NOVEL DEWASA. 2018. Copy Right. Qeryana Grail. Fiksi. Indonesia.
Musim dingin segara berakhir, dan Allegra harus menyelesaikan pekerjaannya agar bisa mendapatkan uang. Mimpinya untuk bisa kembali tinggal bersama Ibunya harus terwujud, atau Allegra...
Thomas sedang duduk berdua bersama Will siang itu disebuah restoran.
"Siapa wanita itu?"
"Usianya dua puluh delapan tahun, bekerja untuk Armando Levesque, dia seorang jurnalis dan editor, belakangan bekerja penuh waktu sebagai asisten eksekutif Armando, dia sebagai aktuaris kepercayaannya."
"Lalu?"
"Lalena mengirim ini untuk mu. Lalena bekerja untuk Collins, mereka kakak beradik. Saudara tiri."
"Lakukan gugatan untuk keduanya. Pencemaran nama baik dan pelecehan atas Alle."
"Sudah ku lakukan."
Thomas dan Will masih terlibat pembicaraan alot. Pada akhirnya kejahatan memang akan terungkap, Thomas berhasil memecahkan masalah Alle dan Will.
"Alle mu sangat terluka." Imbuh Thomas. "Marie benar, maaf. Alle harus siap dengan konsekuensi itu. Ini akan sulit untuk Alle, sebaiknya pertimbangkan kembali Will. Pernikahan tidaklah membuktikan kalian sangat mencintai. Setiap orang yang memilih berpisah, dulunya saling mencintai. Tidak, ini tidak tentang pernikahan mu sebelumnya."
Ucapan Thomas membuat Will termenung. Semalaman dia menatap keluar jendela, memegang alkohol dingin ditangannya.
Cecilia pernah hadir dihidupnya. Tapi mereka tak saling mencintai. Tak sampai dua tahun usia pernikahannya, begitu Jason lahir, Cecilia pergi meninggalkannya. Ini membuat trauma bagi Will.
Alle bahkan belum sah masuk menjadi keluarga Altamirano, tapi dia mempengaruhi kehidupan Alle. Will mengusap wajahnya, seketika tekadnya goyah. Dia tak ingin menyakiti Alle. Tapi dia begitu mencintai wanita itu.
Will mengambil selembar foto milik Alle dalam lacinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alle nya benar-benar terlihat polos dan sederhana. Sial, hasrat Will pada Alle benar-benar berkecamuk malam itu. Will meneguk alkoholnya yang terasa pedas dan panas. Disimpannya kembali foto itu dalam laci.
***
Mellisa terkejut menemukan surat yang ada di atas mejanya. Baru saja dia akan membukanya, Lalena membuka pintu kerjanya dengan cara barbar. "Apa kau yang melakukan ini!?" Serang Lalena cepat. Mellisa mundur, bingung.
"Tunggu, aku menerima surat yang sama."
Lalena memperhatikan surat ditangannya, membandingkan nya dengan milik Mellisa. Tapi surat itu sama persis. Mereka saling berpandang-pandangan.
"Ini pasti salah." Mellisa maju menraih gagang telepon. "Biar ku hubungi nomor ini."
Nomornya segera terjawab. "Selamat pagi, kau terhubung bersama Emmanuella, petugas dari Pengadilan Negeri Meksiko. Katakan apa yang bisa ku bantu?"
Mellisa terhenyak, menutup teleponnya cepat. "Ini nomor yang benar."
Lalena keluar tak berbicara apa-apa. Membanting pintu kerjanya keras, menarik nafas panik. Cepat tangannya menekan nomor Collins.