BAB 22

6.9K 344 3
                                    

Alle mengemas pakaiannya dalam beberapa koper. Satu bingkai foto nya bersama Lori turut dibawa dalam koper. Perhatian Alle teralih pada kotak besar di sudut lemarinya. Matanya sudah membengkak dan air matanya sudah habis menangis sampai sore. Alle menyentuh gaun itu dengan perlahan, menyingkirkan botol Anggur yang bahkan belum dia buka sampai saat ini.

Sebelum menyimpan kembali gaunnya, Alle membaui gaunnya. Semerbak aroma parfum yang maskulin melekat disana, membuat Alle kembali cengeng. Aroma Will melekat disana, bersama kenangannya malam itu. Tangannya tentatif mengambil bungkusan plastik, disana sprei putih masih terlipat rapi bersama tumpukan bajunya.

Dibukanya sprei itu, lalu disentuhnya dengan ujung jari bercak yang masih menempel. Alle tak ingin mencucinya. Ingin menyimpannya terus sampai entah untuk berapa lama. Senyum kecilnya tersungging saat wajah Will yang mengerang melintas dipikirannya.

Alle melipat kembali spreinya dan menyimpannya kembali di bawah gaun itu, mengeluarkan botol anggur itu dan membawanya dalam koper. Lori berdiri memandangi Alle disana. "Hei." Panggil Lori datar. Alle mendongak dan menutup kopernya.

"Kenapa menyimpan anggur itu sendiri? Kenapa tak meminumnya?" Tanya Lori lalu mengambil tempat disamping Alle. "Aku tak ingin mabuk." Balas Alle. Lori membuka koper Alle dan mengeluarkannya. "Alle, anggur tak pernah membuat mu mabuk. Ini hanya anggur. Ayo, keluar." Lori menarik tangan Alle keluar, mengambil dua gelas dari dapur dan berjalan ke ruang tamu.

"Mau apa? Jangan gila, Lori." Lori tertawa mendengarnya. "Ayo kita berdansa." Mata Alle membulat tak percaya. "Kita? Kau gila!" Desis Alle geli dengan ajakan Lori. "Dansa tak hanya untuk antara pria dan wanita. Kita juga bisa melakukannya." Lori membalas dan membuka penutup botol itu, menuangnya sedikit untuk Alle. "Ayo bersulang." Mereka melakukan gerakan tos dan senyum Alle tersungging. Lori mengerti dengan ekspresi wajah Alle, gadisnya sangat hancur karena patah hati.

"Oh, sebentar! Ada yang kurang. Sebentar." Lalu lagu Can't Help Falling In Love milik Michael Buble bergema. Lori menarik lengan Alle. "Kau gila, Lori." Ucap Alle, senyumnya tersungging geli saat gerakan kaki Lori mulai membuat gerakan berdansa. "Mungkin kau tak kan kembali." Desis Lori dan suaranya mulai bergetar. "Kau tak boleh menangis." Desis Alle. "Bodoh jika aku tak bisa menangis." Ucap Lori.

Lori berhenti dan memeluk Alle erat. "Aku tau hati mu sangat hancur. Tapi kau tak lagi menangis. Air mata mu mengering dan aku ingin selalu merasakan penderitaan mu, Alle." Tutur Lori. Pundak Alle mulai bergetar dan kepalanya menghilang dibalik leher Lori. Isakannya kembali keluar perlahan-lahan. "Aku tak kan bertemu Will lagi." Gumamnya pelan. Lori mendorong tubuh Alle, mengusap pelan air mata Alle. "Kau adalah gadis ku. Dan gadis ku tak boleh menangis."

"Jika Will benar-benar lumpuh--"

"Bodoh! Dia tak kan lumpuh." Sanggah Lori.

"Itu adalah salah ku." Ucap Alle lalu memeluk Lori lagi. "Aku akan menghajar mu jika kau terus menyalahkan diri mu. Will adalah milik mu. Dia akan mencari mu."

"Tidak."

"Tidak?" Tanya Lori bingung.

"Cecilia akan kembali untuk nya."

"Jalang, dia mencari pria itu setelah pergi meninggalkannya bersama Jason." Cela Lori. "Hanya untuk sementara, Lori. Will hanya laki-laki yang punya hak untuk datang dan pergi. Itu adalah aku yang bersalah, berpikir dan berharap untuk bersamanya." Lori mendorong Alle cepat dan menatapnya. "Tutup mulut mu, nona. Dapatkan laki-laki lain. Miliki satu, diluar sana ada begitu banyak. Jika Will adalah takdir mu, tak ada yang bisa menghentikan kalian. Tidak Cecilia, tidak Marie, tidak selain kau."

Lalu Lori melepas Alle, menutup botol anggurnya, dan menyerahkannya untuk Alle. "Simpan, bawa ini. Tuang anggur ini setiap kau merindukan Will. Jangan lupa mantranya." Ucap Lori. "Mantra?" Tanya Alle lalu terkikik geli. "Ya, mantranya. Ucapkan seperti ini," Lori mulai berbicara dengan gerakan tangan yang bergerak ke udara, bergoyang ke kiri dan kanan,membuat Alle tertawa terbahak, sambil berkata, "Hai, malaikat-malaikat di surga, turunlah bersama berkat-berkat melimpah, bersama jiwa-jiwa yang tenang, terimalah anggur ini, anggur yang ku persembahkan bersama cinta, untuk William John Arthur Altamirano!"

Alle masih tertawa terbahak lalu Lori berkacak pinggang. "Alle, aku serius! Kau menertawai ku, sial!"

"Kau terlihat lucu, juga sangat lucu!"

"Bodoh, itu sama saja." Desis Lori.

"Itu sangat magis, kau tahu."

"Itu akan bekerja, percayalah." Lalu Lori menarik Alle dalam dansanya sekali lagi. "Aku ingin tahu bagaimana kau berdansa bersama Will."

"Oh, oh, kami tak benar-benar berdansa."

"Kau payah."

"Aku memijak kakinya berulang kali." Lori tertawa dan mendorong Alle. "Aku tak mau kau memijak kaki ku."

"Lori, terima kasih sudah menghiburku." Ucap Alle setelah itu. Lori mendekap Alle kembali. "Kau adalah gadis kecil, Alle. Kau sangat naif. Cinta akan mengembalikan mu bersama Will."

"Aku mencintainya."

"Aku tau, aku tau!"

***

Alle memegang tiket ditangannya, melirik jam ditangannya. Jam delapan malam, hanya hitungan beberapa jam lagi sampai besok pagi. Alle mengetuk pintu kamar Lori. "Boleh aku masuk?"

"Masuklah, maaf sedikit berantakan." Ucap Lori. Alle menggeser beberapa buku yang berserak di atas ranjang Lori dan merebahkan badannya. Tangannya telentang lebar. Tak ada percakapan berarti sampai Alle tertidur. Lori memperhatikan wajah Alle yang tertidur lelap.

"Gadis malang." Gumam Lori. Lalu Lori memadamkan lampu dan mengambil tempat disamping Alle.

Keesokan paginya Alle terbangun lebih awal. Alle membuka jendela, menghirup udara pagi yang lembab. Ini akan jadi jam-jam terakhirnya di rumah Lori sebelum kembali. Sekali lagi Alle menyesap kapucino nya dan memutar musik pelan.

Iringan musik natal bergema. Alle tersadar untuk sesaat, natal nya akan segera berlangsung.

"Kau terbangun, aku tak tau kau menyukai Michael Buble juga." Lori entah sejak kapan tiba-tiba muncul. "Selamat pagi, Lori." Sapa Alle. "Tidak, hanya suka lagu ini." Lanjutnya. Lagu I'll be Home for Christmas mengalun lembut. Lori menghentikan lagunya, membuat Alle heran. "Kenapa?"

"Kau akan merayakan Natal bersama ku juga kan?" Tanya Lori. Alle tersenyum. "Kau adalah hadiahnya, aku akan mendapatkan hadiahnya."

Beberapa jam setelah itu, setelah berkemas dan memindahkan koper Alle dalam bagasi, Alle dan Lori bergegas berangkat. Sebelum berangkat, Alle berdiri mondar-mandir mengelilingi seisi rumah, merekam baik-baik semuanya.

Setelah memeluk Lori untuk kesekian kalinya, Alle benar-benar berpisah dari Lori.

"Titip salam ku pada bibi. Jaga diri mu baik-baik." Pesan Lori.

"Terimakasih Lori. Kau adalah yang terbaik yang pernah ku punya."

"Sampai jumpa lagi, Alle."

"Aku akan merindukan mu."

"Aku akan lebih merindukan mu. Jangan lupa mantranya." Ucap Lori. Alle tertawa kecil dan mengangguk kemudian. "Akan ku ingat."

Lori menghapus air matanya setelah memutar badan dan menghilang dari kerumunan orang. Alle nya sudah pergi bersama kopernya.

AFTER MORNING COMES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang