32. Akhtar (9 Tahun Lalu)

207 11 0
                                    

     Aku menghapus keringat yang meleleh di dahiku. Cuaca panas dan kelelahan mengangkat kardus besar berisi sembako dan buku-buku yang akan disumbangkan di acara bakti sosial membuat nafasku sedikit ngos-ngosan.

     Belva sepertinya tidak merasa kelelahan sedikit pun. Dia masih meneruskan mengangkut kardus-kardus besar dari dalam mobil box ke rumah sewaan kami. Faiz sudah mulai duduk sambil minum air mineral. Ezra mengecek isi kardus. Farah mencatat jumlah kardus yang dikeluarkan dari mobil box.

     "Capek?"

     Suara Miss Karen terdengar dari belakangku. Lalu aku merasakan kaleng dingin minuman sedikit menyentuh pipiku. Miss Karen ternyata membelikanku minuman isotonik dingin yang sangat aku butuhkan.

     "Minum dulu. Nanti dilanjutkan lagi." perintah Miss Karen dengan nada santai. Seperti biasa, hari ini ia nampak smart, cantik dan anggun.

     Aku mengambil minuman kaleng yang nampak sangat menyegarkan karena permukaannya yang berembun dari tangan Miss Karen.

     "Terima kasih, Miss."

     Miss Karen hanya tersenyum menanggapiku. Senyumnya itu seperti telah menghapuskan sebagian besar rasa lelahku.

      Aku segera meminum minuman isotonik kalengan dari Miss Karen. Rasa kering di kerongkonganku rasanya kini menjadi basah menyegarkan. Aku jadi merasa tenagaku kembali pulih dalam sekejap. Apalagi ada angin sepoi yang sejuk tiba-tiba berhembus dan membuat rasa capekku jauh berkurang.

     "Belva! Istirahat dulu sebentar!" seru Miss Karen pada Belva. Belva hanya membuat tanda OK dengan jarinya, lalu duduk di samping Faiz yang ngos-ngosan.

     Miss Karen berjalan melewatiku meninggalkan aroma wangi samar white musk. Ia kemudian membagikan minuman isotonik dingin kepada Belva, Faiz, Ezra, Farah, juga dua orang pak sopir yang mengemudi mobil box. Kemudian ia mengambil catatan Farah dan meneruskan pekerjaan Farah mengecek semua kardus.

     Aku memandang Miss Karen dari jauh. Semenjak kejadian aku mengantar Miss Karen pulang setelah reuni, Miss Karen nampak tidak berubah sikap sedikit pun padaku. Ia tetap cuek, santai, dan kadang seenaknya seperti Faiz. Ia tetap seperti biasa saja saat berada di dekatku. Tidak nampak rasa gugup di raut wajahnya. Rupanya ia benar-benar menganggap kata-kataku hanya gurauan semata.

     Jujur saja aku kecewa karenanya. Aku berharap Miss Karen akan berubah sikap padaku. Aku sangat berharap bisa menyaksikan kegugupan Miss Karen seperti saat aku menguncinya di dalam mobil bersamaku. Tapi sayangnya aku tidak lagi menemukan sisa-sisa kegugupan pada dirinya yang menurutku malah menampilkan sisi polos dan manis dari Miss Karen yang biasanya selalu penuh digdaya.

     Aku tidak tahu. Apakah Miss Karen sengaja bersikap biasa saja ataukah sebenarnya dia sedang berakting sekelas Hollywood untuk menutupi rasa gugupnya di dekatku. Tapi menurut pengamatanku, Miss Karen sepertinya memang tidak menganggap peristiwa aku menyatakan perasaanku dengan mengatakan akan melamarnya empat tahun lagi sebagai sesuatu yang serius dan perlu ia pikirkan.

     Satu-satunya hal yang berubah dari Miss Karen adalah kesibukannya yang kian meningkat. Entah karena harus menyiapkan bakti sosial dan pasar murah atau memang ia semakin banyak tugas, yang jelas kini Miss Karen semakin jarang makan siang di kantin bersama kami berempat. Pernah juga aku melihat Miss Karen membawa berkas-berkas yang sepertinya sangat penting, bolak-balik dari kantor guru dan kantor kepala sekolah.

     Miss Karen juga semakin jarang mengunjungi si Boy. Ia hanya menaruh makanan si Boy di bangku kayu dan meninggalkannya. Aku jarang sekali bertemu dengannya saat sepulang sekolah dan jalan bersama untuk memberi makan si Boy.

Karen dan AkhtarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang