Lori turun dari pesawat, memperhatikan cerahnya langit. Begitu masuk pintu kedatangan terlewati, tangan Thomas membumbung tinggi ke atas memegangi kertas bertuliskan "LORI SPENCER". Senyum Thomas melengkung saat Lori melambai, semakin mendekat, dan keduanya berpelukan.
"Terimakasih sudah menyambut ku."
Mereka segera keluar dan berlalu dengan mobil. "Bagaimana kabar Nevada? Kau terlihat bersemangat sekali saat kembali."
"Oh, ya ampun, Nevada sangat eksotis, kau tahu aku mengerjakan banyak tugas menarik disana."
"Aku senang mendengarnya."
Tak sampai dua jam mereka tiba di rumah Lori. Thomas segera turun membawa masuk koper milik Lori. "Kau membawa banyak barang."
"Kau benar. Biar ku angkat yang lain." Lori membawa tas ranselnya bersama koper. "Masuklah, kita bisa minum di dalam, hmm?" Lori menawarkan. Dan Thomas setuju untuk itu. Lori meletakkan dua cangkir teh bersama kukis yang tersisa di lemarinya, menghidangkannya.
Sementara Alle berterimakasih saat tiba di halaman depan rumah Lori, menemukan pintunya terbuka. Betapa terkejutnya dia menemukan Thomas disana, berdua bersama Lori.
"Hey, aku tak tahu kau disini."
"Hey, Alle."
"Alle?" Lori terlihat kaget, tapi segera memeluk Alle. "Apa kabar mu?"
"Aku baik-baik."
"Kau pergi jauh, aku merindukan mu."
"Maaf---"
"Aku yang minta maaf, Lori."
Thomas masih berdiri memandangi Alle dan Lori. "Jadi apa aku sekarang tidak tahu jika kalian---mungkin---kalian tahu maksud ku?"
Lori tersipu malu, menunduk, berpandang-pandangan dengan Thomas. Laki-laki itu tersenyum sipul, "Kau bisa menyebutnya seperti itu." Dan ucapan Thomas membuat Lori melotot terpercaya.
"Astaga!" Alle menutup mulutnya. "Lori?" Padangannya menyelidik, lalu tersenyum penuh arti. Lori bahkan terlihat bingung ingin menjawab apa. "Jika dia berpikir seperti itu." Thomas tertawa mendengar jawaban wanita itu. "Aku berpikir seperti itu."
"Oh, kalian romantis. Harusnya ini waktu kalian berdua."
"Ini waktu milik kita bersama."
"Jadi apa sebaiknya kita merayakannya?" Alle mengambil botol anggur di dapur. "Teman-teman?" Tanya nya meminta persetujuan.
"Biar ku pesan kan Pizza untuk kita." Usul Thomas.
***
Satu mobil kepolisian dan mobil ambulans terparkir di depan rumah Mellisa. "Tolong selamatkan dia." Ucap Mellisa terisak.
"Nona, kau bisa ikut kami untuk memberi keterangan."
Mellisa merelakan Chris dibawa oleh mobil itu, sementara dia mengikuti dua laki-laki berseragam polisi itu.
"Kejadiannya sangat cepat, aku, aku ketakutan, dia meminta ku membunuh nya, tapi kau tau aku tak mungkin melakukannya."
"Lalu? Apa kau mengenal korban?"
"Aku mengenalnya. Dia kekasih ku."
"Tolong sebutkan nama lengkap mu."
Mellisa menghabiskan waktu lebih dari tiga jam selama pemeriksaan awal. "Tolong lindungi aku, aku takut."
"Kau aman, Nona. Tolong jangan panik dan khawatir. Kau sedang mengandung."
"Terimakasih, apa aku bisa menghubunginya sekarang?"

KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MORNING COMES (END)
RomanceNOVEL DEWASA. 2018. Copy Right. Qeryana Grail. Fiksi. Indonesia. Musim dingin segara berakhir, dan Allegra harus menyelesaikan pekerjaannya agar bisa mendapatkan uang. Mimpinya untuk bisa kembali tinggal bersama Ibunya harus terwujud, atau Allegra...