51. Karen (2 Tahun Lalu)

163 11 0
                                    

     Ramadhan akhirnya datang.

     Setelah kejadian SMS Akhtar yang berhasil memporak-porandakan konsentrasiku hingga aku hampir memutuskan mengemasi semua barang-barangku dan pergi dari Aachen, anehnya aku berhasil menguasai kewarasanku lagi saat Ramadhan datang. Sepertinya aku sudah pasrah dengan apapun keputusan Allah mengatur akhir dari kisahku dan Akhtar. Tapi tetap saja aku berharap dan berdo'a pada Allah agar jangan mengirimkan Akhtar ke Aachen.

     Aku tidak sanggup menghadapinya.

     Lagipula, InshaAllah aku sebentar lagi akan pulang ke Indonesia. Proyek pekerjaanku di Aachen sudah selesai. Dan aku sudah mengirim lamaran pekerjaan ke beberapa sekolah di Surabaya untuk mengajar di sana. Jika Allah berkehendak, tidak lama lagi aku akan mendapat kabar dari mereka tentang diterima atau tidaknya aku bekerja di sana.

     Sejak SMS Akhtar itu, aku semakin lama bersujud dan berdo'a. Apalagi ini bulan Ramadhan. Bulan dimana semua doa diijabah. Aku berdo'a memohon jalan keluar terbaik. Sekian lama aku berusaha menghindari Akhtar. Aku berharap ia melupakan aku. Tapi sepertinya Akhtar tidak pernah putus asa mencariku. Aku tidak tahu mengapa Akhtar begitu gigih berusaha bertemu denganku. Aku yakin banyak sekali gadis cantik di sekelilingnya yang bisa mengalihkan perhatiannya dariku. Tapi SMS Akhtar kapan hari telah menjadi bukti bahwa Akhtar belum melupakan aku. Itu berarti gadis cantik yang memposting fotonya bersama Akhtar bukanlah kekasihnya seperti dugaanku.

     Aku mendengar notifikasi e-mail masuk. Saat aku buka, ternyata e-mail dari KBRI Jerman yang mengumumkan tentang buka puasa bersama dan sholat Tarawih diimami oleh seorang qori' muda yang didatangkan dari Indonesia.

     Hampir saja aku tidak mempercayai pengelihatanku sendiri melihat foto qori' muda itu. Tapi saat aku membaca namanya, ternyata penglihatanku masih normal karena aku tidak salah mengenalinya. Ketampanannya meningkat karena wajahnya kini ditumbuhi jenggot pendek yang rapi. Membuatnya lebih terlihat maskulin karena wajahnya cantik seperti perempuan.

     Aku segera mencatat tanggal acara di ponselku. Aku akan datang ke acara itu dan ingin membuktikan sendiri apakah qori' muda yang tampan itu masih ingat padaku.

************************************

     Suasana menjelang berbuka puasa sore ini di KBRI sangat spesial. Karena tidak henti-hentinya para mahasiswa dan wanita yang hadir di hall KBRI bertanya pada sang qori' muda yang didatangkan dari Indonesia itu. Mereka semua seperti tersihir karena suara merdu sang qori' baik saat sedang berbicara maupun membaca ayat-ayat suci Al Qur'an. Gadis-gadis muda sampai ibu-ibu pun antusias mengangkat tangan ingin bertanya padanya.

     Aku kebagian tempat duduk di tengah. Hari ini aku memakai gamis warna favoritku, ungu wine. Karena bahan gamisku yang ini lebih tebal sehingga membuatku merasa hangat saat cuaca dingin mulai datang seperti hari ini.

     Aku asyik mengamati sekelilingku yang antusias bertanya banyak hal pada sang qori'. Setiap yang diberi kesempatan oleh sang qori' untuk bertanya padanya, harus menyebutkan nama dan asal kotanya di Indonesia.

     Aku kagum ternyata banyak juga gadis-gadis muda dari Indonesia yang menuntut ilmu di Jerman. Aku benar-benar berharap, saat mereka kembali ke Indonesia, mereka akan menyebarkan ilmu yang sudah mereka dapatkan di Jerman agar Indonesia semakin maju.

     "Satu pertanyaan terakhir," ujar MC yang disambut gumam kekecewaan peserta yang hadir. "Iya. Karena sebentar lagi kita akan persiapan berbuka puasa. Sabar, ya mbak-mbak semua. Nanti selepas sholat Tarawih bisa tanya-tanya lagi lebih santai."

     Tangan-tangan mulai terangkat ke udara. Berharap agar ditunjuk oleh sang qori' untuk bisa berkesempatan mengajukan pertanyaan. Aku tersenyum geli. Ternyata orang-orang di sini sangat antusias pada kehadiran qori' muda ini. Terutama para gadis-gadis muda.

Karen dan AkhtarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang