BAB 13

10K 458 3
                                    

Tamparan Marie di pipi Will membuat pria itu murka. William tak berusaha untuk berbicara lagi setelah William menerima tamparan Marie. William meninggalkan Marie yang menjerit memanggil William berulang kali, tapi anak laki-lakinya itu sudah turun dari tangga dan kembali ke lantai dasar mencoba menemukan sosok All. Tapi wanita itu tak disana lagi.

Mata Shasha beradu pandang dengan Marie dan tersenyum. Sementara William tak menyadari itu. Alle sendiri keluar dari gedung itu, di tengah malam seperti itu. Beberapa yang melihat Alle keluar seorang diri menertawai Alle.

Alle melepas sepatunya dan berjalan. Dia tak ingin lagi merasa direndahkan seperti itu. Sayangnya Alle sudah lebih dulu kedinginan diluar itu. Dia tak punya penghangat tubuh, gaun yang dikenakannya terbilang terbuka.

William menghampiri Shasha yang duduk tertawa bersama teman-temannya. "Apa kau melihat, Alle?" Tanya Will panik. Tapi Shasha sangat tahu kenapa. "Ada apa, Will? Apa sesuatu terjadi?" Tanya Shasha dengan wajah yang dibuat cemas. Tak ingin lebih lama, Will meninggalkan Shasha karena merasa yakin tak menemukan jawaban.

Alle sudah berjalan jauh dari gedung, dan dia tak menemukan ide dimana. Tangannya sudah membeku kedinginan dan wajahnya sudah memerah karena terpaan angin dingin malam. Dari awal harusnya dia tak ikut dengan pria itu.

Kemarahan Will memuncak saat tak menemukan Alle di gedung itu, dan segera keluar membawa mobil nya melaju kencang. Dari sudut parkir, mata Marie melihat jelas bagaimana Will menyetir mobil. "Mereka akan bertengkar hebat, bibi." Ucap Shasha yang berada dibelakang Marie. "Semoga gadis itu mengerti ucapan mu." Balas Marie.

Alle hendak menyebrang saat sebuah mobil hendak berbelok. William tak percaya dengan sosok perempuan yang nyaris dia tabrak kedua kalinya. Cepat-cepat Will keluar. Alle akan menghindar saat pandangannya mengabur dan gelap. Dan Will menangkap tubuhnya cepat.

***

Will berhenti di sebuah pelabuhan pinggir kota. Disana, tersedia empat yacht mewah miliknya. Will membuka pintu mobilnya dan membopong Alle yang dalam keadaan setengah sadar. Tak ada orang lain selain mereka. Will harus membawanya kesini, karena ini tempat paling aman untuk Alle saat ini.

Tas Alle bergetar dan Will mengeluarkan ponsel milik Alle.

Dia bersama ku. William.

Setelah mengetik pesan dan mengirimnya pada Lori, William menyimpan ponsel Alle dalam saku jas nya dan melepas jas nya. Meletakkannya sembarang ke atas meja.

Alle sudah terbaring dalam kamar yacht itu. Will melepas dasinya dan mengunci pintu kamarnya, menurunkan gorden jendelanya, dan mematikan lampu. Alle masih setengah sadar saat Will melihatnya dibawah temaram cahaya kamar.

Will melepas sepatu Alle dan menyembunyikannya dibawah kolong tempat tidur. Pandangan Will beralih pada pemandangan langit gelap di atas atap kamarnya. Tak ada bintang selain salju halus yang turun.

Alle bergumam dan bergerak. "Bawa aku pulang..."Gumam Alle setengah sadar. Will menoleh sebentar, dan Alle kembali tertidur. Will mendekat pada salah satu lemari kecilnya dan mengeluarkan sebotol scotch. Tenggorokan Will terasa hangat dan terbakar.

Kaki Alle yang panjang menjadi daya tarik mata Will. Sekali lagi Will meneguknya dan berjalan mendekat ke arah Alle. Telunjuknya membelai dagu Alle. Alle tersadar tapi tetap membiarkan jemari Will disitu.

Will menunduk dan mengecup bibir Alle lagi. Alle meski dalam keadaan setengah sadar seperti itu ternyata mampu membalas pagutan bibir Will. Will mengangkat badan Alle untuk duduk tanpa melepas bibirnya.

Alle mendorong Will setelah itu lalu berpandangan dengan Will. "Dimana kita?" Tanya Alle dengan suara lembut. "Di sebuah kapal." Alle berdiri dengan sempoyongan. Will ikut berdiri, menarik tangan Alle. "Mau kemana?" Tanya Will. "Jangan paksa aku, ku mohon."Balas Alle. Will mendekat dan menatap bola mata Alle intens. "Bisakah kita menunggu sampai besok pagi?" Suara Will terdengar bergetar.

AFTER MORNING COMES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang