16. Akhtar (9 Tahun Lalu)

170 14 0
                                    

     Pelajaran Personality dimana Miss Karen yang jadi gurunya baru saja usai tepat sebelum bel makan siang berdering. Setelah memberi salam, Belva dan Ezra langsung kabur ke kantin untuk makan siang tanpa menungguku. Aku memaki mereka berdua dalam hati karena pergi meninggalkanku tanpa menoleh lagi.

     Miss Karen masih berada di dalam kelasku. Ia sedang duduk membaca beberapa kertas tugas yang baru saja kami kumpulkan. Ia sama sekali tidak melihat ke arahku atau ke arah teman-temanku yang masih ada di dalam kelas. Nampaknya ia asyik membaca kertas-kertas di hadapannya.

     Sepanjang pelajaran berlangsung tadi, aku mati-matian berusaha berkonsentrasi pada apa yang disampaikan oleh Miss Karen. Karena otak sintingku ini mulai liar dengan memperhatikan hal lain. Yaitu penampilan Miss Karen hari ini.

     Aku memberanikan diri melihat ke arah Miss Karen yang masih asyik membaca kertas-kertas tugas kami. Hari ini Miss Karen terlihat segar dan bersinar karena kerudung panjangnya yang berwarna merah tua. Kemejanya hari ini berwarna navy blue dengan potongan desain yang sederhana tapi nampak pas sekali dipakai oleh Miss Karen. Tadi saat Miss Karen berdiri untuk menjelaskan materi pelajaran, aku hampir gila rasanya menahan pikiran liarku saat melihat penampilan Miss Karen. Karena Miss Karen nampak begitu anggun dengan rok panjangnya yang bermodel simpel berwarna navy blue. Kebiasaannya menjelaskan materi pelajaran sambil berjalan kesana-kemari membuat penampilannya makin mempesona karena jilbab panjang dan rok panjangnya bergerak melambai mengikuti gerakan Miss Karen. Tentu saja, hari ini pun Miss Karen memakai sepatu kets merah yang menjadikan Miss Karen termasuk guru yang berpenampilan paling mencolok bagiku.

     Sadar telah melihat Miss Karen cukup lama, aku segera memalingkan wajahku sambil beristighfar dalam hati. Aku berdoa dalam hati agar bisa segera mengenyahkan pikiran sintingku yang entah mengapa akhir-akhir ini mengagumi Miss Karen setengah mati. Sejak aksi mencengangkan Miss Karen menghadapi anak-anak SMA Bina Siswa, aku semakin kesulitan menahan perasaan kagumku terhadap Miss Karen yang membuat aku auto salah tingkah saat berada di dekatnya.

     Come on, Akhtar! Miss Karen adalah gurumu. Kamu adalah muridnya! Teriakku dalam hati mengingatkan diri sendiri setiap kali perasaan kagumku mulai muncul.

     Aku bertekad bahwa bagaimana pun caranya, perasaan gugupku saat berada di dekat Miss Karen harus segera aku hilangkan.

     Aku melihat kertas putih menyebalkan yang ada di tanganku. Itu adalah lembaran isian rencana masa depan yang harus segera aku kumpulkan pada Miss Karen. Aku tidak tahu apa yang harus aku tulis di sana. Karena di satu sisi aku ingin menjadi seorang arsitek. Tapi di sisi lain, aku tidak mau mengecewakan ayahku yang menginginkan agar aku meneruskan perusahaannya dengan lebih dulu mengambil kuliah di jurusan ekonomi. Karenanya aku membiarkannya kosong tanpa kuisi. Aku masih tidak bisa merencanakan apa pun untuk masa depanku karena kebimbangan tersebut.

     Setelah berpikir lama, aku akhirnya bertekad menyerahkan lembar rencana masa depan itu sekarang juga pada Miss Karen. Meski sudah beberapa hari ini aku berusaha menghindarinya, bahkan saat di kelas pun aku berusaha tidak melihat ke arah Miss Karen, hari ini aku harus berhadapan dengannya langsung untuk menyerahkan kertas menyebalkan itu.

     Miss Karen masih berada di tempat duduknya saat aku menyerahkan kertas itu padanya. Aku menyodorkan kertas itu tanpa berkata apa-apa karena aku terlalu sibuk mengendalikan rasa gugupku. Perutku mulai mulas saat Miss Karen mendongak melihat ke arahku. MaasyaAllah, matanya benar-benar indah. Wajahnya can-...
    
     Astaghfirullaah, AKHTAR!!! Teriakku dalam hati. Aku mengalihkan pandanganku untuk mengendalikan rasa kagumku yang tiba-tiba muncul lagi dengan liarnya.

     Miss Karen menerima kertas yang berisi rencana masa depanku itu tanpa sedikit pun membacanya. Dia hanya menerimanya, lalu memasukkan kertas itu ke dalam map file merah miliknya.

Karen dan AkhtarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang