"Apa kau ingin sesuatu, aku bisa membuatkannya." Kata Alle sambil menolong melepaskan kemeja Will. Will mengecup pipinya cepat, "Kau selalu bersikap manis, terimakasih. Mungkin aku hanya perlu merenggangkan badan."
"Baiklah." Alle mengambil kaus putih dan memberinya pada Will. Jika Alle bisa hitung, mungkin semua pakaian Will didominasi oleh kemeja putih. Jarang sekali, tapi ini kebiasaan baru sejak mereka menikah maka Will memakai kaus untuk tidur. Atau lebih sering bertelanjang dada.
"Dia ingin susu," Alle mengelus perutnya, Will mengangguk. Membiarkan Alle keluar. Alle berpapasan pada seorang pelayan, "Apa yang harus ku lakukan?" Pelayan wanita, usia nya jauh lebih tua dari Alle. Bahkan mungkin lebih tua dari Nicole.
"Bibi Drew," Alle menyapanya, tersenyum. "Aku ingin susu."
"Biar ku lakukan untuk mu." Alle menahan tangannya, "Aku bisa melakukannya." Wanita bernama Drew itu tersenyum, menepuk telapak tangan Alle sebelah yang menahan dirinya, "Terimakasih, tapi biarkan aku tetap menemani mu."
Mereka berjalan menuju dapur. Wanita itu mengambil kursi kayu, duduk di sana memperhatikan Alle. "Berapa usia kandungan mu, Nyonya?"
"Bibi Drew, panggil saja Alle." Alle menuang air panas dalam gelasnya. Memastikan jika susu itu sudah bercampur. "Dimana aku harus mengambil cengkeh?"
"Bayi mu suka rempah? Itu manis sekali. Itu sudah ku katakan, biarkan aku melakukannya untuk mu."
Alle tak membantah saat gelas itu diambil. Drew membuka lemari kaca yang bergantung, mengambil botol rempah bertulis 'cengkeh'. "Ambil ini, bayi mu haus."
Alle tersenyum, menerima gelasnya. "Terimakasih." Ucapnya seraya duduk. Drew duduk disebelahnya tanpa canggung, "Kau belum menjawabnya."
"Memasuki minggu ke dua."
"Sangat rentan." Drew menunggu Alle meneguknya. Kaget karena gelas itu dengan cepat kosong. "Dia benar-benar sangat haus."
"Ini enak," Puji Alle, lalu meletakkan gelas itu. "Jadi," Alle mulai membuka pembicaraan, "Bagaimana aku harus mengetahui dengan cepat jenis kelamin bayi ku?"
"Sangat sulit, dia bahkan masih sangat kecil. Tapi aku percaya, melihat kebiasan mu berubah fenimim, bayi itu mungkin saja laki-laki."
"Begitu?" Alle menunduk, memperhatikan kaus nya, geli dengan jawaban Drew. "Sejujurnya aku ingin seorang bayi perempuan."
"Harusnya bayi itu setampan Will, kan?"
Keduanya tertawa.
***
Alle menggerai rambutnya, menarik selimut Will. Tampaknya Will sangat serius bersama laptop di pangkuannya. "Hey," Alle menginterupsi. Will cuma tersenyum, tangannya terulur sekilas mengelus helai rambut Alle. Alle memeluk kaki Will yang panjang karena laki-laki itu masih sibuk dengan pekerjaan di hadapannya. "Will?"
"Katakan saja, sayang. Aku terus mendengarnya."
"Aku bermimpi, sudah sangat lama." Alle mulai memainkan bahan celana Will. "Kau dan aku, kita bersama anak-anak yang lucu. Tapi saat aku terbangun, aku sadar bahwa aku tak bersama mu. Aku merindukan mu. Kau menghilang sangat lama. Aku kehilangan akal beberapa waktu, aku meninggalkan New York. Bertemu bersama Ibu karena aku sangat kesepian. Aku benar-benar tak menginginkan itu. Sekarang aku merasa sangat kenyang. Aku sudah minum empat gelas susu."
Alle mengencangkan pelukannya pada kaki Will, "Kaki yang kuat, hmm." Alle tampaknya tidak sadar jika Will tak benar-benar bisa bergerak. "Aku masih menyimpan nama-nama itu. Apa aku tadi mengatakan jika aku menulis nama anak-anak kita saat aku bermimpi?" Alle diam sejenak, menunggu jawaban Will. Tapi hanya terdengar bunyi tut keyboard laptop Will yang berlogo apel tergigit. "Baiklah, aku akan terus berbicara."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MORNING COMES (END)
RomansaNOVEL DEWASA. 2018. Copy Right. Qeryana Grail. Fiksi. Indonesia. Musim dingin segara berakhir, dan Allegra harus menyelesaikan pekerjaannya agar bisa mendapatkan uang. Mimpinya untuk bisa kembali tinggal bersama Ibunya harus terwujud, atau Allegra...