BAB 30

6.9K 343 0
                                        

Will mencengkram besi mengkilap yang terasa dingin di kedua sisi kiri dan kanannya. Keningnya mengernyit seiring usahanya untuk bisa berdiri. Tapi dia tak ingin jatuh untuk beberapa kali lagi, jadi selagi dia berusaha untuk berdiri, seorang perawat terus berada di sana mengawasinya.

"Cobalah untuk menahan nafas mu, mungkin otot perut membantu mu untuk menahan berat badan. Ini tidak akan menyulitkan mu berdiri." Sarannya pada William. Lalu memegangi lengan William untuk berdiri.

Tak yakin dengan apa yang dilihatnya, tapi William benar-benar bisa berdiri setelah itu. "Wow, ini hebat. Teruskan untuk menggerakkan kaki kanan mu terlebih dulu."

William ikut tersenyum saat kaki nya mulai bertahan untuk berdiri. Meski lengannya mengejang, tapi William merasa ini kemajuan pesat setelah baru ke empat kalinya dia latihan berjalan.

"Aku akan buang kursi sialan itu setelah ini."

"Ya kau bisa melakukannya setelah ini." Balas perawat itu lalu tertawa simpul. Sejujurnya dia lebih suka untuk bersentuhan dengan William, tapi laki-laki itu enggan untuk disentuh. "Jangan pegang aku, tolong. Akan ku coba lakukan sendiri." Tolak William.

Perawat berambut panjang dengan ikatan khas kuncir kuda itu, matanya tak bosan memandangi William. Bahkan dalam jarak sedekat itu, dia masih tak percaya punya kesempatan untuk menangani kasus William. Sederhananya karena dia menyukai pria ini hanya lewat majalah yang pernah Ia beli dari supermarket.

Sudah hampir sejam, tapi kaki William hanya bisa melangkah empat kali. "Ini di luar dugaan ku, kau mengalami kemajuan pesat Tuan Altamirano."

Lalu dibantunya William untuk duduk kembali ke kursinya. "Biar ku bawa kau ke ruangan mu."

***

Tulisan Welcome to John F. Kennedy Airport adalah tulisan pertama yang Alle baca saat turun dari pesawat bersama Nicole. Akhirnya dia kembali ke New York kembali. Bandara yang sibuk, dengan orang-orang dari segala lapisan sibuk dengan dirinya sendiri. Langitnya sangat terik dan terang. Jelas berbeda saat Alle meninggalkan tempat ini.

"Terimakasih sudah membawa Ibu ke tempat ini." Ucap Nicole.

"Ibu akan bersama ku. Kita akan buat kejutan untuk Lori."

Alle dan Nicole menaiki sebuah taksi menuju tempat tinggal Lori, meniggalkan bandara itu.

"Apa Ibu merasa baik-baik?" Alle membuka permbicaraan. "Sedikit, disini terasa lebih dingin. Harusnya aku tahu disini musim dingin." Nicole menggenggam sebelah telapak tangan Alle yang terasa dingin. "Apa Peter baik-baik saja?"

"Ayah baik-baik saja. Ibu ingin sampaikan sesuatu padanya?" Lalu Nicole menggeleng. "Tidak, Ibu merasa lebih baik setelah semuanya."

Lalu keduanya diam sampai mereka tiba di rumah Lori. Alle membuka pintu dengan kunci yang masih dia simpan. Setelah membawa Nicole dan barang-barangnya masuk, Alle segera menghubungi Lori.

Lori sedang ada rapat saat Alle sedang menelepon, hanya sekilas diliriknya layar ponselnya yang berkedip dari saku kemejanya.

"Dia tak menerima, tak biasanya." Gerutu Alle. Nicole tak mendengar Alle karena dia masuk dan membuka pintu. Alle mengitkuti dari belakang dan melihat Nicole memegang sebuah kotak besar pemberian Will yang masih berdiri di sebelah lemarinya.

"Hanya pemberian seseorang." Jelas Alle. Nicole memutar kursi rodanya dan tersenyum. "Seorang pria, kau pasti sangat spesial untuknya." Nicole menambahi. Alle menggigit bibirnya gugup, dan tersipu.

Bunyi ponsel Alle menghentikan keduanya, "Lori, aku kembali." Ucap Alle. Setelah itu Alle hanya mendengar jerit suara tak jelas.

***

AFTER MORNING COMES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang