BAB 46

6.1K 239 8
                                    

Sebuah bangunan gereja katedral yang berdiri itu tampak kokoh meski bangunannya terlihat tua. Halaman nya yang luas, bersatu pada pepohonan yang tinggi menjulang. Alle turun dari mobil pengiring nya, halaman gereja tengah penuh oleh deretan mobil tamu undangan.

Tak ada tamu wartawan yang meliput. Ini adalah permintaan Alle secara pribadi. Dia tak ingin ada berita tentang pernikahannya hari ini diliput oleh kamera. Semua tamu tengah berada di dalam gereja, menunggu kehadirannya.

Lonceng gereja berbunyi menandai prosesi segera dimulai. Alle menarik nafasnya pelan, terlalu gugup. Tangannya memegangi perutnya, berdoa dalam hati agar tak ada terjadi sesuatu dengan dirinya lagi. "Kau siap, Alle?" Tanya Peter, membuyarkan lamunan Alle.

Alle melihat ke arah Peter, "Aku siap." Lalu tangannya digandeng oleh Peter. Bunyi lonceng mulai mereda dan musik organ mulai terdengar hingga keluar halaman.

Iringan musik Canon in D karya masterpis Johann Pachelbel kesukaan Alle dan Will sudah terdengar saat Alle mulai berdiri di depan gereja. Jenis musik barok yang sering Alle putar saat kecil. Menjadi permintaannya agar diputar saat dia menikah dan Will merealisasikannya.

Disebelah kanan nya ada Peter, kesepakatan yang Will inginkan agar Alle tetap mengundang ayahnya. Menjadi pengiring pengantin Alle. Laki-laki sebagai Imam beserta putra altar menyambut di pintu Gereja.

Jason berdiri bersama Benedicta, anak perempuan sebagai pasangannya menabur bunga berdiri di depan Alle. Mereka mulai menabur bunga sepanjang jalan masuk menuju altar mengiringi Alle. Mata Alle berkaca-kaca saat pandangannya jatuh pada gantungan salib besar yang menggantung di dinding, perasaan gugup dan harunya bercampur. Sedangkan Will tampak berdiri begitu tampan menunggu Alle mulai berjalan mendekat ke arahnya. Tatapan keduanya bertemu.

Untuk sesaat jantung Alle benar-benar berhenti berdetak. Tak pernah sebelumnya ini terjadi, bahkan disaat pertemuannya bersama Will. Laki-laki yang kini tengah berdiri menunggu nya di depan Altar. Wajah yang sama saat Alle melihatnya tertidur lelap, mengerang panjang saat orgasme, dan rahang wajah yang sama saat dia membuka mata di pagi hari.

Sekelebat ingatan peristiwa pertemuannya bersama Will berputar. Ketika laki-laki itu menabraknya, memberinya sebungkus coklat, membawanya bersembunyi ke rumah Vivian, mengajaknya makan malam berdua romantis, Alle merasakan kaki nya mulai melambat saat berjalan.

Orang-orang yang berdiri, memandangi Alle dengan seksama. Gaun pengantin yang dikenakan Alle sangatlah elegan. Potongan kain brokat mahal, ditabur batu swarovski, rancangan mahal karya rumah desainer yang bekerja untuk pihak keluarga Istana Inggris.

Alle benar-benar bak putri dongeng. Pernikahan mewah, upacara yang sakral, kerabat dekat, tamu terhormat dan penting, keluarga besar Altamirano, laki-laki tak berkereta kuda, benar-benar menjadi kenyataan.

"Dia sangat cantik." Salah seorang tamu berbicara pada orang disebelahnya. "Kau benar. Lihat, Will tak berhenti menatapnya, aww." Imbuhnya menambahi ucapan tadi.

"Benar-benar romantis, Alle sangat beruntung."

Will melirik sekilas saat Alle menghapus air mata yang hampir turun di pipinya. Lalu senyum Alle melengkung di wajahnya. Satu gerakan bibir Will berbicara pada Alle, "Kau sangat cantik.". Alle tak bisa menyembunyikan perasaan membuncahnya. Ketika mereka semakin dekat, Peter memberikan sebelah tangan Alle untuk segera di sambut Will. Kini, mereka berdua berdiri dihadapan Imam Pastor.

 Kini, mereka berdua berdiri dihadapan Imam Pastor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AFTER MORNING COMES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang