Tangan Will terluka parah karena sepertinya dia lebih suka memukul dinding dengan tangannya hingga berdarah. Dia kehilangan kendali dan kontrol emosi, tak bisa menahan dirinya untuk melampiaskan marah dan hasrat yang bersamaan pada Alle.
Will mengabaikan tangannya yang terlihat menyakitkan, masuk ke dalam kamar untuk menemui Alle kembali. Jelas sekali Alle terperangah dan menelan ludah. Setelah pertengkaran itu, Will keluar, mengabaikan ucapan Alle, menganggapnya hanya omong kosong.
Tapi dia ketakutan setengah mati, memendam bara amarah, kekecewaan, dan ingin melampiaskannya pada caranya yang sering Ia lakukan pada Alle, menelanjanginya, menikmati Alle, lalu tertidur, jika hanya Will punya masalah rapat. Alle tak pernah keberatan, tidak menolak meski tak berhasrat sama besar untuk memuaskan Will, tapi hari ini dia menurunkan air mata untuk wanita itu. Terlalu takut untuk menghadapi kenyataan jika sekarang Alle akan menjadikannya seorang ayah, lagi.
"Berikan tangan mu," Alle menarik lengan Will. Sentuhan ujung rambut Alle yang mengibas menggelitik kulit Will. Rambut yang sama ketika keringat membasahinya saat mereka bercinta. Will merutuki dirinya, daya tarik Alle sungguh besar. "Aku tidak berusaha mengubah apapun jika kau berpikir seperti itu." Alle menambahi, mencoba membaca isi pikiran suaminya. Dada Alle nyeri, mengakui Will sebagai suami membuatnya sakit hati. Will membenci setengah mati akibat ulahnya, kehamilannya.
Will meringis saat Alle membasuh tangannya dengan air dingin, kulitnya robek pada beberapa tempat. Alle menahan rasa mual nya, melihat air yang berubah merah saat membasuh tangan Will membuatnya ingin muntah. "Akan ku lakukan pelan, bertahanlah." Alle menunduk, menghembuskan nafasnya, mencoba membuat tangan itu membaik dengan hela nafasnya.
Memperhatikan kedua kelopak mata Alle yang bengkak, tidak mengurangi kecantikan Alle di mata Will. Will tercenung, bagaimana bisa wanita itu bersikap sangat lembut saat Alle berusaha menyembunyikan mualnya. "Jika kau mual, kau bisa berhenti."
"Aku tidak apa-apa," Tapi ucapan tidak selamanya benar. Alle benar-benar ingin ke kamar mandi. Dia berlari ke wastafel terdekat secepat mungkin, mencoba memuntahkan sesuatu yang ingin keluar dari perutnya.
Will memperhatikan punggung Alle, ingin mengejarnya, memberikan sedikit pijatan di leher nya, karena sepertinya Alle sangat tersiksa dengan kondisinya yang saat ini. Dia menimbang, membatin jika bayi dalam perut Alle sangat memperngaruhi Alle belakangan ini. Jelas sekali itu bukan hal yang menyenangkan, saat Alle harus menghindari beberapa hal untuk tidak terpancing muntah.
Alle membersihkan mulutnya, meski tak ada muntahan yang keluar. Will mengalihkan penglihatannya, tak ingin bertatapan dengan Alle. Meski dia sangat mengkhawatirkan Alle. Alle mendekatinya lagi, mulai melanjutkan kembali pengobatan Will.
"Kau menyiksa tangan mu, mereka tidak bersalah. Ini akan sangat sakit, bertahanlah." Alle menuang cairan iodin ke atas luka di buku-buku jari Will, membuat laki-laki itu cepat meringis. "Apa lebih baik?" Alle menatapnya sebentar, lalu menutup botol antiseptik itu.
"Ini lebih baik, tidak lebih buruk dari saat kau muntah." Alle sangat paham maksud Will, tapi tak berusaha membalas ucapan itu. Alle memilih diam untuk menghindari perdebatan lagi. Karena sepertinya Alle harus mengalah demi calon anak dalam rahimnya. Alle memang tidak tahu banyak, kerena ini kehamilan pertamanya, tapi kontrol emosi calon Ibu mempengaruhi kecerdasan bayi dalam kandungannya.
Alle mengeluarkan perban, mulai duduk setelah berlutut tadi di sebelah Will. Alle merasakan kikuk untuk pertama kali duduk disebelah Will, lebih gugup dari melihat Will berdiri telanjang. Sensasi aneh yang berbeda dari yang dialami perempuan manapun.
Lengan mereka bergesek sekilas, Alle refleks menjauh. Will benci dengan keadaan seperti itu, tapi ego nya terluka. Alle menyembunyikan kehamilannya, Alle mengingkari kesepakatannya, dan Alle, dan Alle, Will bahkan tak tahu lagi apa kesalahan terbesar Alle selain mempertahankan bayinya. Bayi yang Ia tahu adalah miliknya. Perasaan cemburu karena Alle sangat mengingikan bayi itu, daripada dirinya sendiri. Dan Will sangat tidak suka itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MORNING COMES (END)
RomanceNOVEL DEWASA. 2018. Copy Right. Qeryana Grail. Fiksi. Indonesia. Musim dingin segara berakhir, dan Allegra harus menyelesaikan pekerjaannya agar bisa mendapatkan uang. Mimpinya untuk bisa kembali tinggal bersama Ibunya harus terwujud, atau Allegra...