BAB 50

5.9K 273 5
                                    

Alle membuka matanya dari getaran pelan yang mengguncang, spontan menyembunyikan kepala nya di bawah ketiak Will, menyadari bahwa laki-laki yang sekarang disamping nya itu masih tetap mendekapnya dalam pelukan. Tak berhasil menolak ajakan bercinta Will tadi, setelah makan siang yang membuat Alle tak selera, Will berhasil membawa nya pada satu kamar dalam pesawat. Sudah dikatakan, jika jenis pesawat pribadi milik Will mempunyai fasilitas layaknya hotel berjalan. Alle bisa lakukan apa saja selama menunggu untuk tiba di Yunani selama lima belas jam lebih.

"Kau takut, hmm?" Will mengerang disela kantuknya, mengelus lengan Alle sambil mengetatkan pelukannya.

"Ini menakutkan." Jawab Alle dengan suara parau. Will tergelak setengah sadar, menimbulkan goyangan badan. "Hanya getaran sedikit, tidurlah sayang."

Alle mendongak, memainkan telinga Will. "Aku tidak bisa tidur."

"Pejamkan mata mu kalau begitu."

"Tidak bisa."

"Apa kau siap untuk pertarungan baru?"

Will sangat lucu, matanya masih tertutup, tapi dia tak ingin mengabaikan Alle, meski mengantuk seperti itu. Alle tertawa, membuka mata Will sebelah, "Kau sangat lucu saat bicara seperti ini."

Senyum Will mengembang, "Aku akan meremas bokong mu jika kau tidak tidur, Nyonya."

"Aku suka itu,"Alle menggeser badannya, menaikkan kakinya ke perut Will, "Sebentar, aku harus mengambil potret mu seperti ini."

Tangan Alle menjangkau ponsel Will disebelah bantal, memotret diri mereka. Alle tersenyum disebelah wajah Will yang tertidur dengan posisi seperti itu. Alle tertawa melihat hasil jepretannya, berbicara meski Will mengabaikannya kali itu. "Kau lihat, kau lucu sekali."

Alle melirik, Will benar-benar kelelahan. Alle menjangkau wajah Will, merasakan kasarnya kumis Will yang mulai tumbuh halus disepanjang rahangnya, sebelah tangannya mengelus perut. "Kau lihat ayah, dia sedang tertidur." Gumam Alle pelan sambil tersenyum.

Alle menggeser selimut, memakai pakaian dalamnya, berdiri menatap awan yang hampir berwarna biru keputihan. Dia tak pernah sebahagia ini, dia bersama Will dan semuanya terlihat baik-baik saja. Tapi pikiran buruknya tentang bayi di perutnya kembali timbul. Alle melirik Will di ranjang, mungkin nanti. Alle membatin.

***

Alle menutup pintu, keluar setelah membersihkan diri. "Kau butuh sesuatu, Nyonya?" Seorang pramugara mengagetkan Alle.

"Maaf, Nyonya, aku tidak bermaksud mengejutkan."

"Ya, aku sedikit kaget. Tidak masalah."

Laki-laki itu tersenyum, "Ingin ku ambilkan sesuatu?"

"Tidak, terima kasih."

Alle mendahuluinya, tapi segera disusul laki-laki itu. "Ingin anggur, Nyonya?"

"Tidak, aku tidak minum." Tolak Alle, dia duduk disalah satu kursi. Tapi sepertinya pramugara itu terus mengganggu Alle. "Bagaimana dengan acara televisi?"

"Tidak, aku hanya ingin duduk santai."

"Ingin biskuit?" Pramugara itu membetulkan letak jas nya, mengambil sikap duduk perlahan di samping Alle. Alle salah tingkah, tapi tak menolak.

"Tidak, aku tidak suka biskuit."

"Mungkin majalah, biar ku ambilkan untuk mu."

Alle menatapnya, "Bisa kau meninggalkan ku?"

"Maaf, aku tidak bermaksud mengganggu mu." Pramugara itu balas menatap Alle terang-terangan, bergumam, "Kau sangat cantik,"

"Maaf?"

AFTER MORNING COMES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang