Hari yang baik dengan cuaca cerah di pagi hari, hanya orang bodoh saja yang menginginkan pagi ini hujan lagi. Lihat saja pakaian yang dijemur di rumahku, basah lagi dan perlu di cuci ulang. kemarin sore aku lupa mengangkatnya dari jemuran.
Tak sebanding dengan teman-temanku yang lainnya, mereka bisa berleha-hela di saat waktu luang. Sedangkan aku, bagian dari semua pekerjaan rumah adalah tanggung jawab diriku. Tak ada yang bisa Ibu andalkan selain aku. Tetapi bila demi Ibu, aku rela melakukannya seberat apapun beban yang perlu aku lewati, dengan niat baik akan aku kerjakan semampunya.
Kemarin malam, Mama minta untuk dibelikan soto Ibu Niah. Aku hanya perlu memesannya di sekolah dan membawa pulang sebagai penghadiahanku untuknya.
"Wah, penuh, Han. Rame banget di warung Ibu Niah. Yakin kekeh pengin beli soto?"
Aku menggaruk rambut. Yang dikatakan Mia memang benar. Terlalu sesak untuk ikut mengantri di sana.
Kami masih berdiri tegak menatap warung Ibu Niah, sesekali melirik ke warung-warung lain. Kalau Mama aku belikan mie ayam, apa Mama mau? ah, jangan membuat Mama kecewa sedikit pun.
"Lebih baik kita ke sana ikut ngantri dari pada antriannya makin panjang." Kataku pada Mia.
"Antriannya memang sudah panjang kali, Han," desis Mia. Melirik sesorang cowok yang baru saja melintas di depan kami.
Melihat Mia seperti itu, ingin rasanya aku mencolok mata genitnya itu.
"Come on, Mia." Ajakku sambil menarik lengan kanannya.
Kami ikut mengambil bagian dari antrian itu. Pernah lihat semut baris? ya, aku pikir, cocok sekali bila dikaitkan dengan antrian ini. Tampak dominan bagaikan kawanan semut yang berbanjar. Termasuk aku, bagian dari semut kelaparan.
Aku berdiri di nomor antrian yang kesekian puluh. Entah, kira-kira yang ke 30-an. Begitulah, soto Ibu Niah memang spesial bagi siswa-siswi di sekolah ini.
Aku merogoh saku baju, uang berwarna hijau kini berada di genggaman. Perlahan satu langkah kakiku maju, selangkah demi selangkah dan akhirnya dapat membeli soto yang menggiurkan.
"Penantian kita gak sia-sia. Alhirnya bisa juga beli soto Ibu Niah," kataku sambil mengayun langkah sepanjang koridor sekolah.
Mia tersenyum aneh, bibirnya jadi panjang saat senyum itu tampak di wajahnya. Lalu senyum itu kembali surut ditekuk wajah kusam.
Aku yakin ia sempat berhenti bernafas sebab berdesak-desakan dengan kakak kelas bertubuh besar-besar di belakangnya. Terlebih lagi, ada cowok-cowok nakal anak osis yang Mia dan aku benci. Entah mengapa Mereka suka malah rajin mengganggu kami. Padahal aku dan Mia tak pernah berbuat dosa pada mereka.
Aku menatap soto itu pada genggaman kresek di tangannku. Sungguh, aromanya sangat menggoda.
Aku membaca label biru di atas pintu masuk kelas, bertuliskan XII IPS-2. Itu kelas Teo. Beberapa langkah lagi kami akan segera bertemu dengan jendela surga di kelas itu. Di mana kami dapat mengintip aktifitas di dalam kelas itu.
"Mi," panggilku. Ia berjalan terlalu santai, sampai tak sadar bahwa aku berhenti melangkah.
Aku agak membungkuk, mengintip si pangeran---Teo, dari jendela.
Mia ikut membungkuk. Aku sering melakukan ini, hampir setiap dari kantin, pasti di sempat-sempatkan mengintip kelas ini dulu.
Kalau di perhatikan, Teo tampak biasa-biasa saja. Tidak tampan, normal. Dia adalah cowok enjoy. Apa yang membuatku begitu tertarik dengan dirinya?. Ia tak begitu spesial di mata orang-orang. Namun di mataku, jelas ada sesuatu yang hanya bisa aku lihat pada dirinya.
Sepasang mata tajam berdelik cepat melirik dua gadis mata-mata. Aku menunduk begitupun juga Mia. Jantungku dag-dig-dug.
Tadi, Teo sempat melirik kami. Aku harap ini bukan kutukan dari tuhan karena tertangkap sudah dua gadis penguntit bermata genit. semoga aku tidak bintitan kelak hari.
☆☆☆
Up up up
Kemarin ada yang nanya cerita ini tentang pov nya
Terima kasih ya (inisial R) atas pertanyaanya.
Aku akan jelaskan.
Jadi sudut pandang dalam cerita ini yaitu pov satu menggunakan dua orang, Teo dan Hana.
Ya, author ising-ising aja pengin bikin yang pov begini hehehe
Kalau di judulnya tertulis ;
1. Teo : Cewek PMS bukan lawan yang seimbang.
Berarti yang lagi cerita si Teo
Kalau
2. Hana : Awan belum puas memangis.
Berarti yang lagi cerita si Hana.
Kalau judulnya tertulis ;3. Teo dan Hana
Berarti dalam satu bab si Teo sama Hana sama-sama lagi bercerita. Lihat judulnya, kalau yang di tulis Teo duluan, berarti yang cerita duluan si Teo, habis itu Hana.
Jadi, masih ada pertanyaan? maaf, ya, kalau sudut pandangnya bikin bingung readers :(
Terima kasih sudah membaca, tinggalkan vote dan komen :)
Salam untuk pembaca budiman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oath Petrichor #GrasindoStoryInc
Teen FictionFiksi Remaja Danau di gurun pasir hanyalah bagian dari fatamorgana. Daratan di laut lepas hanyalah bagian dari cerita dongeng. Hati yang bimbang akan menyesatkan perasaan seseorang layaknya ilusi semata. Orang bilang 'cinta itu buta tidak dapat dili...