BAB 2

18.7K 681 5
                                    

Kepala Allegra tertunduk karena kelelahan mengetik dalam kamarnya. Lori sudah meninggalkannya pagi-pagi sekali karena bekerja. Tinggallah Allegra seorang diri ditemani laptop kesayangannya bersama pikirannya sibuk menyiapkan skrip terbaik untuk bisa memenangkan kompetisi akhir musim dingin ini.

Mejanya bergetar, Allegra segera tersadar. Getaran ponselnya menandakan telepon masuk. "Halo?" Sapa Allegra. Tak ada nama pengenal, nomor yang tak dikenal Allegra.

"Alle, ini Joshua."

Joshua, seorang pemuda berbakat dikampusnya. Allegra menyukai laki-laki ini karena keahliannya menyulap salinan Allegra menjadi semakin sempurna.

"Hai, apa kabar mu?"

Allegra bangkit berdiri. Senyumnya mengembang ditelepon oleh pria itu. Dia tahu, jika dia bisa mengandalkan pria ini untuk memenangkan kompetisinya. Mungkin untuk itu pula pria ini meneleponnya, Allegra berasumsi dalam hatinya.

"Maafkan aku." Suara Joshua memelan. Allegra mulai bersikap was-was. "Ada apa?" Tanya Allegra cepat.

"Aku tak bisa menolong, maaf." Kata-kata itu membuat Allegra diam mematung.

"Ada apa?" Tanya Allegra sekali lagi.

"Sedikit masalah, aku harus pergi. Mungkin akan lama, sampai akhir musim semi."

Allegra tak lagi mendengar dengan seksama penjelasan lelaki itu, karena Allegra sudah mengerti arah pembicaraannya. Allegra menutup teleponnya setelah menyudahi pembicaraan, duduk memandang skripnya dengan lemas.

Ini adalah peluang terbesarnya. Dan Allegra sangat mengharapkan kemenangan ini. Semuanya akan lengkap jika Allegra bisa kembali bersama Ibunya. Allegra tak ingin lebih lama tinggal di kota ini, bersama ayahnya dan Yuri, Ibu tirinya yang menyebalkan itu!

Allegra mendengus, menarik nafasnya sejenak. Jam sudah menunjuk pukul 12 siang, Allegra harus berkemas ke kampus. Setelah memakai jaketnya dan sepatu boot itu, Allegra berjalan keluar mengambil sepedanya dari garasi dan mengayuhnya.

Jalanan penuh oleh salju, tapi tekad Allegra untuk ke kampus begitu kuat. Sebentar lagi Allegra akan sampai, tapi sebuah mobil yang kencang melaju dan tak sengaja menabrak stang sepeda Allegra. Orang-orang disekitar sontak terkejut dengan kejadian itu. Beberapa mendekati Allegra yang terjatuh dari sepedanya.

"Apa dia baik-baik saja?" Seseorang bertanya dari seberang.

Tapi rupanya Allegra masih punya kekuatan untuk melihat. Seorang laki-laki berdiri keluar dari mobilnya dengan cepat-cepat.

"Maafkan aku, maafkan aku." Laki-laki itu begitu cemas. Lengannya yang panjang menolong Allegra untuk berdiri. Tak ada luka yang berarti karena Allegra terjatuh di Salju. Tapi luka di siku tangannya cukup besar, dan itu membuat Allegra meringis kesakitan.

"Biar ku bawa kau." Allegra membiarkan laki-laki itu membopongnya untuk naik ke mobil. Allegra duduk di samping laki-laki itu. "Akan ku bawa kau ke klinik, biarkan aku mengganti sepeda mu."

Laki-laki itu menaikkan sepedanya ke bagasi dan segera berlalu. Keduanya diam satu sama lain.

"Aw, sakit sekali!" Allegra meringis melihat luka di sikunya.

"Maafkan aku, sebentar lagi kita akan sampai di klinik."

Allegra tak melihat wajah lelaki itu dari tadi, karena lebih tertarik dengan upayanya bertahan menahan sakit.

"Siapa nama mu, Nona?" Tanya pria itu. Allegra memalingkan wajah untuk melihat pria yang menabraknya. Matanya ditutupi oleh kaca mata hitam, jakunnya menarik perhatian Allegra.

AFTER MORNING COMES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang