BAB 57

5.9K 262 6
                                    

Will melirik jam nya sekali lagi, tapi sepertinya Thomas hari ini akan terlambat. Seorang pelayan membawa baki berisi sebotol anggur hijau dan dua gelas. "Terimakasih." Ucap Will.

Thomas memarkir mobilnya tepat di deret parkir. Suasana kafe yang sepi, berbanding terbalik dengan gerai kafe sebelahnya yang ramai dikunjungi. Thomas sangat tahu mengapa Will ingin di sana.

Mata mereka berdua segera bertemu, Thomas berjalan cepat ke arah Will. "Maaf menunggu." Thomas segera mengambil duduk dihadapan Will. "Jadi katakan ada apa."

Will menyerahkan satu amplop coklat ke hadapan Thomas, "Laki-laki ini, aku tertarik padanya." Thomas menimbang, membuka amplop itu. "Siapa dia?"

"Dia bekerja pada ku."

"Aku mengerti."

Pelayan wanita menghidangkan makanan, Thomas menunggu untuk bicara. Setelah perempuan itu menjauh, dia membuka suara. "Ini sangat jarang, tapi ada sesuatu yang menganggu mu."

"Kau benar."

"Laki-laki ini, entahlah, dia punya identitas ganda. Dia menipu visa. Zhechkovik berusaha meneruskannya ke imigrasi."

"Tahan sampai aku menemukan sesuatu. Apa ada lagi?" Thomas mulai membaca satu per satu.

"Tidak." Jawab Will. Thomas mendekatkan kertas itu ke matanya, "Tunggu, tunggu, ckckck, Meksiko, Levesque, Kantor Berita, aku merasa aku pernah menemukan data semacam ini."

Will memperhatikan ketegangan di wajah Thomas. "Laki-laki ini seperti," Thomas meneliti sebuah poto di dalamnya. "Hmm, keren, ini keren, dia bekerja untuk mu."

"Aku menemukan ketidaksukaan padanya sejak pertemuan pertama."

"Tidak semua pertemuan pertama berkesan baik."

"Tidak, dia berbeda. Buat ini masuk akal, kau mengerti?"

Thomas menyusun kertas itu kembali ke dalam amplop. "Jika ini berhasil, aku akan mengirim balasannya pada mu."

***

Setelah pertemuan singkat yang di lengkapi oleh makan malam itu, Will kembali tanpa supir. Mobil Chris melaju pada saat yang bersamaan, Chris mengenali mobil itu. Tapi mengabaikannya, dia terus melaju. Sambil terus fokus pada petunjuk jalan di layar seluler nya, Chris melajukan mobilnya, melupakan tentang laju mobil Will.

Chris masuk pada sebuah gedung di dekat tangga penyebrangan jalan. Bangunan bertembok bata itu tampak tua dan ada beberapa coretan cat khas mural. Seorang laki-laki yang memakai rompi hitam, dengan tampang menyeramkan itu meneliti Chris was-was. Tidak pernah laki-laki berpakaian formal seperti itu masuk ke sana.

"Jika kau polisi, kami sudah punya izin atas barang dagang ku." Imbuhnya cepat. Chris masuk sama was-wasnya, memperhatikan beberapa jenis bentuk senjata di sana.

"Aku tidak datang untuk itu." Chris mendekat.

Laki-laki itu beringsut curiga, tidak percaya. "Katakan apa mau mu."

"Ini lucu sekali," Chris tertawa sebentar, "Apa begini cara mu pada pelanggan?"

"Dengar anak kecil, jika kau masuk ke tempat ini, kami tidak punya permen yang kau cari."

"Begitu?" Chris mengeluarkan dompetnya, "Karena sepertinya aku punya penawaran bagus untuk mu." Lanjutnya, meletakkan selembar cek. Pria dihadapan itu terus mengawasinya, tapi tertarik pada kertas yang di keluarkan Chris.

"Katakan apa mau mu."

"Kau menjual sesuatu yang ingin ku beli."

Seorang rekan pemilik bangunan itu muncul dari arah belakang, tampangnya mengejutkan Chris. Karena sepertinya, dia tidak pernah yakin ada laki-laki semenakutkan mereka. "Siapa dia, bung?" Laki-laki baru datang itu bertanya pada laki-laki di hadapan Chris.

AFTER MORNING COMES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang