William merapikan jas nya dan keluar. Tapi wanita yang dari tadi Will tunggu tak juga kunjung bisa dihubungi. "Mencoba menghubungi, Alle?" Marie masuk ke kamar Will, mengambil sebotol parfum dan menyemprotkannya ke jas Will.
"Bagaimana Ibu tau?" Will mengambil botol parfum yang dipegang Marie. Marie menatap mata Will, membelai wajah Will, dan berkata, "Aku bertemu dengannya di salon siang ini. Kau mengirimnya kesana, berharap mengubah seekor burung tak bersayap, bisa terbang membelah dunia."
Will menghembuskan nafasnya, sudah menduga ini akan terjadi. "Apa yang Ibu katakan padanya?" Suara Will berubah datar. "Tidak ada, Will. Dia sendiri mengenali dirinya sebagai burung tak bersayap."
Will menarik pergelangan tangan Marie dan menatapnya tajam. "Apa yang Ibu pikir Ibu lakukan?" Lalu Will menepis tangan Marie dan berjalan keluar dengan langkah cepat.
"Lihat John, putra mu sudah berani menentang ku!" Marie bergumam dan keluar setelah itu.
Will turun dari mobil setibanya di rumah Alle. Lori berdiri membuka pintu. "Hai." Sapa Lori singkat. William sangat tampan, begitulah pendapat Alle saat melihat laki-laki itu berdiri di depan pintu bersama Lori. Will masuk ke dalam melewati Lori. "Aku menunggu mu..."Ucap Will, menarik pergelangan tangan Alle. Pria itu maju lebih dekat, sedang Alle menundukkan kepalanya.
Lori masuk ke kamarnya, meninggalkan Alle dan William disana. "Alle, bicaralah pada ku." Pinta Will. Will mengangkat dagu Alle, menatap ke dua bola mata Alle yang mencoba menghindari tatapannya. Will melihat kedua bibir Alle yang masih menutup tak berbicara. Telapak tangan Will menangkup rahang Alle, membuat Alle menatap Will. "Aku, aku-" Ucap Alle gugup bersamaan dengan Will. "Kau-"
Lalu Will mencium bibir Alle. Alle melepas tangan Will yang menahan pergelangan tangannya, melingkarkan tangannya di pundak Will. Bibir Will bergerak cepat dan nyaris membuka mulut Alle lebih lebar saat Lori tak sengaja keluar. Alle dan Will salah tingkah.
"Oops, aku tak melihat." Ucap Lori sambil menunduk dan tak tahan menyembunyikan senyumnya. "Mungkin aku bisa pinjamkan kamar, jika kalian butuh lebih privasi." Lanjut Lori. Alle tersenyum, sedangkan Will menunduk dan menggaruk kepalanya. Jelas sekali keduanya gugup.
Lori mengambil ponselnya yang ada di atas meja lalu melewati mereka lagi. Alle menjilat bibirnya yang basah dan memandang Will. "Kau harus pergi." Tutur Alle lembut.
"Tidak tanpa mu." Balas Will yakin. Will menarik tangan Alle, "Ikutlah..."Pinta Will. Alle ingin menolak, tapi mata Will yang menatapnya seperti itu membuat Alle iba. "Aku akan membuat mu malu." Ucap Alle. "Tak ada hal yang memalukan dari mu." Jawab Will. "Aku tak siap jika kamera-kamera itu akan menangkap gambar ku." Jelas Alle. "Tak ada kamera, tak ada wartawan, tak ada berita, semuanya." Jawab Will lebih meyakinkan Alle. "Baiklah..." Jawab Alle dengan senyum malu-malu. Will ingin mengecup pipi Alle, tapi lagi-lagi Lori datang mengganggu. "Oh, oh, tahan sebentar. Aku mendengarnya, jika kau mau menunggu lebih lama sedikit, aku siap mendandani Alle." Lori berkacak pinggang, tersenyum ke arah Will.
***
Will tak bisa berhenti menatap gadis itu. Di matanya, Alle begitu anggun. Gadis sopan yang pertama kali dia temui tampak sangat menawan, seksi, tapi tetap berkelas. Lori mengubahnya menajadi Alle yang lebih dewasa dan menggoda.
Rambut Alle digulung rapi menampakkan punggung Alle yang kecoklatan dipenuhi bintik tahi lalat, lengan Alle tak pernah terlihat lebih panjang sebelum gadis itu mengenakan gaun ini sebelumnya, dan Alle lebih kelihatan ramping dan tinggi dengan balutan gaun merah panjang itu. Alle terlihat sangat cantik malam itu.
"Lihat, dia tak berkedip melihat mu."Bisik Lori di telinga Alle. Alle tersenyum mengulum. "Ehem... apa kau tak berniat mengajak tuan putri pergi?" Lori berdehem untuk menyadarkan Will dari sesaat keterpakuannya. Will gelagapan salah tingkah, "Tentu, tentu..."Jawab Will. Alle mendekat ke arah Will. "Kau sangat cantik."Ucap Will pelan. Alle tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MORNING COMES (END)
Roman d'amourNOVEL DEWASA. 2018. Copy Right. Qeryana Grail. Fiksi. Indonesia. Musim dingin segara berakhir, dan Allegra harus menyelesaikan pekerjaannya agar bisa mendapatkan uang. Mimpinya untuk bisa kembali tinggal bersama Ibunya harus terwujud, atau Allegra...