Claire berjalan santai di hadapan Will, mengunyah apel. "Apel ini sangat manis, kita lupakan masalah tadi." Tapi Will terlalu muak dengan sandiwara Claire.
"Kau benar, aku tak berpikir untuk mengingatnya." Balas Will. "Kau bisa pulang ke Prancis malam ini. Pesawat yang membawa mu akan tiba."
"Terima kasih, aku bisa pulang sendiri." Tolak Claire. Lalu dia menglilingi Will, memegang sisi kiri dan kanan kursinya. "Semoga kau cepat sembuh."
Mata Will masih menatap tajam pada Claire. "Kau tahu, aku berniat untuk kembali akhir tahun ini. Semoga kita bertemu lagi, Tuan Will." Claire berlalu setelah itu, meninggalkan sisa gigitan apelnya di telapak tangan Will.
Claire mengemas barangnya dan keluar dari apartemen Will, berlalu bersama supir mobil Will. Will tak percaya jika Claire tak melakukan perlawanan, setidaknya dia tak kan bertemu dengan wanita itu lagi. "Terimakasih untuk ciumannya, kau tahu bibir mu sangat lembut. Aku benar-benar ingin melihat Alle." Ucap Claire sebelum menutup pintu.
Will mengusap wajahnya frustasi. Dia benar-benar tak percaya jika Claire selancang itu.
"Tuan Will, kau butuh sesuatu?" Seorang pelayan perempuan, usianya lumayan tua, menghampiri Will.
"Tidak, terimakasih."
Will masuk ke kamarnya, terkejut menemukan sepasang pakaian dalam berwarna putih di atas tempat tidurnya. Hanya Claire, pikir Will. Lalu disingkirkannya asal ke tempat sampah diujung kamarnya. "Oh ya ampun." Pekik Will.
***
Alle berdiri depan sebuah gerbang rumah Keluarga Altamirano, menggoyang pagar setebal 12 inch, mencoba menarik perhatian orang disana. Sayang, dia terlihat seperti orang gila. Tak ada yang mungkin melihat Alle. Alle mengumpat kesal pada kotak yang dibawanya. Niatnya meninggalkan kotak itu disana urung dilakukan saat melihat botol anggur di dalamnya.
Alle benci jika salju mulai turun, jadi dia memilih meninggalkan tempat itu. Membawa kembali kotak itu. Entah bagaimana, tapi silau cahaya mobil menyilaukan pandangan Alle.
"Alle?" Laki-laki di dalamnya menurunkan sebelah kacanya. Alle melihat laki-laki itu bingung. "Maaf, siapa kau?"
"Tak penting. Apa yang lakukan disana?"
"Tak ada, bukan sesuatu."
"Aku Thomas."
"Ya, kita tak saling mengenal."
"Lori? Aku teman Lori."
"Oh, hai."
"Mau ikut dengan ku? Sepertinya kau ingin bertemu Will, benar?"
"Tidak, kau saja. Sudah salju, sampai jumpa."
Tapi Thomas cepat bertindak, dia keluar dari mobil dan mengejar Alle sambil berlari. "Alle! Tunggu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MORNING COMES (END)
RomanceNOVEL DEWASA. 2018. Copy Right. Qeryana Grail. Fiksi. Indonesia. Musim dingin segara berakhir, dan Allegra harus menyelesaikan pekerjaannya agar bisa mendapatkan uang. Mimpinya untuk bisa kembali tinggal bersama Ibunya harus terwujud, atau Allegra...