa Miss Karen tidak pantas mendapat hinaan dari teman lamanya atau siapa pun juga.

Hampir saja aku lupa rencana malam ini karena aku begitu terpana pada kecantikan guruku dalam balutan gaun panjang ungu wine dan kerudung panjangnya. Saat dia turun dari panggung dengan anggun, aku seperti melihat seorang ratu turun dari singgasananya. Elegan dan berkelas. Aku memberikan buket bunga mawar yang sudah aku siapkan untuknya. Aku yang biasanya ahli merangkai kata untuk menggombal, kini hanya bisa tersenyum dan terpana melihat ekspresi senang tapi malu di wajah Miss Karen.

Karen dan AkhtarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang