Alle mondar-mandir dalam kamar mandi, menggigit ujung jarinya panik, karena sepertinya Will masih menunggunya di luar. Alle duduk, menangis ketakutan karena Will tak kan suka dengan kehamilan ini.
Bola mata Alle memerah menahan air mata nya keluar, hidungnya berair, dan tampaknya kakiknya gemetaran karena kedinginan terkena air.
"Alle, keluarlah. Kita harus bicara." Suara Will yang datar, bersama ketukan di pintu kamar mandinya membuat Alle kaget dan panik.
"Aku baik-baik saja!"
"Aku tidak bertanya, Alle. Kita harus bicara."
Alle tersentak, Will benar. Dia tidak bertanya tentang keadaannya. Sudah setengah jam, Alle membasuh wajahnya, ingin menghilangkan bekas air matanya. Dia keluar ketakutan, melihat Will duduk di sisi ranjang.
Mata mereka saling bertemu, Will berdiri menghampiri Alle. "Aku ingin melihat hasil nya. Sekarang."
Alle terdiam, "Aku.., aku meninggalkannya. Ya, meninggalkannya, di mobil."
Will mengambil ponselnya dari saku celananya, "Aku ingin tahu apa Alle meninggalkan sesuatu di mobil, tolong."
Lama menunggu jawaban, mata Alle dan Will saling berpandangan. "Tidak ada, Tuan."
"Tidak ada." Will mengulangi, menutup ponselnya. "Bisa beri penjelasan logis, Alle."
Alle diam, matanya menghindari tatapan Will. "Aku sangat lapar," Alle mencoba mengalihkan pembicaraan, memeluk Will yang sekarang benar-benar tegang. Lengannya mengeras, menepis pelukan Alle. "Alle, tolong jangan bertindak seperti ini. Kita sedang berbicara, tolong."
"Oke," Alle menarik nafas, pasrah. Karena sepertinya Will sungguh-sungguh tidak bercanda. "Kita sedang bicara, apa yang ingin kau tanyakan."
"Hasil pemeriksaan itu, tolong berikan sekarang."
"Aku menyimpannya di saku jaket." Alle menjawab datar, bersidekap, berdiri mematung sambil menggigit kuku nya.
Will mengacak jaket dalam koper, lalu mengambil jaket Alle yang digantung dekat lemari. Alle mengetuk kakinya, gugup. Dia maju, mendekat saat Will mendapatkannya. "Aku mendapatkannya."
"Will, itu hanya pemeriksaan biasa. Berikan pada ku." Alle maju, merampas dokumen itu cepat, menyembunyikan nya ke belakang punggung. "Ini hanya pemeriksaan biasa, tolong. Tidak ada hal lain."
"Alle, berikan. Sekarang."
Alle memutar badan membelakangi Will, "Ini hanya dokumen, tidak penting."
"Alle, aku tidak bertanya untuk ke dua kali. Berikan. Sekarang."
Alle menatap Will dengan mata hampir menangis, "Kau tidak perlu membaca nya karena-"
"ALLE BERIKAN SEKARANG."
Alle tercengang, kaget karena Will terlihat menyeramkan. Suara nya menggelegar, membuatnya benar-benar takut saat itu juga. Will mengambilnya cepat dari genggaman Alle, membukanya cepat.
Air mata Alle sudah turun satu, dia menghapusnya cepat. Melihat perubahan wajah Will yang dingin dan tegang, Alle tak bisa menahan air matanya yang mulai turun bergantian. "Aku bisa jelaskan." Ucap Alle dengan suara sangat pelan.
"Kau hamil." Ucap Will, menunjukkan isi nya pada Alle. Alle mengangguk takut-takut.
"Kau hamil?" Will bertanya mengulangi. Alle terdiam.
"Alle, aku bertanya." Will mencengkram kertas itu hingga nyaris hancur. Alle menunduk, terisak.
"ALLE, AKU BERTANYA." Will tak bisa mengendalikan dirinya. Suaranya mencekam pendengaran Alle.

KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MORNING COMES (END)
RomantizmNOVEL DEWASA. 2018. Copy Right. Qeryana Grail. Fiksi. Indonesia. Musim dingin segara berakhir, dan Allegra harus menyelesaikan pekerjaannya agar bisa mendapatkan uang. Mimpinya untuk bisa kembali tinggal bersama Ibunya harus terwujud, atau Allegra...