BAB 7

11.7K 583 7
                                    

Cecilia turun dari mobilnya. Matanya ditutup oleh kaca mata besar. Dia ingin menemui Will, mengatakan jika dia berubah pikiran.

"Tak ada Will." Jawab Ethan. Laki-laki itu berbicara tanpa melihat Cecilia.

"Kau sangat ramah, Ethan." Cecilia tersenyum masam mendapat respon ketus dari Ethan.

Cecilia duduk di salah satu sofa dan menyalakan cerutunya. "Katakan jika aku ingin bertemu."

Tak lama setelah itu, Will masuk ke dalam ruangannya. Ethan terkejut melihat kehadiran Will. Harusnya Will kembali lusa. Cecilia tersenyum puas ke arah Ethan. Will sama terkejutnya mengetahui Cecilia. Cecilia meletakkan cerutunya di asbak, dan berdiri memeluk Will.

"Hai, Will. Ku pikir kau datang bersama 'gadis mu'. " Sindir Cecilia. Will mengerti maksud Cecilia.

"Ethan, bisa tinggalkan kami berdua?"

Ethan keluar dari ruangannya. Will menatap Cecilia yang kembali menyesap cerutunya.

"Ceritakan ada apa."

"Aku ingin membawa Jason bersama ku."

Will membuka lacinya. Berhenti membuka botol anggur saat mendengar ucapan Cecilia.

"Untuk berapa lama?"

"Tiga hari. Ibu ku ingin bertemu dengan nya."

"Sepakat. Itu hak mu. Tak lebih." Putus Will.

"Apa aku bisa membawanya sehabis pulang sekolah?"

"Bukan ide yang bagus. Dia tak mengenal mu."

Cecilia diam, ucapan Will benar. Ini salahnya. Jika saja dari awal dia punya sedikit nurani untuk tinggal lebih lama menerima Jason.

"Katakan saja jika aku Ibu nya." Ucapan Cecilia menyulut amarah Will.

"Bukankah seperti itu, Lia?"

"Dengar Will, aku tak menginginkan hubungan dan komitmen jangka panjang. Lagi pula kita punya tujuan masing-masing. Kau ingat?"

Will tak perlu diingatkan. "Akan ku pikirkan caranya."

"Aku akan datang nanti malam menjemputnya. Pastikan jika dia siap untuk ku."

Cecilia keluar dari ruangan Will. Lama Will termenung, harusnya tak serumit ini. Tapi Will tak ingin mengenalkan sosok Cecilia untuk putranya.

Sementara Will sibuk, Alle sedang berkutat dengan mesin pencuci kain. Lori muncul dari belakangnya.

"Bagaimana malam mu bersama Will?" Goda Lori. Lori bersandar ke dinding, sambil memegang cangkir berisi coklat panas.

"Kami tak melakukan apa-apa, Lori." Aku Alle. Lori mendekat, menyikut pinggang Alle. "Kau bersumpah?"

Alle tersenyum, menahan gelinya. "Aku bersumpah."

Lori menatapnya dengan pandangan menyelidik, lalu tersenyum lagi. "Dia tak mencium mu disini?" Goda Lori sambil menyentuh bibirnya. Alle menggeleng. Lori takjub, tak percaya. "Astaga! Kau masih perawan!" Lalu tawa Lori pecah.

Alle merasa malu ditertawakan seperti itu. "Dia tak tertarik bercinta, Lori!" Seru Alle, sambil melemparkan kain ke arah Lori. Lori menangkapnya, lalu menatap Alle sungguh-sungguh. "Dengarkan aku gadis perawan, laki-laki seperti William mungkin perlu sedikit rangsangan."

Alle mendengarkan Lori dengan tatapan polos. "Astaga, Alle! Kau berpikir aku sungguh-sungguh?" Tanya Lori. Alle mengangguk. Lori menggelengkan kepalanya. "Alle, dia bukan tak ingin! Dia tak siap! Kau mengerti? William mengalami hubungan yang gagal. Dia tak ingin itu terjadi dua kali. Jangan berpikir diri mu buruk. Semua laki-laki akan bangga jika dia yang pertama." Kata-kata Lori membuat Alle mengangguk mengerti.

AFTER MORNING COMES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang