BAB 58

6.2K 273 7
                                    

"Siapa yang melakukan ini pada mu?" Alle menggumam, sambil tetap menekan pipi Will dengan es batu yang dibalut kain. Will menangkap perasaan cemas Alle, tapi kecemasannya lebih besar saat tahu sekarang dia benar-benar harus melindungi Alle.

Will mengerang sekilas, "Tidak apa-apa, ini akan sembuh." Alle mengecup pipi itu lembut.

"Aku tak kan mengampuni dia," Suara rendah Alle benar-benar menenangkan. "Katakan siapa, Will. Dia harus diberi hukuman, itu perintah."

Will tersenyum, menyentuh ujung dagu Alle, "Bagaimana jika kita berlibur di tempat Bibi Vivian? Aku tertarik untuk mewujudkan ucapan sebelum tidur mu." Ucapan Will disambut senyuman oleh Alle. Sekali lagi Alle maju untuk mencium bibir Will, tangannya menyisir rambut Will seraya menekan perutnya pada Will. "Terimakasih sudah mendengarnya."

"Harapan mu adalah perintah," Will mengecup keningnya, lalu mengerang karena sepertinya sudut bibir bawahnya luka terkena hantaman Chris. Will tak akan menyebut nama laki-laki itu dihadapan Alle, bagaimana pun Will akan menyingkirkan laki-laki itu kan?

Alle menyentuh sudut bibir itu, ada bekas darah membeku disana. "Kau tahu, aku benar-benar ingin tahu siapa yang menyakiti mu." Gumam Alle.

"Hanya rekan yang sakit, Alle."

"Aku setuju, dia sakit jiwa." Alle menambahi. Mereka berdua tersenyum.

***

Mata elang Chris benar-benar mengawasi mobil itu berhenti dimana. Yakin mobil Will masuk pada satu jalan, Chris terus melajukan mobilnya. Tak ingin jika Will bersama supirnya mengira dia mengikuti.

Chris melirik arlojinya saat satu sinar matahari yang menyengat menembus kaca mobilnya. Dia mengerang sesaat, rasanya tulang lehernya tidak baik-baik saja. Tidur semalaman di mobil rasanya benar-benar tidak enak.

Mobil Will melintas keluar dari sana, Chris menunduk. "Sial! Hampir saja."

Begitu mobil Will berlalu dari sana, satu ide melintas di benak Chris. Dia melajukan mobilnya memasuki jalan itu, mengikuti jalan yang sama Will lalui.

Sayang, sepertinya sebelum benar-benar sampai di depan rumah semewah itu, yang bahkan bangunannya terlihat dari jarak tiga puluh meter itu, jalanan itu dihalangi oleh tiang pagar besi kokoh dengan tinggi mencapai enam kaki.

Chris mengurungkan niatnya, menghitung dalam mobil, bagaimana bisa agar dia masuk ke tempat itu. Pagar itu tak memiliki kunci, Chris memastikan, tidak memiliki roda pendorong, sepertinya jenis pagar ini benar-benar hanya milik Taipan Amerika.

Chris turun dari mobilnya menggunakan kaca matanya, dan topi. Kepalanya menengadah ke atas, mencari sesuatu dibalik pepohonan di samping kiri kanannya. Benar saja, satu benda kecil itu bergantung di atas ranting pohon. Menariknya karena benda berjenis CCTV itu digantung oleh ranting pohon palsu yang mengkamuflase tampilannya. Chris menundukkan kepalanya. Mulai melangkah mundur mendekati mobilnya.

Kamera itu terlalu tinggi, tak bisa dijangkau. Chris terus berjalan mundur menunduk, lalu dengan cepat masuk ke dalam mobil. Dia bergegas memundurkan letak mobilnya. Ini terlalu beresiko saat-meski hanya baru disadari satu-kamera itu bisa merekam plat mobilnya.

"Sial, laki-laki itu benar-benar menjadikan istana seperti penjara. Selamat sukses, Chris!" Chris menggumam pada dirinya sendiri.

Chris mengambil teropong gunung itu, mulai memperhatikan setiap sudut sekeliling pagar itu. Sepertinya dia baru hanya menemukan satu kamera yang bergantung. Ragu, Chris terus mencoba mencari yang lain. Sayangnya dia tak cukup pengalaman untuk itu. Karena nyatanya Will meletakkan lima kamera di sana.

AFTER MORNING COMES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang