" Bapa kami yang di surga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin." Marie membuka matanya setelah selesai berdoa. Tangannya yang mulai terlihat keriput merapikan letak bunga di samping sebuah salib besar yang berdiri pas di sudut ruangan itu.
"Kau sangat rajin berdoa, Marie." Puji Henry. Laki-laki itu muncul dengan setelan kemeja berwarna hijau, bertengger kaca mata di tulang hidungnya, dan sebelah tangannya memegang tongkat.
"Aku berharap tidak ada hal yang buruk. Sudah meminum kopi mu?"
"Kau terlihat sangat munafik, sayang."
"Apa maksud ucapan mu?" Marie mengambil tempat duduk di sebelah suaminya. Bunga-bunga yang bergantungan di dinding batu pualam itu tampak sangat indah dir uangan itu.
"Kau lupa pada apa yang telah terjadi pada William."
"Aku melakukannya karena aku adalah bagian dari keluarga Altamirano. Bukankah seorang Ibu bisa mengambil alih kemudi?"
"Kemudi yang kau bawa oleng, Marie. Jason, maksud ku."
"Jason bisa tumbuh tanpa Cecilia."
"Kau wanita yang tangguh, itu mengapa aku jatuh cinta pada mu. Tapi kau melupakan bagian dari seleksi alam. Kadang-kadang, kau melupakan arti dari hubungan darah antara Ibu dan anak."
"Will akan mencintai wanita yang pantas untuk kita. Lagi pula, restu dari orang tua sangat penting."
"Kita mengizinkan pernikahan Will dan Cecilia, dan mereka bercerai. Apakah restu semacam itu penting?"
"Kau menyalahkan ku?"
"Aku tak ingin Will hancur."
Marie diam di tempatnya. Tangannya yang dihiasi oleh cincin mutiara itu mengambil secangkir kopi di dekat mereka. "Jangan lupa untuk meminta pengampunan Will, Marie."
John bangkit dari kursi nya, berjalan dengan cukup tegap memakai tongkatnya. Marie menelan ludahnya dongkol.
***
Cecilia menyesap cerutunya pagi ini. Di ranjangnya sedang tertidur seorang laki-laki. Pagi ini, Will akan mengantar Jason. Benar saja, Cecilia mematikan cerutunya dan mengintip dari dalam, Will sudah berdiri di depan kamar apartemennya.
"Kalian datang, selamat pagi!" Sapa Cecilia. Will memandang wanita di depannya. Piama yang sedikit kebesaran dan rambut yang berantakan. Benar-benar seorang Cecilia.
"Kau bersama seseorang?" Will langsung bertanya, berusaha mengintip ke dalam. Tangannya masih menggamit tangan Jason. Cecilia tersenyum, lalu menjawab "Kau benar. Ayo masuk."
"Kau membuat ku marah, Lia!" Desis Will. Cecilia melotot. "Kenapa?"
"Aku menyesal membawanya kemari. Kau ingin aku membiarkan mu bersama pria itu seharian disini?"
"Jangan berlebihan. Kau membuat seolah-olah aku berbuat tak pantas di depannya. Ibu ku akan menjemputnya dari sini." Jelas Cecilia. Jason menatapinya bingung, bersembunyi di belakang ke dua kaki Will.
"Setelah itu?"
"Setelah itu aku akan mengantar Jason kembali pada mu."
Will berlutut. "Sudah siap dengan petualangan?" Tanya Will pada Jason. Tapi wajah anak laki-laki itu tampak datar. "Aku ingin Ibu ikut bersama ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MORNING COMES (END)
RomanceNOVEL DEWASA. 2018. Copy Right. Qeryana Grail. Fiksi. Indonesia. Musim dingin segara berakhir, dan Allegra harus menyelesaikan pekerjaannya agar bisa mendapatkan uang. Mimpinya untuk bisa kembali tinggal bersama Ibunya harus terwujud, atau Allegra...