Orang-orang selalu memberi stigma jika satu-satunya neraka dunia hanya ada di Las Vegas. Orang-orang yang keren, populer, terkaya dan termiskin mungkin bisa benar-benar di temui di Las Vegas. Wanita penghibur kelas dunia, pemain judi kelas berat, kepala kartel narkoba terbesar, gaya hidup super mewah, mobil-mobil canggih yang terparkir asal di pinggir jalan, rumah bordil dan bar paling mahal, pertunjukan tinju kelas dunia, orang-orang modern pengikut kabala, semua fasilitas kaum jet set, pebisnis tersibuk, kota dengan pria dan wanita tercantik dan tertampan paling banyak, kota dengan sejuta pesona sihir dan ilmu hitam, dan hanya Las Vegas yang meninggalkan kenangan terkeren dibenak Alle.
Will membawanya masuk pada salah satu gedung paling tinggi di deretan lainnya. Alle sampai harus menengadahkan kepalanya benar-benar ke atas agar bisa melihat puncak gedungnya. "Jason William Jr." Gumam Alle membaca nama gedung itu. "Kau menamainya Jason?"
"Ya." Jawab Will. Mereka menaiki lift setelah itu. "Apa yang kita akan lakukan?" Will tersenyum ke arah Alle. "Bersenang-senang." Jawab Will pendek. Alle tersenyum, menggenggam telapak Will kuat.
Lorong yang sepi, deretan kamar, "Ini hotel?"
"Seperti itu, ayo masuk."
Kamar yang luas untuk ukuran sebuah hotel. "Wow, apa kita tinggal disini untuk beberapa saat?"
"Ya, hanya beberapa saat." Will mengunci kamarnya, meletakkan koper di sudut ruangan. Alle membuka gorden nya. Pemandangan malam hari kota Las Vegas sangat indah. Lampu-lampu di tiap sudut menyala, orang-orang yang sibuk dimalam hari, aktivitas yang jarang orang lakukan di malam hari terlaksa di Las Vegas.
"Kau suka?" Will tiba-tiba memeluk Alle dari belakang. Dagunya terpangku di bahu Alle. "Ini sangat indah, tapi mengapa membawa ku kesini?"
"Sebenarnya aku punya urusan bisnis di tempat ini, aku berpikir mengajak mu karena aku ingin membawa mu berlibur."
Alle tertawa, "Sebenarnya aku bisa menunggu di New York, tidak harus menyertakan ku untuk urusan bisnis mu."
"Kau adalah bisnis ku. Resiko terbesar ku." Bisiknya sambil mengecup pelan leher Alle. "Tapi ini bukan liburan." Sanggah Alle cepat. "Aku suka pantai."
"Kita akan kesana setelah menikah."
"Itu lama sekali."
"Well, bercinta di pantai tak terdengar buruk kan?"
Alle bergidik malu, "Eww, itu menjijikkan."
"Pantai milik kita, tak ada siapa pun." Alle diam menyimak. "Besok pagi setelah aku rapat, aku akan segera kembali. Berdandanlah yang cantik, aku akan membawa mu ke suatu tempat."
"Apa rahasia lagi?"
"Ya, sayang. Apa kau bisa menolong ku?"
"Ya?"
"Tolong lepaskan pakaian mu." Bisik Will, Alle melotot, lalu tersenyum geli. Dia mengerti maksud Will. Dia memutar badannya dan mulai mencium bibir Will.
***
Alle menyingkirkan selimut di badannya, Will sudah tak ada diruangan. Di samping tempat tidurnya, sebuah kartu bersama hidangan sarapan terletak di atas nakas. Alle bangkit dengan tubuh telanjang, membuka gordennya.
Selamat pagi, Sinar Matahari ku.
Aku mencintai mu, William A.Alle tersenyum dan segera meneguk jus di tangannya. Diambilnya ponsel lalu Alle memotret wajahnya tengah mengunyah roti, mengirimnya pada Will.
Sarapan yang membosankan tanpa mu. Lalu Alle mengirimnya. Balasan cepat segera datang.
Kau sangat cantik, sayang. Maaf membuat mu bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MORNING COMES (END)
RomanceNOVEL DEWASA. 2018. Copy Right. Qeryana Grail. Fiksi. Indonesia. Musim dingin segara berakhir, dan Allegra harus menyelesaikan pekerjaannya agar bisa mendapatkan uang. Mimpinya untuk bisa kembali tinggal bersama Ibunya harus terwujud, atau Allegra...